ASUHAN KEPERAWATAN
NEONATUS PATOLOGIS DENGAN BBLR (BERAT BADAN LAHIR RENDAH)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................ 3
1.3
Tujuan.................................................................................................. 3
BAB II : TINJAUAN MASALAH
2.1 Definisi dari
BBLR (Bayi Baru Lahir Rendah) .................................. 4
2.2 Etiologi dari BBLR.............................................................................
5
2.3 Gambaran klinik dari BBLR............................................................... 5
2.4 Patofisiololgis dari BBLR .................................................................. 9
2.5 Gejala klinik dari BBLR .................................................................... 13
2.6 Pemeriksaan diagnostik dari BBLR................................................... 15
2.7 Penatalaksanaan dari BBLR............................................................... 22
2.8 Asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR.................................. 25
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 29
3.2 Saran..................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa dasawarsa ini
perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan
sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal
neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir
rendah. (Mochtar,1998).
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti
istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir
rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature.
Menurut data angka kaejadian BBLR di
Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian
perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh
kematian di sebabkan oleh BBLR ( Prawirohardjo, 2005 )
Melihat dari kejadian terdahulu BBLR
sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak terhadap para ibu yang
mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR di Negara
maju berkisar antara 3,6 – 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10 – 43
%. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang
adalah 1 : 4 ( Mochtar, 1998 ).
Kematian perinatal pada bayi berat
badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang
sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik
fisik maupun mental.
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya.
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1
Apa definisi
dari BBLR ?
1.2.2
Bagaimana
etologi dari BBLR ?
1.2.3
Bagaimana gambaran klinik dari BBLR ?
1.2.4
Bagaimana patofisiologis dari BBLR ?
1.2.5
Bagaimana gejala klinik dari BBLR ?
1.2.6
Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari BBLR ?
1.2.7
Bagaimana
Penatalaksanaan dari BBLR?
1.2.8
Bagaimana
asuhan keperawatan pada bayi dengan
BBLR?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui tentang definisi dari BBLR
1.3.2
Untuk mengetahui etiologi dari BBLR
1.3.3
Untuk mengetahui tentang gambaran klinik BBLR
1.3.4
Untuk mengetahui patofisiologis dari BBLR
1.3.5
Untuk mengetahui gejala klinik dari BBLR
1.3.6
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari BBLR
1.3.7
Untuk
mengetahui penatalaksanaan dari BBLR
1.3.8
Untuk
mengetahui asuhan keperawatan bayi dengan BBLR
BAB II
TINJAUAN MASALAH
2.1 Definisi dari BBLR
(Berat Badan lahir Rendah)
-
Berat
badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat
kehamilan kurang dari 2500 gr/ lebih rendah. (WHO, 1961)
-
Berat
badan lahir rendah adalah berat badannya pada saat kelahiran < 2500 gr
sampai 2499 gr.
-
Menurut
buku Ilmu Kesehatan Anak (staf pengajar FKUI, 1985) frekuensi BBLR di negara
maju berkisar antara 3,6 – 10,8%, di negara berkembang berkisar antara 10-43%.
Rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah 1 : 4. Seringkali faktor
penyebabnya adalah tidak diketahui ataupun kalau diketahui faktor penyebabnya
tidaklah berdiri sendiri tetapi kombinasi dari beberapa faktor, diantaranya :
1. Faktor nutrisi
2. Infeksi
3. Bahan toksik
4. Faktor budaya
2.2 Etiologi
(Menurut Asuhan Kesehatan Anak dalam kontes keluarga, Pusdiknakes, Depkes
RI 1992) BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu :
- Faktor Ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang
b. Umur kurang dari 20 th dan di atas 35 th
c. Jarak hamil dan bersalin yang terlalu
dekat
d. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi
dan jantung
- Faktor Kehamilan
a. Hamil ganda
b. Perdarahan ante partum
c. Plasenta previa
- Cacat Faktor Janin
a. Cacat bawaan
b. Infeksi dalam rahim
2.3 Gambaran Klinik
(Menurut Buku Sinapsis Obstetri, Rustam Mochtar, 1998), makin muda umur
kehamilan makin jelas tanda imaturitasnya. Karakteristik dari bayi preterm,
yaitu:
1. BB < 2500 gr LD < 30 cm Uk
< 37 mmg
2. PB < 45 cm LK
< 73 cm
3. Kepala relatif lebih besar
4. Kulit tipis transparan, rambut lanuga banyak,
lemak kulit berkurang
5. Otot hipotonik lemah, pernafasan tidak
teratur dapat terjadi opnea
6. Pernafasan sekitar 45 sampai dengan 50 kali
permenit.
Stadium
I
Bayi kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering dan belum
terdapat mekonium.
Stadium
II
Warna kehijauan pada kulit, umbilikus hal ini disebabkan mekonium yang tercampur
dengan amnion yang mengendap pada kulit dan plasenta.
Stadium
III
Kulit yang berwarna kuning, kuku dan tali
pusatnya.
2.4 Patofisiologis
Pernafasan spontan bayi baru lahir
bergantung kepada janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran
sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi.
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan. Artinya bayi baru lahir cukup bulan (uk 38 minggu), tapi BB lahirnya
lebih kecil ketimbang masa kehamilannya yaitu tidak mencapai 2500 gram.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu
hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan
melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi
dengan kadar HB berada di bawah normal. Ibu hamil umumnya mengalami depresi
besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal.
2.5 Gejala Klinik
- Sebelum Bayi Lahir
Pada anamnesa sering ditemui adanya
riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati.
-
Pertambahan
BB bayi ibu hamil lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya.
-
Pergerakan
janin yang pertama terjadi lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
- Setelah Bayi Lahir
-
Secara
klasik seperti bayi yang kelaparan, tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak
kepala keras, gerakan bayi terbatas, kulit kering, tipis, berlipat-lipat
-
Bayi
prematur kurang sempurna pertummbuhan alat-alat dalam tubuhnya karena itu
sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi
dan sebagainya. Pada bayi kecil untuk masa kehamilan alat-alat dalam tubuh
lebih berkembang dengan bayi prematur berat badan sama.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa gas darah
( PH kurang dari 7,20 ).
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit,
frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek)
3 Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika
sudah timbul komplikasi.
4. Pengkajian spesifik
4. Pengkajian spesifik
5. Pemeriksaan fungsi paru
6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
2.7 Penatalaksanaan
(Menurut Buku synopsis Obtetri, Rustam Mohtar 1998) yang perlu diperhatikan
adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan siap sedia dengan
tabung O2. Pada bayi prematur makin pendek masa kehamilan, makin
sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi dan makin tinggi angka kematian
perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan pernafasan, infeksi, dll.
-
Pengaturan
Suhu
Bayi dimasukkan dalam incubator. Bula bayi dirawat dalam incubator, maka
suhu untuk bayi dengan BB < 2 dan 350C dan untuk bayi dengan BB
2-2,5 kg adalah/340C. Agar dia dapat mempertahankan suhu tubuh di
sekitar 370C kelembaban incubator 50-60%. Suhu incubator dapat
diturunkan 10C per minggu untuk bayi dengan BB 2 kg dan secara
berangsur-angsur dapat dilakukan/ diletakkan di tempat tidur dengan suhu
lingkungan 27-290C. Prematyur mudah dan cepat sekali menderita
hipetermi.
-
Mencegah
infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan
infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
-
Pengawasan
Nutrisi/ ASI
Reflek menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus
dilakukan dengan cermat.
BAB III
TINJAUAN KASUS
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama : By. Y
Usia : 7 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang/kamar : Peristi/Dahlia
No. Reg : 407221
Diagnosa medik : BBLR dengan Asfiksia Berat
Dr. penanggung jawab : dr. S Sp A
Tanggal masuk : 5-12-2008 Pukul 07.15 WIB
Tanggal pengkajian : 13-12-2008 Pukul 08.00 WIB
Apgar skor : 3 (Asfiksia Berat)
Nama : By. Y
Usia : 7 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang/kamar : Peristi/Dahlia
No. Reg : 407221
Diagnosa medik : BBLR dengan Asfiksia Berat
Dr. penanggung jawab : dr. S Sp A
Tanggal masuk : 5-12-2008 Pukul 07.15 WIB
Tanggal pengkajian : 13-12-2008 Pukul 08.00 WIB
Apgar skor : 3 (Asfiksia Berat)
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Hub dengan klien : Anak
Alamat rumah : Pecabean RT 04/01 Kec. Pangkah Kab. Tegal
Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Hub dengan klien : Anak
Alamat rumah : Pecabean RT 04/01 Kec. Pangkah Kab. Tegal
c. Masalah utama : Sesak nafas
d. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada saat dikaji tanggal 13 Desember 2008 Jam 08.00 Wib, bayi tampak sesak nafas dengan respirasi 76 x/menit. Sesak berkurang jika posisi bayi semi ekstensi dan terpasang O2 Sungkup 5 liter/menit ditandai dengan menurunnya retraksi rongga dada dan sesak tampak bertambah dengan posisi bayi fleksi ditandai dengan peningkatan PCH.
Pada saat dikaji tanggal 13 Desember 2008 Jam 08.00 Wib, bayi tampak sesak nafas dengan respirasi 76 x/menit. Sesak berkurang jika posisi bayi semi ekstensi dan terpasang O2 Sungkup 5 liter/menit ditandai dengan menurunnya retraksi rongga dada dan sesak tampak bertambah dengan posisi bayi fleksi ditandai dengan peningkatan PCH.
e. Riwayat Penyakit Dahulu :
Bayi lahir pada 5 – 12 – 2008 Pukul 07.15 WIB di Ruang Mawar RSUD Kardinah Tegal melalui persalinan spontan dengan gravidarum II, APGAR SCORE pada menit pertama 3, menit ke 5 nilainya 3 dan pada menit ke 10 nilainya 3, berat badan 1400 gram, panjang badan 38 cm dan air ketuban berwarna jernih. Dan ibu klien mengatakan riwayat kehamilan dan persalinan anak pertama prematur.
Bayi lahir pada 5 – 12 – 2008 Pukul 07.15 WIB di Ruang Mawar RSUD Kardinah Tegal melalui persalinan spontan dengan gravidarum II, APGAR SCORE pada menit pertama 3, menit ke 5 nilainya 3 dan pada menit ke 10 nilainya 3, berat badan 1400 gram, panjang badan 38 cm dan air ketuban berwarna jernih. Dan ibu klien mengatakan riwayat kehamilan dan persalinan anak pertama prematur.
f. Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit infeksi menular (Misalnya TB), penyakit kardiovaskuler (Hipertensi), dan penyakit keturunan (DM/Asma). Riwayat kehamilan persalinan sebelumnya adalah prematur dan tidak ada riwayat kehamilan gemeli (Kembar).
Genogram
Keluarga klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit infeksi menular (Misalnya TB), penyakit kardiovaskuler (Hipertensi), dan penyakit keturunan (DM/Asma). Riwayat kehamilan persalinan sebelumnya adalah prematur dan tidak ada riwayat kehamilan gemeli (Kembar).
Genogram
g. Riwayat Psikologis :
Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya, ekspresi wajah ayahnya tampak cemas, dan bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan.
Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya, ekspresi wajah ayahnya tampak cemas, dan bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan.
h. Data Sosial Ekonomi :
Kepala keluarga adalah ayah klien, sekaligus penangung jawab perekonomian, keputusan diambil oleh ayah dan ibu klien secara musyawarah.
Kepala keluarga adalah ayah klien, sekaligus penangung jawab perekonomian, keputusan diambil oleh ayah dan ibu klien secara musyawarah.
PENGKAJIAN
FISIK :
1. Keadaan umum
Keadaan umum : Klien tampak lemah
Lingkar kepala : 26 cm
Lingkar Dada : 28 cm
Lingkar Perut : 25 cm
Panjang Badan : 38 cm
Berat badan lahir : 1400 gr
BB saat dikaji : 1200 gr
Lingkar lengan atas : 5 cm
Keadaan umum : Klien tampak lemah
Lingkar kepala : 26 cm
Lingkar Dada : 28 cm
Lingkar Perut : 25 cm
Panjang Badan : 38 cm
Berat badan lahir : 1400 gr
BB saat dikaji : 1200 gr
Lingkar lengan atas : 5 cm
2. Vital Sign
P : 138 x/menit
RR : 76 x/menit
T : 39,1 0C
P : 138 x/menit
RR : 76 x/menit
T : 39,1 0C
3. Kepala
Bentuk kepala normochepal, rambut tipis lurus dengan warna rambut hitam, tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi, keadaan sutura sagitalis datar, tidak ada nyeri tekan, terdapat lanugo disekitar wajah.
Bentuk kepala normochepal, rambut tipis lurus dengan warna rambut hitam, tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi, keadaan sutura sagitalis datar, tidak ada nyeri tekan, terdapat lanugo disekitar wajah.
4. Mata
Bentuk mata simetris, tidak terdapat kotoran, bulu mata belum tumbuh, sklera tidak ikterik.
Bentuk mata simetris, tidak terdapat kotoran, bulu mata belum tumbuh, sklera tidak ikterik.
5. Telinga
Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan dan lesi, tulang telinga lunak, tulang kartilago tidak mudah membalik/lambat, terdapat lanugo
Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan dan lesi, tulang telinga lunak, tulang kartilago tidak mudah membalik/lambat, terdapat lanugo
6. Hidung
Bentuk hidung normal, PCH positif, terpasang O2 sungkup 5 liter/menit, terpasang NGT, keadaan hidung bersih, tidat terdapat polip dan benjolan.
Bentuk hidung normal, PCH positif, terpasang O2 sungkup 5 liter/menit, terpasang NGT, keadaan hidung bersih, tidat terdapat polip dan benjolan.
7. Mulut
Bentuk bibir simetris, tidak terdapat labio palato skizis, tidak terdapat stomatitis, mukosa bibir tampak pucat dan terdapat jamur sisa – sisa pemberian PASI.
Bentuk bibir simetris, tidak terdapat labio palato skizis, tidak terdapat stomatitis, mukosa bibir tampak pucat dan terdapat jamur sisa – sisa pemberian PASI.
8. Dada
Bentuk dada cekung, bersih, terdapat retraksi (pada dinding epigastrium), RR 76x/menit, suara nafas Vesikuler, Cor BJ I BJ II terdengar jelas, tidak terdapat bunyi jantung tambahan (BJ III), tidak terdapat kardiomegali, palpasi nadi radialis brakhialis dan karotis teraba lemah dan ireguler.
Bentuk dada cekung, bersih, terdapat retraksi (pada dinding epigastrium), RR 76x/menit, suara nafas Vesikuler, Cor BJ I BJ II terdengar jelas, tidak terdapat bunyi jantung tambahan (BJ III), tidak terdapat kardiomegali, palpasi nadi radialis brakhialis dan karotis teraba lemah dan ireguler.
9. Punggung
Keadaan punggung bersih, terdapat banyak lanugo, tidak terdapat tanda-tanda dekubitus/ infeksi.
Keadaan punggung bersih, terdapat banyak lanugo, tidak terdapat tanda-tanda dekubitus/ infeksi.
10. Abdomen
Bentuk abdomen datar, BU 10 x/menit, lingkar perut 25 cm, tidak terdapat hepatomegali, turgor kulit kurang elastis ditandai dengan kulit kembali ke bentuk semula lebih dari 2 detik.
Bentuk abdomen datar, BU 10 x/menit, lingkar perut 25 cm, tidak terdapat hepatomegali, turgor kulit kurang elastis ditandai dengan kulit kembali ke bentuk semula lebih dari 2 detik.
11. Umbilikus
Tidak ada kelainan dan tanda-tanda infeksi tali pusat, warna merah muda, bau tidak ada, tali pusat sudah terlepas.
Tidak ada kelainan dan tanda-tanda infeksi tali pusat, warna merah muda, bau tidak ada, tali pusat sudah terlepas.
12. Genitalia
Labia mayor belum menutupi labia minor, Anus paten ditandai dengan bayi sudah BAB, mekoniun sudah keluar dan warna terlihat hitam dan konsistensi lembek.
Labia mayor belum menutupi labia minor, Anus paten ditandai dengan bayi sudah BAB, mekoniun sudah keluar dan warna terlihat hitam dan konsistensi lembek.
13. Integumen
Struktur kulit halus dan tipis, merah pucat (Pale Pink), lapisan lemak tipis pada jaringan kulit, keriput, tidak ada ruam merah (Skin rash). Lanugo tersebar diseluruh permukaan tubuh.
Struktur kulit halus dan tipis, merah pucat (Pale Pink), lapisan lemak tipis pada jaringan kulit, keriput, tidak ada ruam merah (Skin rash). Lanugo tersebar diseluruh permukaan tubuh.
14. Tonus Otot
Gerakan bayi kurang aktif, bayi bergerak apabila diberi rangsangan.
Gerakan bayi kurang aktif, bayi bergerak apabila diberi rangsangan.
15. Ekstrimitas
Atas : Bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, akral dingin tidak terdapat benjolan dan lesi.
Bawah : Bentuk simetris, jari-jari kaki lengkap, akral dingin, terpasang IVFD D5 ½ NS Mikro drip di kaki sebelah kanan dengan 10 tetes/menit, tidak terdapat benjolan dan lesi.
Udema Sianosis
Atas : Bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, akral dingin tidak terdapat benjolan dan lesi.
Bawah : Bentuk simetris, jari-jari kaki lengkap, akral dingin, terpasang IVFD D5 ½ NS Mikro drip di kaki sebelah kanan dengan 10 tetes/menit, tidak terdapat benjolan dan lesi.
Udema Sianosis
16. Refleks
Moro : Moro ada ditandai dengan cara dikejutkan secara tiba-tiba
dengan respon bayi terkejut tapi lemah (sedikit merespon)
Menggenggam : Refleks genggam positif tetapi lemah ditandai dengan respon
bayi menggenggam telunjuk pengkaji tetapi lemah.
Menghisap : Menghisap lemah ditandai dengan bayi mau menghisap dot
tetapi daya hisap masih lemah.
Rooting : Rooting positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala bayi mengikuti stimulus yang di tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir bawah dagu hanya tetapi bayi hanya mengikuti setengah dari stimulus tersebut.
Moro : Moro ada ditandai dengan cara dikejutkan secara tiba-tiba
dengan respon bayi terkejut tapi lemah (sedikit merespon)
Menggenggam : Refleks genggam positif tetapi lemah ditandai dengan respon
bayi menggenggam telunjuk pengkaji tetapi lemah.
Menghisap : Menghisap lemah ditandai dengan bayi mau menghisap dot
tetapi daya hisap masih lemah.
Rooting : Rooting positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala bayi mengikuti stimulus yang di tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir bawah dagu hanya tetapi bayi hanya mengikuti setengah dari stimulus tersebut.
Babynski : Refleks babinsky positif ditandai dengan
semua jari hiper ekstensi dengan jempol kaki dorsi pleksi ketika diberikan
stimulus dengan menggunakan ujung bolpoint pada telapak kaki.
3.2 ANALISA DATA
- Data
Ds: -
Do: § Bayi tampak sesak nafas
§ RR 76 x/Menit
§ Terlihat retraksi pada dinding epigastrium
§ PCH +
§ Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit)
§ Ujung ekstrimitas teraba dingin BBLSR
Etiologi
Imaturitas sistem pernafasan - Usaha nafas
bayi tidak maksimal (A.S : 3) - CO2 meningkat
(Hiperkapneu)
Masalah
kep.: Gangguan pertukaran gas GG. Pertukaran O2
- Data
Ds: -
Do: § S : 39,1 0C/Anal
§ Leukosit 10. 103/mm3
§ Struktur kulit halus dan tipis
§ Bayi di simpan dalam inkubator
§ Leukosit 10. 103/mm3
§ Struktur kulit halus dan tipis
§ Bayi di simpan dalam inkubator
Etiologi
Imaturitas jaringan lemak pada subkutan - Mekanisme penguapan panas (E,R,K,K) - Gangguan suhu tubuh (Hipertermi)
Imaturitas jaringan lemak pada subkutan - Mekanisme penguapan panas (E,R,K,K) - Gangguan suhu tubuh (Hipertermi)
Masalah
kep: GG. Thermoregulasi : Hypertermi
- Data
Ds :
-
Do : § NGT terpasang
§ IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10tts/menit
§ PASI 12x 5 – 7,5 cc/hari
§ Refleks hisap lemah dan menelan lemah
§ BB lahir 1400 gr
§ BB saat dikaji 1200 gr Imaturitas sistim pencernaan
§ IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10tts/menit
§ PASI 12x 5 – 7,5 cc/hari
§ Refleks hisap lemah dan menelan lemah
§ BB lahir 1400 gr
§ BB saat dikaji 1200 gr Imaturitas sistim pencernaan
Etiologi :
Motilitas
usus rendah - Daya mencerna dan mengabsorpsi makanan
berkurang - Pengosongan lambung bertambah - Distensi abdomen - Kerja otot spingter kardio esophagus berkurang - Intake nutrisi kurang dari kebutuhan
berkurang - Pengosongan lambung bertambah - Distensi abdomen - Kerja otot spingter kardio esophagus berkurang - Intake nutrisi kurang dari kebutuhan
Masalah
kep : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
- Data
Ds : § Keluarga klien mengatakan khawatir
dengan keadaan bayinya
Do : § Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas
§ Ayah klien sering bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan. BBLSR
Do : § Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas
§ Ayah klien sering bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan. BBLSR
Etiologi :Hospitalisasi
- Perawatan ekstra di ruang perinatologi - Bonding Attachment tidak terjadi - Koping
keluarga in efektif – Cemas
Masalah kep.: Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
- Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi
- Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan
- Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses
hospitalisasi
3.4 RENCANA KEPERAWATAN
Dx I :Gangguan pertukaran O2 berhubungan
dengan Asfiksia.
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran O2 kembali
normal dengan kriteria hasil :
• Nafas spontan
• O2 tidak terpasang
• PCH negatif
• Frekuensi nafas normal 30 – 60 x/menit.
• Sianosis negatif. 1. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
• Nafas spontan
• O2 tidak terpasang
• PCH negatif
• Frekuensi nafas normal 30 – 60 x/menit.
• Sianosis negatif. 1. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
Ds:
Do: - Bayi tampak sesak
- RR 76 x/Menit
- Terlihat retraksi pada dinding
epigastrium
- PCH +
- Terpasang O2 simple masker (5 liter / menit)
INTERVENSI
-
therapi O2 sesuai kebutuhan
-
Monitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi
-
Monitor saturasi O2 tiap 2 jam
-
Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan 1. Posisi kepala
sedikit ekstensi bertujuan untuk membuka jalan nafas dan mempermudah pengaliran
O2 atau oksigenasi.
RASIONAL
-
Suplai O2 diberikan bertujuan untuk mempertahankan kadar O2 dalam jaringan.
-
Mengetahui perubahan yang terjadi apakah pernafasan dalam batas normal atau
terjadi gangguan.
-
Saturasi O2 dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar O2 dalam jaringan
apakah dalam batas normal atau terjadi gangguan.
-
Obat bronkodilator berfungsi untuk membantu menurunkan sesak.
Dx II : Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang
diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam diharapkan suhu tubuh bayi dalam batas normal kriteria hasil :
• Suhu tubuh dalam batas normal 36.50 C – 37.50C
• Bayi tidak rewel
• Bayi bisa tidur
• Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 – 11.0 103/mm3
• Sekresi keringat tidak nampak. 1. Atur suhu inkubator sesuai dengan keadaan bayi.
• Suhu tubuh dalam batas normal 36.50 C – 37.50C
• Bayi tidak rewel
• Bayi bisa tidur
• Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 – 11.0 103/mm3
• Sekresi keringat tidak nampak. 1. Atur suhu inkubator sesuai dengan keadaan bayi.
Ds:
Do: - S : 39,1 0C/Anal
- Kadar leukosit 10. 103/mm3
- Struktur kulit halus dan tipis
INTERVENSI
-
Bayi di simpan dalam incubator
-
Observasi TTV
-
Kompres bayi dengan kasa yang telah dibasahi dengan air hangat.
-
Kolaborasi pemberian obat antipiretik
RASIONAL
-
Pengaturan suhu inkubator bertujuan untuk mencegah bayi hipertermi dan
menurunkan suhu bayi.
-
Observasi TTV ditegakan untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan
atau masih dalam keadaan batas normal.
-
Kompres air hangat adalah mempercepat penurunan suhu bayi.
-
Pemberian antipiretik berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh
Dx III: Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan cairan
dan elektrolit dapat terpenuhi dengan kriteria :
• Turgor kulit elastis
• Tidak terjadi penurunan BB
• Produksi urine 1 -2 ml / kg BB / jam.
• Retensi cairan normal
• Turgor kulit elastis
• Tidak terjadi penurunan BB
• Produksi urine 1 -2 ml / kg BB / jam.
• Retensi cairan normal
Ds :
Do :- NGT terpasang
- IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10
tts/menit.
- PASI 12x 5 – 7,5 cc/hari
- Refleks hisap lemah dan menelan
lemah
- BB lahir : 1400 gr
- BB saat dikaji : 1200 gr
INTERVENSI
-
Kaji reflek hisap dan menelan bayi
-
Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama
-
Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi
-
Lakukan Oral hygiene
-
Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan
RASIONAL
-
Reflek hisap dan menellan pada bayi menandakan bayi sudah dapat di berikan
asupan peroral
-
Status nutrisi teridentifikasi
-
ASI PASI sebagai nutrisi utama pada
bayi
-
Mencegah terjadinya kebasian sisa makanan dan terjadinya pertumbuhan jamur
-
Keseimbangan cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
Dx IV : Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua
berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding Attachment. Ditandai dengan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan orang
tua tidak cemas lagi dengan kriteria :
• Orang tua tampak tenang
• Orang tua kooperatif
• Tidak bertanya-tanya tentang keadaan penyakit anaknya
• Orang tua suadah bertemu dengan bayinya.
• Orang tua tampak tenang
• Orang tua kooperatif
• Tidak bertanya-tanya tentang keadaan penyakit anaknya
• Orang tua suadah bertemu dengan bayinya.
Ds : Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya
Do :- Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas
Do :- Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas
- Ayah klien terus bertanya-tanya
mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan
INTERVENSI
-
Kaji tingkat kecemasan keluarga klien
-
kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita bayinya
-
Beri penjelasan tentang keadaan bayinya
-
Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
RASIONAL
-
Mengetahui derajat kecemasan yang diderita oleh keluarga dan memudahkan
dalam memberikan intervensi
-
Memudahkan perawat untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam proses
keperawatan
-
Menambah pengetahuan dengan memberikan informasi tentang keadaan yang
dialami oleh bayi
-
Mengetahui tigkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.
3.5 IMPLEMENTASI
- Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia
a. Mengatur posisi kepala bayi sedikit
ekstensi
b. Memonitor irama, kedalaman frekuensi
pernafasan bayi
c. Melakukan observasi Therapi O2
sesuai 5 liter/menit (simple masker)
d. Memberikan therapy injeksi
Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara parenteral intravena.
- Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi
a.
Mengatur suhu inkubator 35 0C
b.
Mengobservasi TTV Bayi
c.
Memberi kompres air hangat denaga kassa
d.
Memberikan Sanmol Drop 0.2 cc secara parenteral selang NGT.
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan
a. Mengkaji reflek hisap dan menelan
bayi
b. MemberikanPASI sebanyak 5-7,5 cc
melalui selang NGT
c. Menimbang BB / hari dengan timbangan
yang sama
d. Melakukan oral hygine
e. Melakukan kolaborasi pemberian
cairan sesuai kebutuhan .
- Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding Attachment.
a. Mengkaji kecemasan keluarga
b. Mengkaji pengetahuan orang tua
tentang penyakit dan keadaan bayinya
c. Memberi penjelasan tentang keadaan
bayinya saat ini
perawat.
perawat.
d. Memberi waktu keluarga untuk
mengungkapkan perasaannya.
3.6 EVALUASI
- Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia
S : -
O : - Bayi terlihat Sesaknya berkurang
O : - Bayi terlihat Sesaknya berkurang
- R : 68 x/menit
- O2 masih terpasang secara binasal 2
liter/menit
- Retraksi rongga epigastrium
- PCH tidak terdapat
- Tidak terjadi cyanosis
A :
Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I : - Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
P : Lanjutkan intervensi
I : - Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
- Therapi O2 sesuai kebutuhan
- Monitor frekuensi pernafasan bayi
- Monitor saturasi O2 tiap 2 jam
- Kolaborasi pemberian obat bronchodilator
sesuai kebutuhan
- Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi
S : -
O : - Keadaan umum bayi lemah dan gerakannya kurang aktif
O : - Keadaan umum bayi lemah dan gerakannya kurang aktif
- Bayi masih dalam incubator
- Tanda-tanda vital
S: 36.5 0 C P: 108 x/ menit R. 68 x/menit
S: 36.5 0 C P: 108 x/ menit R. 68 x/menit
- Bayi dibedong dengan kain yang
bersih dan hangat
- Kulit tipis dan belum terbentuk
jaringan lemak
A :
Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : - Observasi TTV
P : Lanjutkan intervensi
I : - Observasi TTV
- Atur suhu inkubator sesuai dengan
suhu ruangan
- Kaji penyebab hipertermi/hipotermi
- Ganti popok apabila basah
- Kolaborasi pemberian antipiretik
sesuai kebutuhan
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan
S: -
O: - NGT tidak terpasang
O: - NGT tidak terpasang
- Muntah tidak ada
- Replek menghisap ada dan lemah
- PASI peroral 2 jam sekali sebanyak 5
cc
- BB: 1200 gram
- Turgor kulit tidak elastic
- IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10 tts/menit
A :
Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
I : - Kaji reflek hisap dan menelan bayi
P : Lanjutkan Intervensi
I : - Kaji reflek hisap dan menelan bayi
- Timbang BB / hari dengan timbangan
yang sama
- Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika
tidak terjadi retensi
- Bersihkan sisa-sisa susu di mulut
bayi
- Observasi intake dan output cairan
- Kaji Bab dan BAK bayi
- Kolaborasi pemberian cairan sesuai
kebutuhan perhari
- Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding Attachment.
S : Orang tua bayi
mengatakan ingin segera membawa pulang bayinya dan kapan bayinya sembuh
O : - Orang tua klien tampak gelisah
- Orang tua klien kooperatif
- Orang tua klien tampak cemas
A :
Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I : - Kaji tingkat kecemasan Orang Tua
P : Lanjutkan intervensi
I : - Kaji tingkat kecemasan Orang Tua
- Kaji tingakat pengetahuan Orang Tua
- Beri waktu keluarga untuk bertemu
dengan bayinya
- Beri penjelasan tentang keadaan
bayinya
- Beri waktu keluarga untuk
mengungkapkan perasaannya
- Motivasi Orang tua bayi agar selalu
menjenguk selam bayi salam perawatan
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar
dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia
akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka
kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan
intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai
kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara.
3.2 Saran
1. Intitusi Pendidikan.
Diharapkan agar lebih mempersiapkan mahasiswa
yang terjun ke lahan praktek, agar lebih bisa menerapkan apa yang telah didapat
dari institusi pendidikan, dan lebih memantau kinerja mahasiswa selama di lahan
praktek, melalui bimbingan secara intensif.
2.Lahan Praktek.
Disarankan untuk dapat meningkatkan pengawasan
(bimbingan) kepada Mahasiswa Praktikan yang selanjutnya, agar lebih baik,
terarah, dalam mengaplikasikan materi yang sudah didapat dari kampus di lahan
praktek sehingga lebih meningkatkan mutu keperawatan khususnya pada kasus-kasus
BBLSR dengan Asfiksia dan menurunkan angka kematian neonatus.
3. Mahasiswa praktikan.
Diharapkan agar lebih mendalami ilmu
keperawatan, khususnya pada kasus-kasus BBLSR dengan Asfiksia dan perinatal,
juga diharapkan mampu menerapkan teori secara aplikatif sebisa mungkin yang
telah didapatkan
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran, Media Okscalapius : Jakarta
Irwan, Yetty, Msc. 2009. Mims Bidan. CMP
Medica : Jakarta.
Dingoes, M.E. Geisler, A.C. Moorhouse. M.F. 2001. Rencana Keperawatan
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan (Terjemah). Edisi UI
Jakarta. EGC.
Betz, L C dan Sowden, L A. 2002.
Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.