ASKEP BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS
(LANDASAN TEORI)
PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI MULIA
PARE-KEDIRI
2010
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah , segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan
Rahmat, hidayah dan karunianya yang tiada ternilai kepada penulis,
shalawat serta
salam semoga tercurah pada Rasululloh Muhammad SAW, keluarga dan
segenap
sahabat – sahabatnya, hingga akhir jaman, Amin.
Banyak
rintangan dan hambatan
yang penulis hadapi
dalam penyusunan
makalah ilmiah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak , baik
yang bersifat langsung
maupun tidak langsung
Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikannya.
Penulis
ucapkan banyak terima
kasih kepada semua
pihak yang telah
memberikan bantuan, dorongan
dan do’a, semoga
Allah membalas amal baik
yang telah dilakukan umat-Nya atas sesama.Amin
Pare, 05 Januari 2011
Penulis
ASKEP BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS
(LANDASAN TEORI)
1.
Definisi
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang
diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah melahirkan. Sebagian
besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan
sedikit bantuan/gangguan.
Segera setelah melahirkan bayi :
- Sambil secara cepat menilai pernafasannya, letakkan bayi dengan handuk di atas permukaan perut Ibu.
- Dengan kain bersih dan kering/kasa, lap darah/lendir dari wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang pernafasan bayi. Sebgian besar bayi akan menangis/bernafas secara spontan dalam waktu 30 detik setelah melahirkan.
- Bila bayi tersebut menangis/bernafas (terlihat pergerakan dada paling sedikit 30x/menit), biarkan bayi tersebut dengan Ibunya.
- Bila bayi tersebut tidak bernafas
selama 30 detik, segeralah cari bantuan dan mulailah langkah-langkah
resusitasi bayi tersebut.
(Sarwono Prawirahardjo, 2003 : 30)
2.
Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir meliputi :
a. Pencegahan Infeksi
b. Penilaian Awal
c. Pencegahan Kehilangan Panas
d. Rangsangan Taktil
e. Asuhan Tali Pusat
f. Memulai Pemberian ASI
g. Memberi Profilaksis Terhadap Gangguan Pada Mata
(Shpiego dan Depkes RI : 4-2)
Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir meliputi :
a. Pencegahan Infeksi
b. Penilaian Awal
c. Pencegahan Kehilangan Panas
d. Rangsangan Taktil
e. Asuhan Tali Pusat
f. Memulai Pemberian ASI
g. Memberi Profilaksis Terhadap Gangguan Pada Mata
(Shpiego dan Depkes RI : 4-2)
a.
Pencegahan Infeksi
Bayi Baru Lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat melakukan penanganan Bayi Baru Lahir pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini :
Bayi Baru Lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat melakukan penanganan Bayi Baru Lahir pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini :
1)
Cuci tangan secara seksama
sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
2)
Pakai sarung tangan bersih pada
saat menangani bayi yang belum dimandikan
3)
Pastikan bahwa semua peralatan,
termasuk klem gunting dan benang tali pusat setelah di DDT atau steril. Jika
menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah
menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari 1 bayi.
4)
Pastikan bahwa semua pakaian,
handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih.
5)
Pastikan bahwa timbangan, pita
pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya yang bersentuhan dengan
bayi dalam keadaan bersih. (Dekontaminasi dan cuci setiap kali selesai
digunakan)
(Shpiego dan Depkes RI : 4-2)
(Shpiego dan Depkes RI : 4-2)
b.
Penilaian Awal
1)
Segera lakukan penilaian awal
pada Bayi Baru Lahir secara cepat dan tepat (10-30 detik). Evaluasi data yang
terkumpul, buat diagnosis dan tentukan rencana untuk asuhan/perawatan Bayi Baru
Lahir.
2)
Keadaan umum bayi dinilai 1
menit setelah lahir dengan menggunakan APGAR SCORE.
0 1 2 NA
0 1 2 NA
·
Appearance
(Warna Kulit) Pucat Badan merah
Ekstrimitas biru Seluruh tubuh kemerah-merahan
(Warna Kulit) Pucat Badan merah
Ekstrimitas biru Seluruh tubuh kemerah-merahan
·
Pulse Rate
(Frekuensi Nadi) Tidak ada ≤ 100 > 100
(Frekuensi Nadi) Tidak ada ≤ 100 > 100
·
Grimace
(Reaksi Rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan mimik Batuk dan bersin
(Reaksi Rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan mimik Batuk dan bersin
·
Activity
(Tonus Otot) Tidak ada Ektrimitas bawah
Sedikit fleksi Gerakan aktif
(Tonus Otot) Tidak ada Ektrimitas bawah
Sedikit fleksi Gerakan aktif
·
Respiration
(Pernafasan) Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis
(Pernafasan) Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis
Catatan :
NA 1 menit > atau = 7 (Bayi normal = 7-10) tidak perlu resusitasi
NA 1 menit 4-6 (Asfiksia sedang) bag and mask ventilation
NA 1 menit 0-3 (asfiksia berat) lakukan inkubasi
(Sarwono Prawirahardjo, 1999 : 249)
Identifikasi bayi segera setelah Bayi Baru Lahir dan bila Ibu sadar, bayinya diperlihatkan k dan teliti apakah ada tanda pengenal bayi yang sama dengan tanda pengenal Ibu. Bila Ibu tidak sadar, bayi diperlihatkan kepada Ayah atau keluarga yang menunggunya. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah kekeliruan dikemudian hari.
(Sarwono Prawirahardjo, 1999 : 249-251)
NA 1 menit 0-3 (asfiksia berat) lakukan inkubasi
(Sarwono Prawirahardjo, 1999 : 249)
Identifikasi bayi segera setelah Bayi Baru Lahir dan bila Ibu sadar, bayinya diperlihatkan k dan teliti apakah ada tanda pengenal bayi yang sama dengan tanda pengenal Ibu. Bila Ibu tidak sadar, bayi diperlihatkan kepada Ayah atau keluarga yang menunggunya. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah kekeliruan dikemudian hari.
(Sarwono Prawirahardjo, 1999 : 249-251)
c.
Pencegahan Kehilangan Panas
Bayi Baru Lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya
secara memadai dan cepat kedinginan, jika kehilangan panas tidak segera
dicegah, bayi yang mengalami hipotermi beresiko tinggi untuk jatuh
sakit/meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah/tidak ditutupi mungkin akan
mengalami hipotermi, meskipun dalam ruangan yang relatif hangat. Cara mencegah
kehilangan panas yaitu :
1)
Keringkan bayi secara seksama
2)
Selimuti dengan kain bersih,
kering dan hangat
3)
Tutup bagian kepala bayi
4)
Anjurkan ibu untuk memeluk dan
menyusui bayi
5)
Tempatkan bayi di ruangan
hangat
(Shpiego dan Depkes RI : 4-3)
(Shpiego dan Depkes RI : 4-3)
6)
Jangan segera menimbang/memandikan
Bayi Baru Lahir
7)
Pastikan bayi tetap hangat
dengan memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit
- Bila telapak kaki terasa dingin, periksalah suhu axila bayi
- Bila suhu bayi <36 2002="" 31="" 8.="" :="" antara="" arwono="" baru="" bayi="" benar="" berikan="" dan="" dengan="" dini="" hangatkan="" ibu="" ibunya="" kehangatan="" kontak="" lahir.="" mempertahankan="" mungkin="" oc="" pada="" panas="" penting="" prawirahardjo="" secepat="" segera="" span="" untuk="">36>
- Bila telapak kaki terasa dingin, periksalah suhu axila bayi
- Bila suhu bayi <36 2002="" 31="" 8.="" :="" antara="" arwono="" baru="" bayi="" benar="" berikan="" dan="" dengan="" dini="" hangatkan="" ibu="" ibunya="" kehangatan="" kontak="" lahir.="" mempertahankan="" mungkin="" oc="" pada="" panas="" penting="" prawirahardjo="" secepat="" segera="" span="" untuk="">36>
d.
Rangsangan Taktil
Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk
bayi yang sehat, hal ini biasanya cukup untuk merangsang pernafasan spontan.
Jika bayi tidak menunjukkan respon/tanda-tanda kegawatan, segera lakukan
tindakan untuk membantu pernafasan. (Shpicgo dan Depkes RI : 4-6).
e.
Asuhan Tali Pusat
1)
Mengikat tali pusat Setelah
placenta lahir dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat tali pusat pada pitung
tali pusat.
Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan reaksi tubuh lainnya.
Bilas tangan dengan air DTT kemudian keringkan dengan handuk bersih
dan kering
Ikat puntung tali pusat ± 1 cm dari pusat bayi dengan benang DTT
atau klem plastik tali pusat (DTT/steril). Lakukan tali simpul/jepitkan secara
mantap klem tali pusat pada sisi yang berlawanan.
Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan
klorin 0,5%.
Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering. Pastikan bahwa
bagian kepala bayi tertutup dengan baik.
2)
Perawatan tali pusat
Jangan membungkus pusar/perut ataupun mengoleskan bahan/ramuan
apapun ke puntung tali pusat dan nasehati keluarga untuk tidak memberikan
apapun pada pusar bayi.
Pemakaian alkohol ataupun betadin masih diperkenankan selama tidak
menyebabkan tali pusat basah/lembab.
Beri nasehat pada ibu dan keluarga sebelum penolong (Bidan)
meninggalkan bayi : Jika puntung tali
pusat kotor, cuci secara lembut dengan air DTT (airØ matang) dan sabun, keringkan dengan kain bersih Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari
bantuan perawatan jika pusar menjadi merah/mengeluarkan darah/nanah. Jika pusar menjadi merah/mengeluarkan
nanah/darah segera rujuk bayi ke fasilitas yang mampu untuk memberikan
perawatan Bayi Baru Lahir secara lengkap. (Shpiego dan Depkes RI :
4-7).
f.
Memulai Pemberian ASI Pastikan
bahwa pemberian ASI dimulai dalam 1 jam setelah bayi lahir.
Jika mungkin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba menyusukan
bayinya segera setelah tali pusat di klem dan dipotong. Tentramkan ibu bahwa
anda membantu ibu menyusukan bayi setelah placenta lahir dan penjahitan
laserasi. Menjelaskan pada ibu hal yang berhubungan dengan Asi yaitu :
·
Keuntungan pemberian ASI secara
dini bagi ibu dan bayinya
·
Jangan memberikan
makanan/minuman lain pada bayi kecuali diinstruksikan oleh dokter anak (atas
alasan medis). Jarang sekali para ibu tidak memiliki air susu sehingga bayi
memerlukan asupan susu buat tambahan
·
Berikan ASI kepada bayi sesuai
kebutuhannya baik siang maupun malam selama bayi menginginkan dan berikan ASI
saja selama 6 bulan pertama
·
Posisi yang tepat untuk
menyusui
·
Jelaskan kepada ibu bagaimana
memeluk bayi dan mulai menyusukan bayi
·
Jelaskan pada ibu bagaimana
merawat payudaranya. (Shpiego dan Depkes
RI : 4-7 / 4-9).
Bayi normal sudah dapat disusui segera setelah lahir. Lamanya
disusui hanya untuk 1-2 menit pada setiap payudara ibu. Dengan hisapan bayi,
maka akan terjadi perangsangan terhadap pembentukan ASI dan secara tidak
langsung dapat mempercepat pengecilan uterus. Walaupun ASI yang berupa
colostrum itu hanya dapat dihisap beberapa tetes.
g.
Upaya Profilaksis Terhadap
Gangguan Pada Mata Bayi diberi ASI dan bertemu dengan ibu dan keluarganya
sebelum mendapatkan tetes mata profilaktik (larutan perak nitrat 1%) atau salep
(tetrasiklin 1% atau salep mata erytromisin 0,5%). Tapi, tetes mata/salep
antibiotik tersebut harus diberikan dalam 1 jam pertama setelah kelahiran.
Upaya profilaksis tidak akan efektif untuk gangguan
mata, tidak efektif apabila tidak diberikan 1 jam masa kehidupannya. Teknik
pemberian profilaksis mata :
1)
Cuci tangan dengan sabun dan
air bersih yang mengalir
2)
Jelaskan pada keluarga tentang
apa yang anda lakukan, mulai dari bagian mata yang dekat dengan hidung bayi
menuju ke bagian luar (dekat telinga bayi)
3)
Jangan biarkan ujung mulut
tabung/salep/tabung penetes menyentuh mata bayi
4)
Jangan menghapus salep/tetes
mata dari mata bayi dan minta keluarga untuk tidak menghapus dari mata bayi.
(Shpiego dan Depkes RI : 4-9).
5)
Obat mata erytromisin 0,5%
tetrasiklin 1% dianjurkan untuk mencegah penyakit mata karena klamidia. Yang
lazim dipakai adalah larutan perak nitrat/neosporing dan langsung diteteskan
pada mata bayi setelah bayi baru lahir. (Sarwono Prawirohardjo 2002:32).
6)
Tanda-tanda yang harus
diwaspadai pada bayi baru lahir :
a)
Pernafasan sulit / lebih dari
60×/mnt
b)
Kehangatan / terlalu panas
(lebih 38oC) atau terlalu dingin < 38oC
c)
Warna kuning (terutama pada 24
jam pertama) biru atau pucat, memar
d)
Pemberian makanan hisapan
lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah
e)
Tali pusat merah, bengkak,
keluar cairan (nanah), bau busuk, pernafasan sulit
f)
Tinja/kemih tidak berkemih
dalam 24 jam, tinja lembek, hijau tua, ada lendir/darah pada tinja
g)
Aktifitas-menggigil/menangis
tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemah, terlalu mengantuk, lunglai,
kejang-kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus. (Sarwono
Prawirohardjo 2002:38).
ASKEB TEORI
Hari / Tanggal :
Tempat :
Jam :
I.
Pengkajian Biodata
·
Anak
a.
Nama anak, Nama yang jelas dan
lengkap, bila perlu ditanyakan nama sehari-hari agar tidak keliru dengan penderita
lain. (Depkes RI 1995:13)
b.
Nama bayi dicantumkan pada alat
/ gelang dan alat pengenal di tempat tidur. (Sarwono Prawirohardjo 2002:35)
c.
Tanggal lahir / umur, Untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak serta pedoman pemberian tercapai.
(Soetjiningsih 1995:10)
d.
Jenis kelamin, Untuk mengetahui
jenis kelamin penderita. (Soetjiningsih 1995:80)
e.
Jumlah saudara, Jumlah anak
yang banyak pada keluarga akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih
sayang, terutama jika jarak anak terlalu dekat. Pada sosial ekonomi yang kurang
mengakibatkan kurangnya kebutuhan primer. . (Soetjiningsih 1995:10)
f.
Status anak, Untuk mengetahui
anak kandung ataukah mengadopsi. (Christina 1993:4)
·
Orang tua
a.
Nama orang tua, Nama orang tua
ditanyakan untuk memanggil mereka agar tidak keliru. (Christina 1993:4), Dikaji
dengan tujuan agar dapat dikenal penderita dan tidak salah dengan penderita
lain. (Christina : 83)
b.
Umur - Untuk mengetahui usia
orang tua. (Depkes RI 1995:14)
c.
Agama - Berhubungan dengan
perawatan penderita yang berkaitan dengan ketentuan agama dan mengetahui
kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan klien. (Christina 1:83)
d.
Suku / Bangsa - Untuk
mengetahui adat istiadat / budaya. (Christina 1:83)
e.
Pendidikan - Dikaji untuk
mengetahui tingkat entelektual, tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku
kesehatan seseorang. (Depkes RI 1995:14)
f.
Pekerjaan - Untuk mengetahui
taraf hidup dan sosial ekonomi keluarga agar nasehat yang diberikan sesuai.
(Christina 1993:85)
g.
Alamat - Untuk mengetahui
tempat tinggal dan menjaga kemungkinan bila ada nama yang bersamaan dalam satu
lingkungan untuk mengadakan kunjungan pada penderita. (Christina 1994:84).
II.
Pengkajian klien
A.
Data Subjektif
1.
Keluhan utama Hal yang
diutamakan oleh ibu yang berhubungan dengan keadaan dan masalah yang timbul
2.
Riwayat penyakit keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang kesehatan keluarga, terutama :
·
Anggota keluarga yang mempunyai
penyakit tertentu terutama penyakit menular
·
Penyakit keluarga yang dapat
diturunkan. (Ida Bagus Gde Manuaba:26)
3.
Riwayat persalinan Untuk mengetahui
riwayat tiap persalinan, seperti :
·
Apakah kehamilan berakhir
·
Apakah persalinannya normal, apa
diselesaikan dengan operasi
·
Bagaimana keadaan anaknya (Ilmu
kandungan, Hanifa IV : 133)
4.
Riwayat imunisasi
·
Dikaji untuk mengetahui
jenis-jenis imunisasi yang pernah diberikan dan penting mengurangi morbiditas
dan mortalitas terhadap penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. (Buku Ajar
2006:16)
·
Jadwal imunisasi Umur 0-7 hari
1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 9 bulan Jenis Imunisasi Hepatitis B1 BCG
Hepatitis B2, DPT1, Polio1 Hepatitis B3, DPT2, Polio2 DPT3, Polio3 Campak,
Polio4 (Dinkes 2005:33)
5.
Riwayat tumbang Untuk
mengetahui tingkat perkembangan fisik anak apakah sesuai dengan usianya saat
itu. Baik motorik kasar atau halus, emosi, perilaku, dll. (Soetjiningsih, 1995:
10)
Beberapa reflek yang terdapat pada bayi :
·
Reflek moro : bila diberi
rangsangan yang mengagetkan akan terjadi reflek lengan dan tangan.
·
Reflek menghisap : bila diberi
rangsangan pada ujung mulut, kepala akan menoleh ke arah rangsangan.
·
Suckhing reflek : setelah
dirangsang, bayi akan mulai memasukkan mulutnya dan kemudian menghisap.
·
Reflek menggenggam : bila
telapak tangan dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam. (Sumiarni
dkk, 1995: 55-56)
Bagaimana hubungan anak dengan teman sebayanya dan
masyarakat sekitar. (Soetjiningsih, 1995: 10)
6.
ADL
a.
Nutrisi
·
Untuk mengetahui status gizi
anak karena merupakan kebutuhan yang terpenting. Nutrisi berpengaruh terhadap
tumbang terutama tahun-tahun pertama kehidupan dimana sedang mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat terutama pertumbuhan otak. (Buku Ajar I, 2002:13)
·
Kekurangan/kelebihan nutrisi
dapat menyebabkan kelainan bahan makanan. Tidak perlu mahal, tetapi cukup
mengandung protein nabati dan hewani. (Sarwono Prawirohardjo, 1999: 161)
·
Bayi normal dapat disusui
segera setelah lahir. (Sarwono Prawirohardjo, 1999: 259)
b.
Personal hygiene
·
Memegang peranan penting pada
tumbang anak jika kebersihan kurang akan menyebabkan timbulnya penyakit kulit.
(Buku Ajar, 2002: 16)
·
Bayi segera dikeringkan setelah
lahir dan tunda untuk memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam setelah lahir.
(Shpiego dan Depkes RI, 2002: 4-5)
c.
Istirahat/tidur Untuk
mengetahui istirahat (tidur) dalam sehari. (Perawatan kebidanan: 167-168)
d.
Aktifitas Untuk mengetahui
aktifitas sehari-hari, seperti: bermain
e.
Eliminasi Untuk mengetahui
frekuensi dari eliminasi baik mixi atau defekasi serta kelainan-kelainan yang
menyertainya.
7.
Riwayat psikososial Bagaimana
hubungan anak dengan Ibu, ayah dan keluarga karena stabilitas dan keharmonisan
rumah tangga akan mempengaruhi tumbang anak.
B.
Data Objektif
1.
Pemeriksaan umum
a.
Keadaan Umum
·
Melihat cacat bawaan yang jelas
tampak, seperti = hidrocephalus, an encephalus, kelainan kulit akibat trauma
lahir, dll. (Sarwono Prawirohardjo, 1999: 251
·
Mengetahui keadaan umum/cukup.
(Kamus Dorland)
b.
TTV Nadi : normal
120-140x/menit pada bayi Suhu : normal 36,5oC-37,5oC Pernafasan : normal
30-60x/menit
c.
Antropometri
·
BB - Merupakan indikator
tunggal yang terbaik untuk keadaan gizi dan tumbuh kembang anak dan sebagai
dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan. (Soetjiningsih
dkk, 1995:38) - BB normal bayi baru lahir 2500gr-4000gr. (Sumiarni dkk,
1995:56)
·
TB - Merupakan indikator
terbaik untuk gangguan pertumbuhan fisik, sebagai perbandingan terhadap
perubahan-perubahan relatif. (Soetjiningsih, 1995:39) - Normal 48-50cm
(Jumiarni, dkk. 1995:56)
·
Lingkar Kepala - Dipakai untuk
mengukur pertumbuhan kepala (otak). (Buku Ajar I, 2002:59) - Normal 32-34cm
(Jumiarni, dkk. 1995:56)
·
Lingkar lengan atas - LILA
mencerminkan tumbang jaringan lemak dan otot, dapat dipakai untuk menilai
keadaan gizi/tumbang. (Buku Ajar I, 2002:59) - Normal 32-34cm (Jumiarni, dkk.
1995:56)
·
Lingkar dada - Dipakai untuk
mengetahui kelainan khusus, misalnya : pada kasus dengan kelainan bawaan/untuk
melakukan jenis perawatan. - Normal 32-34cm (Jumiarni, dkk. 1995:56)
2.
Pemeriksaan Fisik
a.
Inspeksi
·
Kepala : besar, bentuk, sutura
tertutup/melebar, adakah cuput succedanum, hematoma, chepal (ada/tidak). (Sarwono
Prawirohardjo, 2003: 32)
·
Mata : simetris/tidak, conjungtiva
anemis/tidak, sclera icterus/tidak ○ Mulut : simetris/tidak, terdapat labio
palatoschicis/tidak, cianosis/tidak
·
Hidung : simetris/tidak, ada
secret/tidak, septum utuh/tidak. ○ Telinga : simetris/tidak, ada secret/tidak,
ada cacat bawaan/tidak
·
Leher : terdapat pembesaran
kelenjar limphe/tidak, kelenjar tiroid, pembesaran vena jugularis.
·
Dada : simetris/tidak, puting
susu simetris/tidak.
·
Abdomen : terdapat benjolan
abnormal/tidak, terdapat perdarahan tali pusat/tidak.
·
Kulit : Warna kulit, turgor
ada/tidak, vernik caseosa, ada tidak rambut lanugo.
·
Genetalia : - Wanita : labia
mayor tertutup/tidak, oedem/ tidak, perdarahan/tidak, - Laki-laki : ada/tidak
rugae pada scrotum, oedem/tidak, testis turun/tidak.
·
Anus : atresia ani/tidak.
·
Ekstremitas: simetris/tidak,
jumlah jari lengkap/tidak, gerak aktif/tidak, adakah cacat bawaan/tidak.
b.
Palpasi - Dada : puting susu
simetris/tidak. - Abdomen : teraba benjolan abnormal/tidak.
3.
Antropometri
a.
Berat badan : 2500-4000 gram
b.
Panjang badan : 48-52 cm
c.
Lingkar lengan atas : 11-14 cm
d.
Lingkar dada : 30-38 cm
e.
Lingkar kepala : 33-35 cm -
Fronto occipital : 34 cm - Mento occipital : 35 cm - Sub occipito bregmatica :
32 cm
4.
Reflek - Moro : baik - Rooting
: baik - Isap dan menelan : baik
5.
Eliminasi - Urine : keluar
setelah lahir - Mekonium : keluar 24 jam pertama
6.
Pemeriksaan penunjang
III.
Interpretasi Data Dasar
Diagnosa :
Bayi Baru Lahir Normal
DO : BB : 2.500-4.000 gram PB : 48-52 cm S :
36,5oC-37,5oC Rr : 30-50 N : 120-140 A-S : 7-10 2. Reflek - Moro : baik -
Rooting : baik - Isap dan menelan : baik 3. Lingkar kepala - Fronto occipital :
34 cm - Mento occipital : 35 cm - Sub occipito bregmatica : 32 cm 4. Pergerakan
: baik 5. Keadaan umum : baik, kulit kemerahan
IV.
Identifikasi Diagnosa / Masalah
Potensial
- Hipotermi
- Hipoglikemi
- Perdarahan tali pusat
- Asfiksia
V.
Identifikasi Kebutuhan Segera
VI.
Pengembangan Rencana
1.
Pertahankan jalan nafas tetap
bersih
2.
Potong dan jepit tali pusat
3.
Pertahankan suhu tubuh bayi
4.
Melakukan perawatan tali pusat
5.
Berikan bayi pada Ibu untuk
disusui
6.
Berikan HE perawatan bayi
sehari-hari
VII.
Implementasi Sesuai
pengembangan rencana
VIII.
Evaluasi Sesuai keadaan bayi
saat itu
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2000, “Standar Pelayanan Kebidanan”, Jakarta.
Depkes RI, 1996, “Bayi Baru Lahir”, Jakarta.
Pusdiknakes, Depkes RI, 1995, “Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga”, Jakarta.
Sarwono Prawirohardjo, 2001, “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal”, Jakarta.
http://mihardi77.blogspot.com/2010/12/askep-bayi-baru-lahir-fisiologis.html