Sabtu, 22 Juni 2013

askep bblr



ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS PATOLOGIS DENGAN BBLR (BERAT BADAN LAHIR RENDAH)



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................   i
 KATA PENGANTAR.............................................................................   ii
DAFTAR ISI.............................................................................................    iii
BAB I       : PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.....................................................................................     1
1.2  Rumusan Masalah................................................................................     3
1.3  Tujuan..................................................................................................     3
BAB II      : TINJAUAN MASALAH
2.1 Definisi dari BBLR (Bayi Baru Lahir Rendah) ..................................     4
2.2 Etiologi dari BBLR.............................................................................     5
2.3 Gambaran klinik dari BBLR...............................................................      5
2.4 Patofisiololgis dari BBLR ..................................................................     9
2.5 Gejala klinik dari BBLR ....................................................................      13
2.6 Pemeriksaan diagnostik dari BBLR...................................................      15
2.7 Penatalaksanaan dari BBLR...............................................................      22
2.8 Asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR..................................      25
BAB III    : PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................    29
3.2 Saran.....................................................................................................    29
 DAFTAR PUSTAKA










BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. (Mochtar,1998).
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature.
Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR ( Prawirohardjo, 2005 )
Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10 – 43 %. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang adalah 1 : 4 ( Mochtar, 1998 ).
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya.
                                                                                                          
1.2  Rumusan masalah
1.2.1                    Apa definisi dari BBLR ?
1.2.2                    Bagaimana etologi dari BBLR ?
1.2.3                    Bagaimana gambaran klinik dari BBLR ?
1.2.4                    Bagaimana patofisiologis dari BBLR ?
1.2.5                    Bagaimana gejala klinik dari BBLR ?
1.2.6                    Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari BBLR ?
1.2.7                    Bagaimana Penatalaksanaan dari BBLR?
1.2.8                    Bagaimana asuhan  keperawatan pada bayi dengan BBLR?
1.3  Tujuan
1.3.1                    Untuk mengetahui tentang definisi dari BBLR
1.3.2                    Untuk mengetahui etiologi dari BBLR
1.3.3                    Untuk mengetahui tentang gambaran klinik BBLR
1.3.4                    Untuk mengetahui patofisiologis dari BBLR
1.3.5                    Untuk mengetahui gejala klinik dari BBLR
1.3.6                    Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari BBLR
1.3.7                    Untuk mengetahui penatalaksanaan dari BBLR
1.3.8                    Untuk mengetahui asuhan keperawatan bayi dengan BBLR


BAB II
TINJAUAN MASALAH

2.1 Definisi dari BBLR (Berat Badan lahir Rendah)
-          Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kehamilan kurang dari 2500 gr/ lebih rendah. (WHO, 1961)
-          Berat badan lahir rendah adalah berat badannya pada saat kelahiran < 2500 gr sampai 2499 gr.
-          Menurut buku Ilmu Kesehatan Anak (staf pengajar FKUI, 1985) frekuensi BBLR di negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8%, di negara berkembang berkisar antara 10-43%. Rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah 1 : 4. Seringkali faktor penyebabnya adalah tidak diketahui ataupun kalau diketahui faktor penyebabnya tidaklah berdiri sendiri tetapi kombinasi dari beberapa faktor, diantaranya :
1.      Faktor nutrisi
2.      Infeksi
3.      Bahan toksik
4.      Faktor budaya

2.2 Etiologi
(Menurut Asuhan Kesehatan Anak dalam kontes keluarga, Pusdiknakes, Depkes RI 1992) BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu :
  1. Faktor Ibu
a.       Gizi saat hamil yang kurang
b.      Umur kurang dari 20 th dan di atas 35 th
c.       Jarak hamil dan bersalin yang terlalu dekat
d.      Penyakit menahun ibu seperti hipertensi dan jantung
  1. Faktor Kehamilan
a.       Hamil ganda
b.      Perdarahan ante partum
c.       Plasenta previa

  1. Cacat Faktor Janin
a.       Cacat bawaan
b.      Infeksi dalam rahim

2.3 Gambaran Klinik
(Menurut Buku Sinapsis Obstetri, Rustam Mochtar, 1998), makin muda umur kehamilan makin jelas tanda imaturitasnya. Karakteristik dari bayi preterm, yaitu:
1.  BB < 2500 gr                       LD < 30 cm                           Uk < 37 mmg
2.  PB < 45 cm                          LK < 73 cm
3.  Kepala relatif lebih besar
4.  Kulit tipis transparan, rambut lanuga banyak, lemak kulit berkurang
5.  Otot hipotonik lemah, pernafasan tidak teratur dapat terjadi opnea
6.  Pernafasan sekitar 45 sampai dengan 50 kali permenit.

*      Stadium I
Bayi kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering dan belum terdapat mekonium.

*      Stadium II
Warna kehijauan pada kulit, umbilikus hal ini disebabkan mekonium yang tercampur dengan amnion yang mengendap pada kulit dan plasenta.

*      Stadium III
Kulit yang berwarna kuning, kuku dan tali pusatnya.

2.4 Patofisiologis
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi. Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan. Artinya bayi baru lahir cukup bulan (uk 38 minggu), tapi BB lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya yaitu tidak mencapai 2500 gram.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar HB berada di bawah normal. Ibu hamil umumnya mengalami depresi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.

2.5 Gejala Klinik
  1. Sebelum Bayi Lahir
Pada anamnesa sering ditemui adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati.
-          Pertambahan BB bayi ibu hamil lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya.
-          Pergerakan janin yang pertama terjadi lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
  1. Setelah Bayi Lahir
-          Secara klasik seperti bayi yang kelaparan, tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, kulit kering, tipis, berlipat-lipat
-          Bayi prematur kurang sempurna pertummbuhan alat-alat dalam tubuhnya karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi dan sebagainya. Pada bayi kecil untuk masa kehamilan alat-alat dalam tubuh lebih berkembang dengan bayi prematur berat badan sama.



2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek)
3   Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4.
  Pengkajian spesifik
5.  Pemeriksaan fungsi paru
6.  Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler

2.7 Penatalaksanaan
(Menurut Buku synopsis Obtetri, Rustam Mohtar 1998) yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan siap sedia dengan tabung O2. Pada bayi prematur makin pendek masa kehamilan, makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi dan makin tinggi angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan pernafasan, infeksi, dll.      
-          Pengaturan Suhu
Bayi dimasukkan dalam incubator. Bula bayi dirawat dalam incubator, maka suhu untuk bayi dengan BB < 2 dan 350C dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah/340C. Agar dia dapat mempertahankan suhu tubuh di sekitar 370C kelembaban incubator 50-60%. Suhu incubator dapat diturunkan 10C per minggu untuk bayi dengan BB 2 kg dan secara berangsur-angsur dapat dilakukan/ diletakkan di tempat tidur dengan suhu lingkungan 27-290C. Prematyur mudah dan cepat sekali menderita hipetermi. 
-          Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
-          Pengawasan Nutrisi/ ASI
Reflek menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama : By. Y
Usia : 7 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang/kamar : Peristi/Dahlia
No. Reg : 407221
Diagnosa medik : BBLR dengan Asfiksia Berat
Dr. penanggung jawab : dr. S Sp A
Tanggal masuk : 5-12-2008 Pukul 07.15 WIB
Tanggal pengkajian : 13-12-2008 Pukul 08.00 WIB
Apgar skor : 3 (Asfiksia Berat)
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Hub dengan klien : Anak
Alamat rumah : Pecabean RT 04/01 Kec. Pangkah Kab. Tegal
c. Masalah utama : Sesak nafas
d. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada saat dikaji tanggal 13 Desember 2008 Jam 08.00 Wib, bayi tampak sesak nafas dengan respirasi 76 x/menit. Sesak berkurang jika posisi bayi semi ekstensi dan terpasang O2 Sungkup 5 liter/menit ditandai dengan menurunnya retraksi rongga dada dan sesak tampak bertambah dengan posisi bayi fleksi ditandai dengan peningkatan PCH.
e. Riwayat Penyakit Dahulu :
Bayi lahir pada 5 – 12 – 2008 Pukul 07.15 WIB di Ruang Mawar RSUD Kardinah Tegal melalui persalinan spontan dengan gravidarum II, APGAR SCORE pada menit pertama 3, menit ke 5 nilainya 3 dan pada menit ke 10 nilainya 3, berat badan 1400 gram, panjang badan 38 cm dan air ketuban berwarna jernih. Dan ibu klien mengatakan riwayat kehamilan dan persalinan anak pertama prematur.
f. Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit infeksi menular (Misalnya TB), penyakit kardiovaskuler (Hipertensi), dan penyakit keturunan (DM/Asma). Riwayat kehamilan persalinan sebelumnya adalah prematur dan tidak ada riwayat kehamilan gemeli (Kembar).
Genogram
g. Riwayat Psikologis :
Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya, ekspresi wajah ayahnya tampak cemas, dan bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan.
h. Data Sosial Ekonomi :
Kepala keluarga adalah ayah klien, sekaligus penangung jawab perekonomian, keputusan diambil oleh ayah dan ibu klien secara musyawarah.
PENGKAJIAN FISIK :
1.      Keadaan umum
Keadaan umum : Klien tampak lemah
Lingkar kepala : 26 cm
Lingkar Dada : 28 cm
Lingkar Perut : 25 cm
Panjang Badan : 38 cm
Berat badan lahir : 1400 gr
BB saat dikaji : 1200 gr
Lingkar lengan atas : 5 cm

2.      Vital Sign
P : 138 x/menit
RR : 76 x/menit
T : 39,1 0C

3.      Kepala
Bentuk kepala normochepal, rambut tipis lurus dengan warna rambut hitam, tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi, keadaan sutura sagitalis datar, tidak ada nyeri tekan, terdapat lanugo disekitar wajah.

4.      Mata
Bentuk mata simetris, tidak terdapat kotoran, bulu mata belum tumbuh, sklera tidak ikterik.

5.      Telinga
Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan dan lesi, tulang telinga lunak, tulang kartilago tidak mudah membalik/lambat, terdapat lanugo

6.      Hidung
Bentuk hidung normal, PCH positif, terpasang O2 sungkup 5 liter/menit, terpasang NGT, keadaan hidung bersih, tidat terdapat polip dan benjolan.

7.      Mulut
Bentuk bibir simetris, tidak terdapat labio palato skizis, tidak terdapat stomatitis, mukosa bibir tampak pucat dan terdapat jamur sisa – sisa pemberian PASI.

8.      Dada
Bentuk dada cekung, bersih, terdapat retraksi (pada dinding epigastrium), RR 76x/menit, suara nafas Vesikuler, Cor BJ I BJ II terdengar jelas, tidak terdapat bunyi jantung tambahan (BJ III), tidak terdapat kardiomegali, palpasi nadi radialis brakhialis dan karotis teraba lemah dan ireguler.

9.      Punggung
Keadaan punggung bersih, terdapat banyak lanugo, tidak terdapat tanda-tanda dekubitus/ infeksi.

10.  Abdomen
Bentuk abdomen datar, BU 10 x/menit, lingkar perut 25 cm, tidak terdapat hepatomegali, turgor kulit kurang elastis ditandai dengan kulit kembali ke bentuk semula lebih dari 2 detik.

11.  Umbilikus
Tidak ada kelainan dan tanda-tanda infeksi tali pusat, warna merah muda, bau tidak ada, tali pusat sudah terlepas.

12.  Genitalia
Labia mayor belum menutupi labia minor, Anus paten ditandai dengan bayi sudah BAB, mekoniun sudah keluar dan warna terlihat hitam dan konsistensi lembek.

13.  Integumen
Struktur kulit halus dan tipis, merah pucat (Pale Pink), lapisan lemak tipis pada jaringan kulit, keriput, tidak ada ruam merah (Skin rash). Lanugo tersebar diseluruh permukaan tubuh.

14.  Tonus Otot
Gerakan bayi kurang aktif, bayi bergerak apabila diberi rangsangan.

15.  Ekstrimitas
Atas : Bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, akral dingin tidak terdapat benjolan dan lesi.
Bawah : Bentuk simetris, jari-jari kaki lengkap, akral dingin, terpasang IVFD D5 ½ NS Mikro drip di kaki sebelah kanan dengan 10 tetes/menit, tidak terdapat benjolan dan lesi.
Udema Sianosis

16.  Refleks
Moro : Moro ada ditandai dengan cara dikejutkan secara tiba-tiba
dengan respon bayi terkejut tapi lemah (sedikit merespon)
Menggenggam : Refleks genggam positif tetapi lemah ditandai dengan respon
bayi menggenggam telunjuk pengkaji tetapi lemah.
Menghisap : Menghisap lemah ditandai dengan bayi mau menghisap dot
tetapi daya hisap masih lemah.
Rooting : Rooting positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala bayi mengikuti stimulus yang di tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir bawah dagu hanya tetapi bayi hanya mengikuti setengah dari stimulus tersebut.
Babynski : Refleks babinsky positif ditandai dengan semua jari hiper ekstensi dengan jempol kaki dorsi pleksi ketika diberikan stimulus dengan menggunakan ujung bolpoint pada telapak kaki.

3.2 ANALISA DATA
  1. Data
        Ds: -
        Do:
    § Bayi tampak sesak nafas
              
    § RR 76 x/Menit
              
    § Terlihat retraksi pada dinding epigastrium
              
    § PCH +
              
    § Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit)
              
    § Ujung ekstrimitas teraba dingin BBLSR
   Etiologi
   Imaturitas sistem pernafasan - Usaha nafas bayi tidak maksimal (A.S : 3) - CO2  meningkat (Hiperkapneu)
Masalah kep.: Gangguan pertukaran gas GG. Pertukaran O2
  1. Data
    Ds: -
    Do: § S : 39,1 0C/Anal
          
§ Leukosit 10. 103/mm3
          
§ Struktur kulit halus dan tipis
          
§ Bayi di simpan dalam inkubator
    Etiologi
    Imaturitas jaringan lemak pada subkutan - Mekanisme penguapan panas (E,R,K,K) -    Gangguan suhu tubuh (Hipertermi)
Masalah kep: GG. Thermoregulasi : Hypertermi
  1. Data
    Ds : -
    Do : § NGT terpasang
           
§ IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10tts/menit
           
§ PASI 12x 5 – 7,5 cc/hari
           
§ Refleks hisap lemah dan menelan lemah
            
§ BB lahir 1400 gr
           
§ BB saat dikaji 1200 gr Imaturitas sistim pencernaan
Etiologi :
Motilitas usus rendah - Daya mencerna dan mengabsorpsi makanan
berkurang - Pengosongan lambung bertambah - Distensi abdomen - Kerja otot spingter kardio esophagus berkurang - Intake nutrisi kurang dari kebutuhan
Masalah kep : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
  1. Data
    Ds : § Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya
    Do :
§ Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas
           
§ Ayah klien sering bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk  bayinya di ruang perawatan. BBLSR
Etiologi :Hospitalisasi - Perawatan ekstra di ruang perinatologi - Bonding Attachment tidak terjadi - Koping keluarga in efektif – Cemas
Masalah kep.: Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua

3.3  DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
  2. Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi
  3. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan
  4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi

3.4  RENCANA KEPERAWATAN
Dx I :Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia.
       Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran O2 kembali normal dengan kriteria hasil :
• Nafas spontan
• O2 tidak terpasang
• PCH negatif
• Frekuensi nafas normal 30 – 60 x/menit.
• Sianosis negatif. 1. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi

Ds:
Do:
- Bayi tampak sesak
-   RR 76 x/Menit
-   Terlihat retraksi pada dinding epigastrium
-   PCH +
-   Terpasang O2 simple masker (5 liter / menit)
  INTERVENSI
-          therapi O2 sesuai kebutuhan
-          Monitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi
-          Monitor saturasi O2 tiap 2 jam
-          Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan 1. Posisi kepala sedikit ekstensi bertujuan untuk membuka jalan nafas dan mempermudah pengaliran O2 atau oksigenasi.
  RASIONAL
-          Suplai O2 diberikan bertujuan untuk mempertahankan kadar O2 dalam jaringan.
-          Mengetahui perubahan yang terjadi apakah pernafasan dalam batas normal atau terjadi gangguan.
-          Saturasi O2 dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar O2 dalam jaringan apakah dalam batas normal atau terjadi gangguan.
-          Obat bronkodilator berfungsi untuk membantu menurunkan sesak.

Dx II : Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh bayi dalam batas normal kriteria hasil :
• Suhu tubuh dalam batas normal 36.50 C – 37.50C
• Bayi tidak rewel
• Bayi bisa tidur
• Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 – 11.0 103/mm3
• Sekresi keringat tidak nampak. 1. Atur suhu inkubator sesuai dengan
keadaan bayi.

Ds:
Do:
-  S : 39,1 0C/Anal
-    Kadar leukosit 10. 103/mm3
-   Struktur kulit halus dan tipis
INTERVENSI
-          Bayi di simpan dalam incubator
-          Observasi TTV
-          Kompres bayi dengan kasa yang telah dibasahi dengan air hangat.
-          Kolaborasi pemberian obat antipiretik

RASIONAL
-          Pengaturan suhu inkubator bertujuan untuk mencegah bayi hipertermi dan menurunkan suhu bayi.
-          Observasi TTV ditegakan untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan atau masih dalam keadaan batas normal.
-          Kompres air hangat adalah mempercepat penurunan suhu bayi.
-          Pemberian antipiretik berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh

Dx III: Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi dengan kriteria :
• Turgor kulit elastis
• Tidak terjadi penurunan BB
• Produksi urine 1 -2 ml / kg BB / jam.
• Retensi cairan normal

Ds :
Do :
- NGT terpasang
-   IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10 tts/menit.
-   PASI 12x 5 – 7,5 cc/hari
-   Refleks hisap lemah dan menelan lemah
-   BB lahir : 1400 gr
-   BB saat dikaji : 1200 gr
INTERVENSI
-          Kaji reflek hisap dan menelan bayi
-          Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama
-          Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi
-          Lakukan Oral hygiene
-          Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan
RASIONAL
-          Reflek hisap dan menellan pada bayi menandakan bayi sudah dapat di berikan asupan peroral
-          Status nutrisi teridentifikasi
-           ASI PASI sebagai nutrisi utama pada bayi
-          Mencegah terjadinya kebasian sisa makanan dan terjadinya pertumbuhan jamur
-          Keseimbangan cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan

Dx IV : Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding Attachment. Ditandai dengan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan orang tua tidak cemas lagi dengan kriteria :
• Orang tua tampak tenang
• Orang tua kooperatif
• Tidak bertanya-tanya tentang keadaan penyakit anaknya
• Orang tua suadah bertemu dengan bayinya.
Ds : Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya
Do :
- Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas
-   Ayah klien terus bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan
INTERVENSI
-          Kaji tingkat kecemasan keluarga klien
-          kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita bayinya
-          Beri penjelasan tentang keadaan bayinya
-          Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya

RASIONAL
-          Mengetahui derajat kecemasan yang diderita oleh keluarga dan memudahkan dalam memberikan intervensi
-          Memudahkan perawat untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam proses keperawatan
-          Menambah pengetahuan dengan memberikan informasi tentang keadaan yang dialami oleh bayi
-          Mengetahui tigkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.

3.5  IMPLEMENTASI
  1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia
a.    Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
b.    Memonitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi
c.    Melakukan observasi Therapi O2 sesuai 5 liter/menit (simple masker)
d.   Memberikan therapy injeksi Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara parenteral intravena.

  1. Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi
a.       Mengatur suhu inkubator 35 0C
b.      Mengobservasi TTV Bayi
c.       Memberi kompres air hangat denaga kassa
d.      Memberikan Sanmol Drop 0.2 cc secara parenteral selang NGT.

  1. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan
a.       Mengkaji reflek hisap dan menelan bayi
b.      MemberikanPASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGT
c.       Menimbang BB / hari dengan timbangan yang sama
d.      Melakukan oral hygine
e.       Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .

  1. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding Attachment.
a.       Mengkaji kecemasan keluarga
b.      Mengkaji pengetahuan orang tua tentang penyakit dan keadaan bayinya
c.       Memberi penjelasan tentang keadaan bayinya saat ini
perawat.
d.      Memberi waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya.

3.6  EVALUASI
  1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia
S  : -
O :
- Bayi terlihat Sesaknya berkurang
-    R : 68 x/menit
-    O2 masih terpasang secara binasal 2 liter/menit
-    Retraksi rongga epigastrium
-    PCH tidak terdapat
-    Tidak terjadi cyanosis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I :
- Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
-   Therapi O2 sesuai kebutuhan
-   Monitor frekuensi pernafasan bayi
-   Monitor saturasi O2 tiap 2 jam
-   Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan
  1. Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi
S  : -
O :
-  Keadaan umum bayi lemah dan gerakannya kurang aktif
-    Bayi masih dalam incubator
-    Tanda-tanda vital
S: 36.5 0 C P: 108 x/ menit R. 68 x/menit
-    Bayi dibedong dengan kain yang bersih dan hangat
-    Kulit tipis dan belum terbentuk jaringan lemak
A : Masalah teratasi
P
 : Lanjutkan intervensi
I
 :  -  Observasi TTV
-    Atur suhu inkubator sesuai dengan suhu ruangan
-    Kaji penyebab hipertermi/hipotermi
-    Ganti popok apabila basah
-    Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai kebutuhan

  1. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan
S:  -
O:
-  NGT tidak terpasang
-    Muntah tidak ada
-    Replek menghisap ada dan lemah
-    PASI peroral 2 jam sekali sebanyak 5 cc
-    BB: 1200 gram
-    Turgor kulit tidak elastic
-    IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10 tts/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
I :
   - Kaji reflek hisap dan menelan bayi
-    Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama
-    Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi
-    Bersihkan sisa-sisa susu di mulut bayi
-    Observasi intake dan output cairan
-    Kaji Bab dan BAK bayi
-    Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan perhari
  1. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding Attachment.
S : Orang tua bayi mengatakan ingin segera membawa pulang bayinya dan kapan bayinya sembuh
O : - Orang tua klien tampak gelisah
-    Orang tua klien kooperatif
-    Orang tua klien tampak cemas
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I :
   -  Kaji tingkat kecemasan Orang Tua
-    Kaji tingakat pengetahuan Orang Tua
-    Beri waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya
-    Beri penjelasan tentang keadaan bayinya
-    Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
-    Motivasi Orang tua bayi agar selalu menjenguk selam bayi salam perawatan

BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara.

3.2 Saran
1. Intitusi Pendidikan.
Diharapkan agar lebih mempersiapkan mahasiswa yang terjun ke lahan praktek, agar lebih bisa menerapkan apa yang telah didapat dari institusi pendidikan, dan lebih memantau kinerja mahasiswa selama di lahan praktek, melalui bimbingan secara intensif.
2.Lahan Praktek.
Disarankan untuk dapat meningkatkan pengawasan (bimbingan) kepada Mahasiswa Praktikan yang selanjutnya, agar lebih baik, terarah, dalam mengaplikasikan materi yang sudah didapat dari kampus di lahan praktek sehingga lebih meningkatkan mutu keperawatan khususnya pada kasus-kasus BBLSR dengan Asfiksia dan menurunkan angka kematian neonatus.

3. Mahasiswa praktikan.
Diharapkan agar lebih mendalami ilmu keperawatan, khususnya pada kasus-kasus BBLSR dengan Asfiksia dan perinatal, juga diharapkan mampu menerapkan teori secara aplikatif sebisa mungkin yang telah didapatkan

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Media Okscalapius : Jakarta
Irwan, Yetty, Msc. 2009. Mims Bidan. CMP Medica : Jakarta.
Dingoes, M.E. Geisler, A.C. Moorhouse. M.F. 2001. Rencana Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan (Terjemah). Edisi UI Jakarta. EGC.
Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.