Sabtu, 22 Juni 2013

Asuhan Keperawatan Pada klien Dengan Gangguan Mobilisasi




ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN MOBILISASI



















PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI MULIA
PARE – KEDIRI
2010


KATA PENGANTAR

            Dengan ini kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberinya rahmat dan hidayahNya sehingga tugas makalah kami ini yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada klien Dengan Gangguan Mobilisasi “ bisa terselesaikan dengan tepat waktu.
            Adapun maksud dan tujuan makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh mata kuliah kebutuhan dasar manusia tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan mobilisasi disamping itu, juga untuk menambah wawasan kami dalam ilmu pengetahuan terutama di bidang mobilisasi.
            Penulis menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya atau karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

                                                                                         Pare,    Januari 2010


                                                                                                   Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2  Rumusan masalah ................................................................................ 1
1.3  Tujuan .................................................................................................. 1
1.4  Manfaat ............................................................................................... 2
1.4.1        Bagi Mahasiswa ....................................................................... 2
1.4.2        Bagi Institusi ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Mobilisasi ........................................................................... 3
2.2  Tujuan Mobilisasi ................................................................................. 3
2.3  Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi ................................ 3
2.4  Macam – Macam Kelainan Posture ..................................................... 4
2.5  Macam – Macam Persendian ............................................................... 5
2.6  Tanda – Tanda Intoleransi aktivitas .................................................... 6
2.7  Macam – Macam Latihan Rentang Gerak ........................................... 6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1  - Data Pengkajian ................................................................................ 8
- Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 8
3.2  Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 9
3.3  Rencana Tindakan Keperawatan ......................................................... 9
3.4  Implementasi Keperawatan ................................................................. 11
3.5  Evaluasi ............................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP
4.1  Kesimpulan .......................................................................................... 13
4.2   Saran.................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah “kesemrawutan” arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.
1.2  Rumusan Masalah
  1. Apa definisi dari mobilisasi ?
  2. Apa tujuan dari mobilisasi?
  3. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi ?
  4. Apa saja macam – macam kelainan posture?
  5. Apa saja macam – macam persendian ?
  6. Apa tanda – tanda intoleransi aktivitas?
  7. Apa macam – macam latihan rentang gerak?

1.3  Tujuan
  1. Mengetahui definisi mobilisasi
  2. Mengetahui tujuan mobilisasi
  3. Mengetahui factor – factor yang mempengaruhi mobilisasi
  4. Mengetahui macam – macam kelainan posture
  5. Mengetahui macam – macam persendian
  6.  Mengetahui tanda – tanda intoleransi aktivitas
  7. Mengetahui macam – macam latihan rentang gerak

1.4  Manfaat
1.4.1        Bagi Mahasiswa
      Untuk menambah pengetahuan terutama bagi penulis dan menambah pengetahuan terutama bagi pembaca
1.4.2        Bagi Institusi
      Untuk mengetahui hasil yang dikerjakan oleh mahasiswa dan menambah bacaan makalah



BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas ( Kosier, 1989).
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk sekelas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya sekelas mungkin berjalan (Soelaiman, 1993).
Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian (Carpenito, 2000).

Tujuan Mobilisasi
  1. Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
  2. Untuk mencegah terjadinya trauma
  3. Untuk mempertahankan tingkat kesehatan
  4. Untuk mempertahankan interaksi social dan peran sehari – hari
  5. Untuk mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
  1. Gaya
Gaya hidup seseorang tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemabuk.
  1. Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu misalnya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
  1. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berbeda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
  1. Tingkat energi
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
  1. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit salam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
  1. Tipe persendian dan pergerakan sendi
Dalam sistem musculoskeletal dikenal 2 macam persendian yaitu sendi yang dapat digerakkan (diartrosis) dan sendi yang tidak dapat digerakkan (sinartrosis).

Macam – Macam Kelainan Posture
  1. Skoliosis, melengkungnya tulang belakang kearah samping, mengakibatkan tubuh melengkung kearah kanan atau kiri.
  2. Kifosis, perubahan kelengkungan pada tulang belakang secara keseluruhan sehingga orang menjadi bongkok
  3. Lordosis, melengkungnya tulang belakang di daerah lumbal atau pinggang kea rah depan sehingga kepala tertarik kearah belakang
  4. Subluksasi, gangguan tulang belakang pada segmen sehingga posisi kepala tertarik kearah kiri atau kanan.

Macam – Macam Persendian
  1. Sinartrosis : Persendian yang tidak memperbolehkan pergerakan
a.       Sinartrosis simbrifosis
Sinartrosis yang tulangnya dihubungkan jaringan ikat fibrusa
Ex : persendian tulang tengkorak
b.      Sinartrosis sinkondiosis
Sinartrosis yang dihubungkan untuk tulang rawan
Ex : hubungan antar segmen pada tulang belakang
  1. Diartosis
Diartrosis persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan. Dapat dikelompokkan menjadi
a.       Sendi peluru
Persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala arah
Ex : hubungan tulang lengan atas dengan tulang tulang belikat
b.      Sendi pelora
Persendian yang memungkinkan beberapa gerakan rotasi, namun tidak ke segala arah
Ex : hubungan tulang telapak tangan dan jari tangan
c.       Sendi putar
Persendian yang memungkinkan gerak berputar (rotasi)
Ex : hubungan tulang tengkorak dengan tulang belakang I (atlas)
d.      Sendi luncur
Persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada suatu bidang datar
Ex : hubungan tulang pergelangan kaki
e.       Sendi engsel
Persendian yang memungkinkan gerakan satu arah
Ex : Sendi siku antara tulang lengan atas dan tulang tasta
  1. Amfiartosis
Persendian yang dihubungkan untuk jaringan tulang rawan sehingga memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.

Tanda – Tanda Intoleransi Aktivitas
Tanda – tanda yang dapat dikaji pada intoleransi aktifitas antara lain (Gordon, 1976).
  1. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
  2. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi orthostatic.
  3. Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal
  4. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
  5. Kecepatan dan posisi tubuh disini akan mengalami kecepatan aktivitas dan ketidakstabilan posisi tubuh.
  6. Status emosi labil

Macam – Macam Latihan Tentang Gerak
    1. Fleksi dan Ekstensi
      Fleksi merupakan gerak menekuk atau membengkokkan
Sebaliknya, Ekstensi merupakan gerak meluruskan, sehingga merupakan kebalikan gerak fleksi.
Ex : gerak pada siku, lutut, ruas – ruas jari, dan bahu.
      Gerak ekstensi lebih lanjut melebihi posisi anatomi tubuh disebut
      Hiperekstensi.
    1. Adduksi dan abduksi
      Adduksi merupakan mendekati tubuh
Sebaliknya, abduksi merupakan gerak menjauhi tubuh
Ex .: gerak merenggangkan jari-jari tangan,membuka tungkai kaki dan    mengacungkan tangan
    1. Supinasi dan  pronasi
      Supinasi merupakan gerak menengahkan tangan
Sebaliknya Pronasi merupakan gerak menelungkupkan tangan
4. Inversi dan Eversi
      Inversi merupakan gerak memiringkan ( membuka ) telapak kaki kea rah dalam tubuh,sedangkan Eversi merupakan gerak memiringkan (membuka) telapak kearah luar .
 

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Dasar Data Pengkajian Klien
Pengkajian meliputi :
a.       Aktivitas / istirahat
Tanda     : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.
b.      Sirkulasi
Tanda     : Hipertensi (Kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ansietas) atau Hipotensi (kehilangan darah).
c.       Neurosensori
Gejala     :  Hilang gerakan / sensasi, spasme otot, kesemutan (parestesis).
Tanda     : Deformitas lokal angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / ansietas atau trauma lain).
d.      Nyeri / Kenyamanan
Gejala     : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf.
Spasme / kram otot (setelah imobilitasi).
e.       Keamanan
Tanda     : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, perubahan warm. Pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
  • Pemeriksaan Ronsen : Menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma.
  • Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : Memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
  • Arteriogram : Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
  • Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma.
  • Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
  • Profil koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, trafusi mutipes, atau cedera hati.

Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang
2.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan
3.      Resiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh

Rencana Tindakan Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
1





















2

















































3
Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang
















Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan


















Resiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh








Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam,
nyeri dapat berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :
- Nyeri berkurang atau hilang
- Klien tampak tenang.







Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam,
pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil : - penampilan yang seimbang..
- melakukan pergerakkan dan perpindahan.
- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.







Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil:
- tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.


- Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri


- Observasi tanda-tanda vital.


- Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik








-  Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.


-  Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.






































- Pantau tanda-tanda vital.




- Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.

- Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

- Tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri

- Untuk mengetahui perkembangan klien


-  Merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.







-  Menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.




-  Mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.







































- Mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat

-  Untuk mengurangi resiko infeksi nosokomial.






- Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.


Implementasi keperawatan
No.
No Dx.
Tindakan
Paraf
1




2





3





I




II





III
Mengkaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri dan observasi TTV.

Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik


Mengajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.

Mengajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.

Memantau TTV

Melakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.

Melakukan kolaborasi untuk pemberian antibiotik.




Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan fraktur adalah :
1. Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
3. Infeksi tidak terjadi / terkontrol

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
  1. Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk sekelas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya sekelas mungkin berjalan
Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian
  1. Faktor – factor yang mempengaruhi mobilisasi
a.       Gaya hidup
b.      Proses penyakit dan injuri
c.       Kebudayaan
d.      Tingkat energi
e.       Usia dan status perkembangan
f.       Tipe persendian dan pergerakan sendi
  1. Macam – Macam Persendian
a.       Sinartrosis
-          Sinartosis simfibrosis
-          Sinartrosis sinkondrosis
b.      Diartosis
-          Sendi peluru
-          Sendi pelana
-          Sendi putar
-          Sendi luncur
-          Sendi engsel
c.       Anfiartosis
-          Sindesmosis
-          Simfisis

            Saran
      Berdasarkan dari hasil makalah ini maka penulis memang perlu untuk memberikan saram-saran sebagai berikut:
            Bagi Institusi
                  Disarankan dapat menjadi analitik agar hasil makalah yang didapat menjadi lebih baik.
4.2.2  Bagi Mahasiswa
                  Disarankan dapat mengetahui dan mempelajari makalah kami.
























DAFTAR PUSTAKA

1.      Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan ___ keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Alih bahasa : I Mode Kamosa, Edisi III. EGC Jakarta.
2.      Hinchliff, Sue. 1996. Kamus Keperawatan. Edisi : 17 EGC : Jakarta.