Sabtu, 22 Juni 2013

askep retradasi mental



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Retardasi mental adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan mental yang tidak mencukupi(WHO)
Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari:
·         Maturasi
·         Proses belajar
·         Penyesuaian diri secara social

1.2         Rumusan Masalah
1.         Apa definisi retardasi mental?
2.         Bagaimana etiologi retardasi mental?
3.         Bagaimana klasifikasi retardasi mental?
4.         Bagaimana gejala klinis retardasi mental?
5.         Apa saja komplikasi yang ditimbulkan oleh retardasi mental?
6.         Apa tindakan yang dilakukan untuk pencegahan retardasi mental?

1.3         Tujuan
1.         Untuk Mengetahui definisi retardasi mental.
2.         Untuk Mengetahui etiologi retardasi mental.
3.         Untuk Mengetahui klasifikasi retardasi mental.
4.         Untuk Mengetahui gejala klinis retardasi mental.
5.         Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan oleh retardasi mental.
6.        Untuk Mengetahui Bagaimana tindakan apa yang dilakukan untuk pencegahan  retardasi mental.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1         DEFINISI
Terdapat berbagai macam definisi mengenai retardasi mental. Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi.Carter CH (dikutip dari Toback C.) mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidak­mampuan individu untuk belajar dan beradapsi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Menurut Crocker AC 1983.
Retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi iritelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan. Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.    Fungsi intelektual umum dibawah normal
2.     Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial
3.     Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.

2.2         ETIOLOGI
Kelainan ini dapat digolongkan menjadi :
1.    Penyebab Organik
a)    Faktor prenatal :
·      Penyakit kromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom Down)
·      Sindrom Fragile X
·      Gangguan Sindrom ( distrofi otot Duchene, neurofibromatosis ( tipe 1)
·      Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria )
b)   Faktor Perinatal :
·       Abrupsio plasenta
·      Diabetes maternal
·      Kelahiran premature
·      Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial
c)     Faktor Pasca natal :
·      Cedera kepala
·      Infeksi
·      Gangguan degeneratif
2.    Penyebab non organik
a)        Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
b)        Sosial cultural
c)        Interaksi anak kurang
d)       Penelantaran anak
3.    Penyebab lain : Keturunan,pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain
Retardasi mental dapat juga disebabkan oleh gangguan psikiatris berat dengan deviasi psikososial atau lingkungan ( Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta )

2.3         Klasifikasi
Menurut nilai IQ-nya, maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut (dikutip dari Swaiman 1989):
·      Nilai IQ Sangat superior 130
·      Lebih Superior 120-129
·      Diatas rata-rata 110-119
·      Rata-rata 90-110
·      Dibawah rata-rata 80-89
·      Retardasi mental borderline 70-79
·      Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69
·      Retardasi mental sedang (mampu latih ) 36-51
·      Retardasi mental berat 20-35
·      Retardasi mental sangat berat dibawah 20
Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih mampu didik, retardasi mental tipe sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya. Bila ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi:


1.    Tipe klinik
Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya
2.    Tipe sosio budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat men­gikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu rnereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anak­anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Para orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya ketainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada urnumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.

2.4         Gejala Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu (Swaiman, 1989):
·         Kelainan pada mata
·         Kejang
·         Kelainan kulit
·         Kelainan rambut Kepala
·         Perawakan pendek
·         Distonia
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1.    Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dalam tipe sosial budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai ketas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampil­an tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal.
2.    Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, rnereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai klas 2 SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu misalnya pertukangan, pertanian, dll. dan apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan.
3.    Retardasi mental berat.
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan ,secara diru, karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlam­batan perkembangan rnotorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih higiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih ketrampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
4.    Retardasi mental sangat berat.
Kelompok ini sekitar 1 % dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah di­buat karena gejala bask mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang disekitarnya.

2.5         Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan retardasi mental yaitu:
·         Serebral palcy
·         Gangguan kejang
·         Gangguan kejiwaan
·         Gangguan konsentrasi /hiperaktif
·         Defisit komunikasi
·         Konstipasi






2.6         Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retar­dasi mental, yaitu (Shonkoff JP, 1992):
·                                                                               Kromosomal kariotipe
·                                                                               EEG (Elektro Ensefalogram)
·                                                                               CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
·                                                                               Titer virus untuk infeksi kongenital
·                                                                               Serum asam urat (Uric acid serum)

2.7         Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis :
·         Psikostimulan untuk anak yang menunjukkan gangguan konsentrasi/ hiperaktif.
·         Obat Psikotropika (untuk anak dengan perilaku yg membahayakan diri).
·         Antidepresan, dll
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penanganan multidisiplin meru­pakan jalan yang terbaik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimmal mungkin. Untuk itu perlu melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa fisik anak, mengana­lisis penyebab, dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran pekerja sosial kadang-kadang diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah strategi terapi. Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi, misal­nya ahli saraf bila anak juga menderita epilepsi, palsi serebral, dll. Psikiater, bila anak­nya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi medis, bila diperlukan untuk merangsang perkem­bangan motorik dan sensoriknya.

2.8         Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk retardasi mental antara lain:
·         Imunisasi bagi anak dan ibu sebelum kehamilan.
·          Konseling perkawinan
·          Pemeriksaan kehamilan rutin
·          Nutrisi yang baik
·          Persalinan oleh tenaga kesehatan
·          Memperbaiki sanitasi dan gizi keluarga
·          Pendidikan kesehatan mengenai pola hidup sehat
·          Program mengentaskan kemiskinan, dll

2.9         Asuhan Keperawatan
1.        Pengkajian
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.
2.        Permeriksaan fisik
·      Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris).
·      Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat berubah.
·      Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll.
·      Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, coping melengkung ke atas, dll.
·      Mulut : bentuk "V" yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi.
·      Gigi : odontogenesis yang tdk normal.
·      Telinga : keduanya letak rendah.
·      Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia.
·      Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna.
·      Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll.
·      Dada & Abdomen: tdp beberapa putting, buncit, d1l Genitalia: mikropenis, testis tidak turun, dll.
·      Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk.
3.        Pemeriksaan penunjang
·      Pemeriksaan kromosom
·      Pemeriksaan urin, serum atau titer virus
·      Test diagnostik spt : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan
4.         Diagnosa Keperawatan
                                                                                                      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
                                                                                                      Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
                                                                                                      Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas fisik
                                                                                                      Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi sosial
                                                                                                       Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak retardasi mental
      Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan perkembangan.
5.        Intervensi
1)                                     Kaji factor penyebab gangguan perkembangan anak
2)   Indentifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal
3)                                     Berikan perawatan yang konsisten
4)                                     Tingkatkan komunikasi verbal dan stimualsi taktil
5)                                     Berikan instruksi berulang dan sederhana
6)                                     Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak
7)                                     Dorong anak melakukan perawatan sendiriManajemen perilaku anak yang sulit
8)                                     Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
9)                                     Ciptakan lingkungan yang aman
6.         Pendidikan pada orang tua
1)      Perkembangan anak untuk tiap tahap usia
2)      Dukung keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
3)      Bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak yang sulit
4)      Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok
7.        Hasil yang diharapkan
1)      Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya
2)      Keluarga dan anak mampu menggunakan koping terhadap tantangan karena adanya ketidakmampuan
3)      Keluarga mampu mendapatkan sumber-sumber sarana komunitas