Sabtu, 22 Juni 2013

schizoprenia katatonik



LANDASAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN SCHIZOPRENIA KATATONIK


Pengertian
Schizoprenia adalah suau bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, kamauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan emosi perilaku bizar.
Skizoprenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan ini sebagai demensia precox.

Jenis
Schizoprenia simplex : dengan gejala utama kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan
Schizoprenia hebefrenik, gejala utama gangguan proses fikir gangguan kemauan dan depersonalisasi. Banyak terdapat waham dan halusinasi
Schizoprenia katatonik, dengan gejala utama pada psikomotor seperti stupor maupun gaduh gelisah katatonik.
Schizoprenia paranoid, degnan gejala utama kecurigaan yang ekstrim diserttai waham kejar atau kebesaran
episoda schizoprenia akut (lir schizoprenia), adalah kondisi akut mendadak yang disertai dengan perubahan kesadaran, kesadaran mungkin berkabut.
Schizoprenia psiko-afektif, yaitu adanya gejala utama skizoprenia yang menonjol dengan disertai gejala depresi atau mania
Schizoprenia residual adalah schizoprenia dengnan gejala-gejala primernya dan muncul setelah beberapa kali serangan schizoprenia

Etiologi
1.     Keturunan
2.     Endokrin
3.     Metabolisme
4.     SSP
5.     Teori adolf meyer
6.     Teori sigmund freud

Gejala
(menurut Bleuler)
I.         Gejala Primer
1.     Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yna gpaling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
2.     Gangguan afek emosi
-         Terjadi kedangkalan afek-emosi
-         Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)
-         Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
-         Emosi berlebihan
-         Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik
3.     Gangguan kemauan
-         Terjadi kelemahan kemauan
-         Perilaku Negativisme atas permintaan
-         Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain
4.     Gejala Psikomotor
-         Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme
-         Stereotipi
-         Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama
-         Echolalia dan Echopraxia
5.     Autisme
II.      Gejala Sekunder
1.     Waham
2.     Halusinasi
Diagnosa Keperawatan
1.     Resiko tinggi terhadap kekerasan : diarahkan pada diri sendiri atau orang lain
Tujuan : Klien tidak membahayakan dirinya maupun orang lain
Intervensi
Rasional
Pertahankan lingkungan dalam tingkat stimulus yang rendah
Obseervasi secara ketat perilaku klien
Singkirkan semua benda berbahaya

Salurkan perilaku merusak pada kegiatan fisik
Lakukan fiksasi bila diperlukan

Berikan obat tranquilizer

Kecemasan meningkata dalam lingkungan penuh stimulus
Mewmastikan klien dalam keadaan aman

Dalam keadaan gelisah, bingung dapat menggunakan benda tajam untuk melukai
Menghilangvkan ketegangan yang terpendam
Keamanan klien merupakan prioritas perawatan
Menurunkan kecemasan/ketegangan


2.     Koping individu tak efektif
Tujuan : Klien tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan koping adaptif
Intervensi
Rasional
Usahakan petugas kesehatan tetap
Hindari kontak fisik

Hindari tertawa, berbisik didekat pasien
Jujur dan selalu menepati janji
Periksa mulut klien setelah minum obat
Jangan berikan kegiatan kompetitif
Motifasi untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya




Sikap asertif
Menigkatkan hubungan saling percaya
Mungkin dianggap bentuk penganiayaan fisik
Mengurangi rasa curiga

Meningkatkan hubungan saling percaya
Klien sering manipulatif dalam minum obat
Merupakan ancaman pada pasien curiga
Mengnungkapkan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam mungkin akan menolong pasien untuk sampai pada keadaan tertentu dimana pasien mencurahkan perasaan setelah sekian lama terpendam
Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan sikap yang bersahabat atau ceria sekali







3.     Perubahan persepsi –sensori
Tujuan : Klien tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan koping adaptif
Intervensi
Rasional
Observasi tanda halusinasi

Hindari menyentuh pasien secara tiba-tiba, yakinkan bahwa ia aman disentuh
Sikap menerima dan mendorong pasien menceritakan halusinasi

Jangan mendukung halusinasi


Alihkan perhatian pasien dari halusinasi
Intervensi awal untuk mencegah respon agresif yang diperntahkan halusinasi
Pasien dapat mengartikan sentuhan sebagai ancaman

Mencegah kemungkinan cidera pasien atau orang lain karena ada perintah adari halusinasi
Perawat harus jujur pada pasien pada pasien sehingga pasien menyadari suara itu tidak ada
Keterlibatan pasien dalam kegiatan interpersonal; akan menolong klien kembali dalam realitas

4.     Perubahan proses fikir
Tujuan : Klien menyatakan berkurangnya pikiran-pikiran waham
Intervensi
Rasional
Tunjukkan sikap menerima  keyakinan pasien tanpa sikap mendukung
Tidak membantah/menyangkal keyakinan pasien
Bantu pasien untuk menghubungkan keyakinan yang salah dengan peningkatan kecemasan
Fokus dan kuatkan realitas
Bantu dan dukung pasiend alam mengungkapkan secara verbal perasaan ansietas, takut, tak aman
Penting untuk dikomunikasikan pada pasien bahwa perawat tidak menerima delusi sebagai realita
Membantah pasien tidak menimbulkan manfaat, dapat merusak hubungan
Jika pasien dapat belajar menghentikan kecemasan, pikiran waham mungkin dapat dicegah
Mengurangi pikiran-pikiran waham
Ungkapan secara f\verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang mungkin terpendam

isolasi sosial



BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Setiap individu  memiliki kemampuan menjalin hubungan sosial, mulai dari hubungan intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan . Hubungan sosial tersebut diperlukan individu dalam rangka menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan hidup.Maka dari itu seorang manusia perlu membina hubungan interpersonal yang memuaskan.
Kepuasan hubungan akan tercapai bila individu terlibat aktif dalam melakukan interaksi peran serta yang tinggi , disertai respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerja sama , hubungan timbal balik yang harmonis (Stuart  and Sundeen ,1995)
Pemutusan hubungan akan terjadi apabila terdapat ketidakpuasan individu dalam menjalin interaksi,juga adanya respon lingkungannya yang negatip.Kondisi ini akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak percaya dengan orang lain dan keinginan untuk menghindar dari orang lain .

1.2 Tujuan
Tujuan Umum :
Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada klien dengan masalah gangguan isolasi sosial: menarik diri.

Tujuan Khusus :
·         Mengetahui pengertian perilaku menarik diri
·         Mengidentifikasi  factor-faktor penyebab perilaku menarik diri
·         Mengidentifikasi tanda-tanda penyebab perilaku menarik diri
·         Mengidentifikasi masalah keperawatan yang mungkin muncul
·         Menetapkan diagnosa keperawatan
·         Memberikan tindakan keperawatan sesuai rencana
·         Melaksanakan evaluasi dan pencatatan

1.3  Batasan Masalah
Perilaku menarik diri dapat menyertai pada kasus-kasus gangguan jiwa. Pada makalah ini pembahasan masalah menarik diri dibatasi pada seorang klien  dengan Skizofrenia Simplek , yang dirawat diruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Pemberian Asuhan Keperawatan dilaksanakan tanggal 18 Februari sampai dengan 20 Februari 2002.







BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Isolasi Sosial

Isolasi Sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena  orang lain menyatakan sikap yang negatip  dan mengancam (Twondsend,1998)

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin,1993 dikutip budi keliat,2001)
Terjadinya dipengaruhi factor predisposisi dan antara lain perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah,pesimis,putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.
Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan.
 

 2.2 Konsep Dasar Skizofrenia Simpleks

Skizofrenia simpleks merupakan salah satu jenis dari Skizofrenia. Gangguan jiwa jenis ini timbul pertama kali pada masa pubertas dengan gejala utama kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan (Maramis, 1998).
            Diagnosis Skizofrenia simpleks sulit secara meyakinkan karena tergantung kepada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan-lahan dan progresif dari gejala negatif yang khas dari skizofrenia, tanpa didahului oleh riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik. Disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup dan penarikan diri secara sosial.  ( PPDGJ – 3,2001 )
            Skizofrenia simpleks kurang jelas psikotiknya dibandingkan dengan sub tipe skizofrenia jenis lainnya.

Etiologi

            Penyebab Skizofrenia simpleks secara umum sama sebagaimana skizofrenia, yakni meliputi beberapa faktor :
  1. Keturunan
  2. Sistem endokrin
  3. Sistem metabolisme
  4. Susunan syaraf pusat
  5. Teori Adolf Meyer
  6. Teori Sigmund Freud
  7. Eugen Bleuler.
  8. Skizofrenia sebagai suatu sindroma
  9. Skizofrenia suatu gangguan psikosomatik.

 

Gejala - gejala

            Gejala –gejala Skizofrenia simpleks yang khas adalah adanya kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat, timbulnya perlahan-lahan sekali.

Prognosa
            Prognosa secara umum mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1.      Kepribadian pre psikotik
2.      Timbulnya serangan Skizofrenia, akut lebih baik.
3.      Jenis : Skizofrenia jenis hebefrenik dan simpleks sama jelek, penderita menuju ke arah kemunduran mental.
4.      umur : makin muda permulaan, makin jelek.
5.      Pengobatan : makin cepat makin baik.
6.      Faktor pencetus : adanya faktor pencetus lebih baik.
7.      Keturunan : dalam keluarga ada penderita lebih jelek.

 

Pengobatan

            Prinsip pengobatan Skizofrenia simpleks mengacu pada pengebotan penyakit Skizofrenia, yang meliputi :
  1. Psikofarmaka
  2. Terapi elektro konvulsi
  3. Terapi koma insulin
  4. Psikoterapi dan rehabilitasi
  5. Lobotomi prefrontal

 

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Isolasi sosial : Menarik Diri


A.    Pengkajian

  1. Identitas
Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas.
  1. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat adanya kumunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
  1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat terkait dengan faktor etiologi yakni keturunan, endokrin, metabolisme, susunan syaraf pusat, kelemahan ego.
  1. Psikososial
    1. Genogram
Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-16 % skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68 %, saudara tiri kemungkinan 0,9-1,8 %, saudara kembar 2-15 %, saudara kandung 7-15 %.
    1. Konsep Diri
Kemunduran  kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan mempengaruhi konsep diri pasien.
    1. Hubungan Sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam diri.
    1. Spiritual
Aktifitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.
  1. Status Mental
    1. Penampilan Diri
Pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resliting tak terkunci, baju tak diganti, baju terbalik sebagai manifestasi kemunduran kemauan pasien.
    1. Pembicaraan
Nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.
    1. Aktifitas Motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia).
    1. Emosi
Emosi dangkal
    1. Afek
Dangkal, tak ada ekspresi roman muka.
    1. Interaksi Selama Wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara, diam.
    1. Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham.
    1. Proses Berfikir
Gangguan proses berfikir jarang ditemukan.
    1. Kesadaran
Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan dengan dan pembatasan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif).
    1. Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu, orang baik.
    1. Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau tidak tepat.
    1. Tilik diri
Tak ada yang khas.
  1. Kebutuhan Sehari-hari
Pada permulaan penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya, makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, intirahat tidur.


B.     Pohon Masalah

Penampilan diri terganggu

                                                Kerusakan Komunikasi           Sindroma Perawatan diri
                                                Verbal                                     kurang

                                          Isolasi Sosial :                         Kemauan Menurun
                                          Menarik diri


Harga diri rendah


            Koping keluarga         
                                                 Kegagalan                              Perpisahan/kehilangan
            Tidak efektif


C.    Diagnosa Keperawatan

  1. Isolasi sosial yang berhubungan dengan :
,  Kurangnya rasa percaya kepada orang lain
,  Panik
,  Regresi ke tahap perkembangan sebelumnya
,  Sukar berinteraksi dengan orang lain pada masa lampau
,  Perkembangan ego yang lemah
,  Represi rasa takut


Dibuktikan oleh :
,  Menyendiri dalam ruangan
,  Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
,  Sedih, afek datar
,  Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya
,  Berfikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna.
,  Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain.

  1. Kerusakan komunikasi verbal, yang berhubungan dengan :
,  Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain
,  Panik
,  Regresi ke tahap perkembangan sebelumnya
,  Menarik diri
Dibuktikan oleh :
,  Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya
,  Menggunakan kata-kata simbolik (neologisme)
,  Menggunakan kata yang tak berarti
,  Kontak mata kurang / tidak mau menatap lawan bicara.

  1. Sindroma kurang perawatan diri, yang berhubungan dengan :
,  Menarik diri
,  Regresi
,  Panik
,  Ketidakmampuan mempercayai orang lain
Dibuktikan oleh :
,  Kesukaran mengambil makanan atau ketidakmampuan membawa makanan dari wadah ke mulut.
,  Ketidakmampuan membersihkan tubuh atau bagian-bagian tubuh.
,  Kurangnya minat dalam memilih pakaian , kelainan kemampuan dalam berpakaian, mempertahankan penampilan yang memuaskan.
,  Tidak adanya kemauan untuk melakukan defekasi atau berkemih tanpa bantuan.

D.    Intervensi Keperawatan


  1. Diagnosa 1
Tujuan jangka pendek :
Pasien siap masuk dalam terapi aktifitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayainya dalam 1 minggu.
Tujuan jangka panjang :
Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama pasien lain dan perawat dalam aktifitas kelompok di unit rawat inap.
Kriteria hasil yang diharapkan :
1.      Pasien dapat mendemontrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain.
2.      Pasien dapat mengikuti aktifitas kelompok tanpa disuruh.
3.      Pasien melakukan pendekatan interaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai / dapat diterima.
Intervensi Keperawatan :
1.      Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi singkat.
Rasional : Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri pasien dan memfasilitasi rasa percaya kepada orang lain.
2.      Perlihatkan penguatan positif pada pasien.
Rasional : Pasien merasa menjadi orang yang berguna.
3.      Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktifitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar bagi pasien.
Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya akan memberikan rasa aman bagi pasien.
4.      Jujur dan menepati semua janji.
Rasional : Kejujuran dan rasa saling membutuhkan menimbulkan suatu hubungan saling percaya.
5.      Orientasikan pasien pada orang, waktu, tempat sesuai kebutuhannya.
6.      Berhati-hatilah dengan sentuhan.
Rasional : Pasien yang curiga dapat menerima sentuhan sebagai suatu yang mengancam..
7.      Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan anxietas dan teknik untuk memutus respon (latihan relaksasi, berhenti berfikir).
Rasional : Perilaku menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama terjadi peningkatan anxietas.
8.      Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Rasional : Penguatan akan meningkatkan harga diri pasien dan mendorong pengulangan perilaku tersebut.
9.      Berikan obat-obat penenang sesuai program pengobatan pasien.
Rasional : Obat-obat anti psikosis menolong untuk menurunkan gejala psikosis pada seseorang sehingga memudahkan interaksi dengan orang lain.





  1. Diagnosa 2
Tujuan jangka pendek :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada 1 topik, menggunakan ketepatan kata, melakukan kontak mata intermiten selama 5 menit dengan perawat selama 1 minggu.
Tujuan jangka panjang :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan komunikasi verbal dengan perawat dan sesama pasien dalam suatu lingkungan sosial dengan cara yang sesuai / dapat diterima.
Kriteria hasil yang diharapkan :
1.      Pasien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti dan diterima orang lain.
  1. Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya.
  2. Pasien dapat mengakui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan komunikasi verbal terjadi pada saat adanya peningkatan anxietas.
Intervensi Keperawatan :
  1. Gunakan teknik validasi dan klarifikasi untuk mengerti pola komunikasi pasien..
Rasional : Teknik ini menyatakan kepada pasien bagaimana ia dimengerti oleh orang lain, sedangkan tanggung jawab untuk mengerti ada pada perawat.
  1. Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas
Rasional : Memudahkan rasa percaya dan kemampuan untuk mengerti tindakan dan komunikasi pasien.
  1. Jelaskan kepada pasien dengan cara yang tidak mengancam bagamana perilaku dan pembicaraannya diterima dan mungkin juga dihindari oleh orang lain.
  2. Jika pasien tidak mampu atau tidak ingin bicara (autisme), gunakan teknik mengatakan secara tidak langsung.
Rasional : Hal ini menyampaikan rasa empati, mengembangkan rasa percaya dan mendorong pasien mendiskusikan hal-hal yang menyakitkan dirinya.
  1. Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi yang memuaskan kembali.
Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas keperawatan. 

  1. Diagnosa 3
Tujuan jangka pendek :
Pasien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1 minggu.
Tujuan jangka panjang :
Pasien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemontrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.
Kriteria hasil yang diharapkan :
1.      Pasien makan sendiri tanpa bantuan.
2.      Pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian merawat dirinya tanpa bantuan.
3.      Pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi setiap hari dan melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa bantuan.
Intervensi keperawatan :
1.      Dukung pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai tingkat kemampuan pasien.
Rasional : Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam melakukan aktifitas akan meningkatkan harga diri.
2.      Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak dapat melakukan beberapa kegiatan.
      Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas dalam keperawatan.
3.      Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya mandiri.
Rasional : Penguatan positif akan meningkatkan harga diri dan mendukung pengulangan perilaku yang diharapkan.
4.      Perlihatkan secara konkret, bagaimana melakukakn kegiatan yang menurut pasien sulit melakukannya.
Rasional : Penjelasan harus sesuai dengan tingkat pengertian yang nyata.
5.      Buat catatan secara terinci tentang makanan dan cairan.
Rasional : Informasi yang penting untuk mendapatkan gambaran nutrisi yang adekuat.
6.      Berikan makanan kudapan dan cairan diantara waktu makan.
Rasional : Pasien mungkin tidak mampu mentoleransi makanan dalam jumlah besar pada saat makan dan membutuhkan penambahan diluar waktu makan.
7.      Jika pasien tidak makan karena curiga dan takut diracuni, berikan makanan kaleng dan biarkan pasien sendiri yang membukanya, atau disajikan dalam kekeluargaan.
Rasional : Pasien dapat melihat setiap orang makan dari hidangan yang sama.
8.      Tetapkan jadwal defekasi dan berkemih, bantu pasien ke kamar mandi sesuai jadwal, sampai pasien mampu melakukan tanpa bantuan orang lain.Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien  tidak mampu melakukan beberapa kegiatan.