ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HEMOFILIA
STIKES “BHAKTI MULIA”
PARE-KEDIRI
2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................... 1
1.3
Tujuan....................................................................................... 2
1.4
Manfaat .................................................................................... 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian
hemofilia................................................................. 3
2.2
Klasifikasi
hemofilia................................................................. 3
2.3
Etiologi
hemofilia..................................................................... 6
2.4
Manifestasi
klinis hemofilia...................................................... 6
2.5
Patofisiologi
hemofilia.............................................................. 7
2.6
Komplikasi
hemofilia................................................................ 7
2.7
Pemeriksaan
penunjang hemofilia............................................. 8
2.8
Penatalaksanaan
hemofilia........................................................ 9
2.9
Konsep
asuhan keperawatan pasien hemofilia.......................... 9
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................ 14
3.2
Saran.......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah
tulisan yang ditulis oleh Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut
ensiklopedia Britanica, istilah hemofilia (haemophilia) pertama kali
diperkenalkan oleh seorang dokter berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein
(1793 - 1864), pada tahun 1928. Pada abad ke 20, pada dokter terus mencari
penyebab timbulnya hemofilia. Hingga mereka percaya bahwa pembuluh darah dari
penderita hemofilia mudah pecah. Kemudian pada tahun 1937, dua orang dokter
dari Havard, Patek dan Taylor, menemukan pemecahan masalah pada pembekuan
darah, yaitu dengan menambahkan suatu zat yang diambil dari plasma dalam darah.
Zat tersebut disebut dengan "anti - hemophilic globulin". Di tahun
1944, Pavlosky, seorang dokter dari Buenos Aires, Argentina, mengerjakan suatu
uji coba laboratorium yang hasilnya memperlihatkan bahwa darah dari seorang
penderita hemofilia dapat mengatasi masalah pembekuan darah pada penderita
hemofilia lainnya dan sebaliknya. Ia secara kebetulan telah menemukan dua jenis
penderita hemofilia dengan masing - masing kekurangan zat protein yang berbeda
- Faktor VIII dan Faktor IX. Dan hal ini di tahun 1952, menjadikan hemofilia A
dan hemofilia B sebagai dua jenis penyakit yang berbeda
Meskipun hemofilia telah lama dikenal di dalam kepustakaan kedokteran, tetapi di Jakarta baru tahun 1965 diagnosis laboratorik diperkenalkan oleh Kho Lien Keng dengan Thromboplastin Generation Time (TGT) di samping prosedur masa perdarahan dan masa pembekuan. Pengobatan yang tersedia di rumah sakit hanya darah segar, sedangkan produksi Cryoprecipitate yang dipakai sebagai terapi utama hemofilia di Jakarta, diperkenalkan oleh Masri Rustam pada tahun 1975.
Meskipun hemofilia telah lama dikenal di dalam kepustakaan kedokteran, tetapi di Jakarta baru tahun 1965 diagnosis laboratorik diperkenalkan oleh Kho Lien Keng dengan Thromboplastin Generation Time (TGT) di samping prosedur masa perdarahan dan masa pembekuan. Pengobatan yang tersedia di rumah sakit hanya darah segar, sedangkan produksi Cryoprecipitate yang dipakai sebagai terapi utama hemofilia di Jakarta, diperkenalkan oleh Masri Rustam pada tahun 1975.
Pada tahun 2000 hemofilia yang dilaporkan ada 314, pada
tahun 2001 kasus yang dilaporkan mencapai 530. Diantara 530 kasus ini, 183
kasus terdaftar di RSCM, sisanya terdaftar di Bali, Bangka, Bandung, Banten,
Lampung, Medan, Padang, Palembang, Papua, Samarinda, Semarang, Surabaya, Ujung
Pandang dan Yogyakarta.
Di antara 183 pasien hemofilia yang terdaftar di RSCM, 100 pasien telah diperiksa aktivitas faktor VIII dan IX. Hasilnya menunjukkan 93 orang adalah hemofilia A dan 7 pasien adalah hemofilia B. Sebagian besar pasien hemofilia A mendapat cryoprecipitate untuk terapi pengganti, dan pada tahun 2000 konsumsi cryoprecipitate mencapai 40.000 kantong yang setara dengan kira-kira 2 juta unit faktor VIII.
Di antara 183 pasien hemofilia yang terdaftar di RSCM, 100 pasien telah diperiksa aktivitas faktor VIII dan IX. Hasilnya menunjukkan 93 orang adalah hemofilia A dan 7 pasien adalah hemofilia B. Sebagian besar pasien hemofilia A mendapat cryoprecipitate untuk terapi pengganti, dan pada tahun 2000 konsumsi cryoprecipitate mencapai 40.000 kantong yang setara dengan kira-kira 2 juta unit faktor VIII.
Pada saat ini Tim Pelayanan Terpadu juga mempunyai
komunikasi yang baik dengan Tim Hemofilia dari negara lain. Pada Hari Hemofilia
Sedunia tahun 2002, Pusat Pelayanan Terpadu Hemofilia RSCM telah ditetapkan
sebagai Pusat Pelayanan Terpadu Hemofilia Nasional.
Pada tahun 2002 pasien hemofilia yang telah terdaftar di seluruh Indonesia mencapai 757, diantaranya 233 terdaftar di Jakarta, 144 di Sumatera Utara, 92 di Jawa Timur, 86 di Jawa Tengah dan sisanya tersebar dari Nanggroe Aceh Darussalam sampai Papua.
Pada tahun 2002 pasien hemofilia yang telah terdaftar di seluruh Indonesia mencapai 757, diantaranya 233 terdaftar di Jakarta, 144 di Sumatera Utara, 92 di Jawa Timur, 86 di Jawa Tengah dan sisanya tersebar dari Nanggroe Aceh Darussalam sampai Papua.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa
pengertian dari hemofilia ?
1.2.2
Bagaimana
klasifikasi hemofilia ?
1.2.3
Apa
etiologi dari hemofilia ?
1.2.4
Bagaimana
manifestasi klinis pasien dengan hemofilia ?
1.2.5
Bagaimana
patofisiologi hemofilia ?
1.2.6
Apa
komplikasi dari hemofilia ?
1.2.7
Apa
saja pemeriksaan penunjang untuk hemofilia ?
1.2.8
Bagaimana
penatalaksanaan hemofilia ?
1.2.9
Bagaimana
konsep asuhan keperawatan pasien dengan hemofilia ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk
mengetahui pengertian dari hemofilia
1.3.2
Untuk
mengetahui klasifikasi hemofilia
1.3.3
Untuk
mengetahui etiologi dari
hemofilia
1.3.4
Untuk
mengetahui manifestasi klinis
pasien dengan hemofilia
1.3.5
Untuk
mengetahui patofisiologi hemofilia
1.3.6
Untuk
mengetahui komplikasi dari hemofilia
1.3.7
Untuk
mengetahui pemeriksaan penunjang untuk hemofilia
1.3.8
Untuk
mengetahui penatalaksanaan hemofilia
1.3.9
Untuk
mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan hemofilia
1.4
Manfaat
1.4.1
Manfaat
bagi institusi
Makalah ini dapat bermanfaat atau berguna sebagai
pembaharuan buku-buku diperpustakaan STIKes ”Bhakti Mulia” Pare-Kediri.
1.4.2
Manfaat
bagi penulis
Untuk menambah ilmu pengetahuan atau wawasan
tentang asuhan keperawatan pada anak dengan hemofilia.
1.4.3
Manfaat
bagi pembaca
Untuk memberikan tambahan pengetahuan seputar
masalah hemofilia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Hemofilia
berasal dari bahas Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang
berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang. Hemofilia adalah
suatau penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada
anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan
( www.hemofilia.or.id ).
( www.hemofilia.or.id ).
Hemofilia
adalah gangguan pendarahan yang disebabkan oleh defisiensi herediter dan faktor
darah esensial untuk koagulasi ( Wong, 2003 ).
Hemofilia
merupakan gangguan koagulasi kogenital paling sering dan serius. Kelainan
initerkait dengan defisiensi faktor VII, IX atau XI yang ditemukan secara
genetik ( Nelson, 1999 ).
Hemofilia
merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang paling sering
dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten ( Price &
Wilson, 2005 ).
Hemofilia
adalah penyakit koagulasi darah kongenital karena anak kekurangan faktor
pembekuan VIII (Hemofilia A) atau faktor IX (Hemofilia B).
Dengan
demikian hemofilia adalah penyakit koagulasi terutama kekurangan factor VII,
IX, XI, yang bersifat herediter.
2.2
Klasifikasi
Hemofilia
Hemofilia
terbagi atas dua jenis, yaitu :
1.
Hemofilia A yang dikenal juga dengan nama :
a.
Hemofilia klasik : karena jenis
hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah.
b.
Hemofilia kekurangan faktor
VIII : terjadi karena kekurangan faktor 8 ( Faktor VIII ) protein pada darah
yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
2.
Hemofilia B yang dikenal juga
dengan nama :
a.
Christmas disease : karena
ditemukan untuk pertama kalinya pada seorang yang bernama Steven Christmas asal
Kanada.
b.
Hemofilia kekurangan faktor IX
: Terjadi karena kekurangan faktor 9 ( Faktor IX ) protein pada darah yang menyebabkan
masalah pada prosese pembekuan darah.
Klasifikasi
Hemofili menurut berat ringannya penyakit:
1.
Defisiensi berat:
Kadar faktor VIII
0-2% dari normal
Terjadi hemartros
dan perdarahan berat berulang
2. Defisiensi
sedang:
Kadar faktor VIII
2-5 % dari normal
Jarang menyebabkan
kelainan ortopedik
Jarang terjadi
hemartros dan perdarahan spontan
3. Defisiensi
ringan:
Kadar faktor VIII
5-25 % dari normal
Mungkin
tidak terjadi hemartros dan perdarahan spontan lain, tetapi dapat
menyebabkan perdarahan serius bila terjadi trauma / luka yg tidak berat /
proses pembedahan.
4. Subhemofilia
Kadar faktor
25-50% dari normal. Tidak mengakibatkaan perdarahan, kecuali bila penderita
mengalami trauma hebat dan pembedahan yang luas.
2.3
Etiologi
Hemofilia
1. Faktor congenital
Bersifat resesif autosomal
herediter. Kelainan timbul akibat sintesis faktor pembekuan darah menurun.
Gejalanya berupa mudahnya timbul kebiruan pada kulit atau perdarahan spontan
atau perdarahan yang berlebihan setelah suatu trauma.
Pengobatan : dengan memberikan
plasma normal atau konsetrat faktor yang kurang atau bila perlu diberikan
transfusi darah.
2. Faktor didapat.
Biasanya disebabkan oleh
defisiensi faktor II ( protombin ) yang terdapat pada keadaan berikut :
Neonatus, karena fungsi hati
belum sempurna sehingga pembekuan faktor darah khususnya faktor II mengalami
gangguan. Pengobatan : umumnya dapat sembuh tanpa pengobatan atau dapat
diberikan.
2.4
Manifestasi klinis
1. Masa bayi ( untuk diagnosis ).
a. Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi.
b. Ekimosis sudkutan diatas tonjolan – tonjolan tulang (saat berumur 3
– 4 bulan ).
c. Hematoma besara setelah infeksi.
d. Perdarahan dari mukosa oral.
e. Perdarahan jaringan lunak.
2. Episode perdarahan ( selama rentang hidup ).
a. Gejala awal, yaitu nyeri.
b. Setelah nyeri, yaitu bengkak, hangat dan penurunan mobilitas.
3. Sekuela jangka panjang.
Perdarahan berkepanjangan dalam otot dapat menyebabkan kompresi saraf dan fibrosis otot.
Perdarahan berkepanjangan dalam otot dapat menyebabkan kompresi saraf dan fibrosis otot.
2.5
Patofisiologi
Perdarahan
karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi pada jaringan yang letaknya dalam
seperti otot, sendi, dan lainya yang dapat terjadi kerena gangguan pada tahap
pertama, kedua dan ketiga, disini hanya akan di bahas gangguan pada tahap
pertama, dimana tahap pertama tersebutlah yang merupakan gangguan mekanisme
pembekuan yang terdapat pada hemofili A dan B. Perdarahan mudah terjadi pada
hemofilia, dikarenakan adanya gangguan pembekuan, di awali ketika seseorang
berusia ± 3 bulan atau saat – saat akan mulai merangkak maka akan terjadi
perdarahan awal akibat cedera ringan, dilanjutkan dengan keluhan-keluhan
berikutnya. Hemofilia juga dapat menyebabkan perdarahan serebral, dan berakibat
fatal. Rasionalnya adalah ketika mengalami perdarahan, berarti terjadi luka
pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh) → darah
keluar dari pembuluh. Pembuluh darah mengerut/ mengecil → Keping darah
(trombosit) akan menutup luka pada pembuluh→Kekurangan jumlah factor pembeku
darah tertentu, mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk
sempurna→darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh → perdarahan (normalnya:
Faktor-faktor pembeku darah bekerja membuat anyaman (benang - benang fibrin)
yang akan menutup luka sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh).
2.6
Komplikasi.
1.
Timbulnya inhibitor.
Inhibitor adalah cara tubuh
untuk melawan apa yang dilihatnya sebagai benda asing yang masuk. Hal ini
berarti segera setelah konsetrat faktor diberikan tubuh akan melawan dan akan
menghilangnya. Suatu inhibitor terjadi jika sistem kekebalan tubuh melihat
konsetrat faktor VIII atau faktor IX sebagai benda asing dan menghancurkanya.
Pada penderita hemofilia dengan inhibitor terhadap konsetrat faktor, reaksi
penolakkan mulai terjadi segera setelah darah diinfuskan. Ini berarti konsetrat
faktor dihancurkan sebelum ia dapat menghentikan pendarahan.
2.
Kerusakan sendi akibat
pendarahan berulang.
Kerusakan sendi adalah
kerusakan yang disebabkan oleh perdarahan berulang didalam dan disekitar rongga
sendi. Kerusakan yang menetap dapat di sebabkan oleh satu kali pendarahan yang
berat ( Hemarthrosis ).
3.
Infeksi yang ditularkan oleh
darah.
Komplikasi hemofilia yang
paling serius adalah infeksi yang ditularkan oleh darah.
2.7
Pemeriksaan Penunjang
1.
Uji skining untuk koagulasi
darah.
a.
Jumlah trombosi ( normal
150.000 – 450.000 per mm3 darah ).
b.
Masa protombin ( normal
memerlukan waktu 11 – 13 detik ).
c.
Masa tromboplastin parsial (
meningkat, mengukut keadekuatan faktor koagulasi intrinsik ).
d.
Fungsional terhadap faktor VII
dan IX ( memastikan diagnosis )
e.
Masa pembekuan trombin (
normalnya 10 – 13 detik ).
2.
Biopsi hati : digunakan untuk
memperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi dan kultur.
3.
Uji fungsi feal hati :
digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit hati ( misalnya, serum glutamic –
piruvic trasaminase [ SPGT ], serum glutamic – oxaloacetic transaminase [ SGOT
], fosfatase alkali, bilirubin ).
2.8
Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan Medis.
a.
Diberikan infus kriopresipitas
yang mengandung 8 sampai 100 unit faktor VIII setiap kantongnya.
b.
Berikan AHF pada awal
perdarahan untuk mengontrol Hematosis.
c.
Berikan analgetik dan
kortikosteroid untuk dapat mengurangi nyeri sendi dan kemerahan pada hemofilia
ringan.
d.
Jika dalam darah terdapat
antibodi, maka dosis plasma konsenratnya dinaikan atau diberikan faktor
pembekuan yang yang berbeda atau obat – obatan untuk mengurangi kadar antibodi.
2.
Penatalaksanaan Keperawatan.
a.
Memperhatikan perawatan gigi
agar tidak mengalami pencabutan gigi.
b.
Istirahatkan anggota tubuh
dimana ada luka.
c.
Gunakan alat bantu seperti
tongkat bila kaki mengalami perdarahan.
d.
Kompreslah bagian tubuh yang
terluka dan daerah sekitar dengan es.
e.
Tekan dan ikat, sehingga bagian
tubuh yang mengalami perdarahan tidak bergerak ( immobilisasi ).
f.
Letakkan bagian tubuh tersebut
dalam posisi lebih tinggi dari posisi dada dan letakkan diatas benda yang
lembut.
2.9
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian perawatan
Pada pengkajian anak dengan
hemophilia dapat ditemukan adanya pendarahan kambuhan yang dapat timbul setelah
trauma baik ringan maupun berat. Pada umumnya pendarahan di daerah persendian
lutut, siku, pergelangan kaki, bahu, dan pangkal paha ; sedangkan otot yang
paling sering terkena adalah flrksor lengan bawah. Khususnya pasa bayi dapat
terlihat adanya perdarahan yang berkepanjangan setelah bayi dilakukan
sirkumsisi, adanya hematoma setelah terjadinya infeksi , sering pendarahan pada
mukosa oral dan jaringan lunak, sering awalnya disertai dengan nyeri kemudian
setelah nyeri akan menjadi bengkak, hangat, dan menurunnya mobilitas. Pada
pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai jumlah trombositnya normal, masa
protombinnya normal, masa tromboplastin parsialnya meningkat.
a. Aktivitas
Gejala :Kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas.
Tanda :Kelemahan otot, somnolen
Gejala :Kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas.
Tanda :Kelemahan otot, somnolen
b. Sirkulasi
Gejala :Palpitasi
Tanda :Kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf serebral/ tanda perdarahan serebra
Gejala :Palpitasi
Tanda :Kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf serebral/ tanda perdarahan serebra
c. Eliminasi
Gejala :Hematuria
Gejala :Hematuria
d. Integritas ego
Gejala :Persaan tak ada harapan, tak berdaya
Tanda :Depresi, menarik diri, ansietas, marah
Gejala :Persaan tak ada harapan, tak berdaya
Tanda :Depresi, menarik diri, ansietas, marah
e. Nutrisi
Gajala :Anoreksia, penurunan berat badan
Gajala :Anoreksia, penurunan berat badan
f. Nyeri
Gejala :Nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot
Tanda :Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel
Gejala :Nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot
Tanda :Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel
g. Keamanan
Gejala :Riwayat trauma ringan, perdarahan spontan.
Tanda :Hematom
Gejala :Riwayat trauma ringan, perdarahan spontan.
Tanda :Hematom
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Nyeri b.d perdarahan dalam
jaringan dan sendi
b.
Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan akibat perdarahan ditandai dengan mukosa mulut
kering,turgor kulit lambat kembali.
c.
Resiko tinggi injuri
berhubungan dengan kelemahan pertahanan sekunder akibat hemofilia ditandai
dengan seringnya terjadi cedera
d.
Risiko kerusakan mobilitas
fisik b.d efek perdarahan pada sendi dan jaringan lain.
e.
Perubahan proses keluarga b.d
anak menderita penyakit serius
3. Intervensi
DX I
Tujuan/Kriteria hasil: Pasien tidak menderita nyeri atau menurunkan intensitas atau skala nyeri yang dapat diterima anak.
Intervensi
DX I
Tujuan/Kriteria hasil: Pasien tidak menderita nyeri atau menurunkan intensitas atau skala nyeri yang dapat diterima anak.
Intervensi
1)
Tanyakan pada klien/keluarga
tengtang nyeri yang diderita.
2)
Observasi P, Q, R, S, T nyeri.
3)
Lakukan manajemen nyeri
(distraksi, relaksasi)
4)
Evaluasi perubahan perilaku dan
psikologi anak.
5)
Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian analgesik
DX II
Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan, mukosa mulut lembab, turgor kulit cepat kembali kurang dari 2 detik
Intervensi
Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan, mukosa mulut lembab, turgor kulit cepat kembali kurang dari 2 detik
Intervensi
1) Awasi TTV
2) Awasi intake dan output cairan
3) Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tampak
4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan adekuat
Rasional
1) Perubahan TTV kearah yang abnormal dapat menunjukan terjadinya
peningkatan kehilangan cairan akibat perdarahan / dehidrasi
2) Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan
dan membantu mengevaluasi status cairan
3) Memberikan informasi tentang derajat hipovolemi dan membantu
menentukan intervensi
4) Mempertahankan keseimbangan cairan akibat perdarahan
DX III
Tujuan/Kriteria hasil: Injuri dan komplikasi dapat dihindari/tidak terjadi
Intervensi
Tujuan/Kriteria hasil: Injuri dan komplikasi dapat dihindari/tidak terjadi
Intervensi
1) Pertahankan keamanan tempat tidur klien, pasang pengaman pada tempat
tidur
2) Hindarkan dari cedera, ringan – berat
3) Awasi setiap gerakan yang memungkinkan terjadinya cedera
4) Anjurkan pada orangtua untuk segera membawa anak ke RS jika terjadi
injuri
5) Jelaskan pada orang tua pentingnya menghindari cedera. 1. Menurunkan
resiko cidera / trauma
Rasional
1) Jaringan rapuh dan gangguan mekanisme pembekuan menigkatkan resiko
perdarahan meskipun cidera /trauma ringan
2) Paien hemofilia mempunyai resiko perdarhan spontan tak terkontrol
sehingga diperlukan pengawasan setiap gerakan yang memungkinkan terjadinya
cidera
3) Identifikasi dini dan pengobatan dapat membatasi beratnya komplikasi
4) Orang tua dapat mengetahui mamfaat dari pencegahan cidera/ resiko
perdarahan dan menghindari injuri dan komplikasi
DXIV
Tujuan/kriteria hasil : Menurunkan resiko kerusakan mobilitas fisik.
Intervensi :
1) Elevasi dan immobilisasikan sendi selama episode perdarahan.
Tujuan/kriteria hasil : Menurunkan resiko kerusakan mobilitas fisik.
Intervensi :
1) Elevasi dan immobilisasikan sendi selama episode perdarahan.
2) Latihan pasif sendi dan otot.
3) Konsultasikan dengan ahli
terapi fisik untuk program latihan.
4) Konsultasikandengan perawat kesehatan masyarakat dan terapi fisik untuk supervisi ke rumah.
4) Konsultasikandengan perawat kesehatan masyarakat dan terapi fisik untuk supervisi ke rumah.
5) Kaji kebutuhan untuk manajemen nyeri.
6) Diskusikan diet yang sesuai.
7) Support untuk ke ortopedik dalm rehabilitasi
sendi.
DX V
Tujuan : Klien dapat menerima support adekuat.
Intervensi :
1) Rujuk pada konseling genetik untuk identifikasi kerier hemofilia dan beberapa kemungkinan yang lain.
2. Rujuk kepada agen atau organisasi bagi penderita hemofilia.
Tujuan : Klien dapat menerima support adekuat.
Intervensi :
1) Rujuk pada konseling genetik untuk identifikasi kerier hemofilia dan beberapa kemungkinan yang lain.
2. Rujuk kepada agen atau organisasi bagi penderita hemofilia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemofilia
adalah gangguan pendarahan yang disebabkan oleh defisiensi herediter dan faktor
darah esensial untuk koagulasi ( Wong, 2003 ). Hemofilia terbagi atas dua
jenis, yaitu : Hemofilia A dan Hemifilia B Etiologi Hemofilia
adalah Faktor congenital Faktor didapat.
Manifestasi
klinis Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi.Ekimosis sudkutan diatas
tonjolan – tonjolan tulang (saat berumur 3 – 4 bulan ).Hematoma besara setelah
infeksi. Perdarahan dari mukosa oral. Perdarahan jaringan lunak. Gejala awal, yaitu
nyeri. Setelah nyeri, yaitu bengkak, hangat dan
penurunan mobilitas. Sekuela jangka panjang. Perdarahan berkepanjangan dalam
otot dapat menyebabkan kompresi saraf dan fibrosis otot.
Komplikasi hemophilia Tinbulnya inhibitor Kerusakan sendi akibat pendarahan
berulang Infeksi yang ditularkan oleh darah.
Pemeriksaan
Penunjang Uji skining untuk koagulasi darah Biopsi hati Uji fungsi feal hati
3.2 Saran
Hendaknya para tenaga kesehatan khususnya perawat dapat
mengerti maupun memahami tentang penyakit hemofilia sehingga selain mampu untuk
melakukan tindakan keperawatan kepada pasien, juga mampu mengerti mengenai asuhan
keperawatan pada anak dengan hemofilia.
DAFTAR PUSTAKA
Arif
M, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid 2, Media Aesculapius,
FKUI, Jakarta.
Firman. 2010. Askep anak hemofilia. http://firmanpharos.wordpress.com/category/kumpulan-askep/askep-anak-hemofilia/ (diakses 12 juni 2011. 20.11)
Endhy. 2011. Asuhan keperawatan pada
anak dengan hemofilia. http://endhyasuhankeperawatan.blogspot.com/2011/02/asuhan-keperawatan-anak-dengan.html (diakses 12 juni 2011. 20.11)
Khaidirmuhaj. 2009. Askep anak
hemofilia http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/02/askep-anak-hemofilia.html (diakses 12 juni 2011. 20.11)
Brunner dkk, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, EGC
Kedokteran, Jakarta.