Sabtu, 22 Juni 2013

askep marasmik



BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
               Bayi yang masih menyusu umumnya mendapatkan protein dan ASI yang diberikan ibunya, namun bayi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting dalam terjadi kwarshorkor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI
Keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diarekornik, malabsropsi protein hilangnya protein melalui air kemih (sindrom nefrotik), indeksi menahun, luka bakar, penyakit hati. Protein dan asam amino adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein/asam amino yang memadai.
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium

1.2        Rumusan Masalah
1.2.1        Apa pengertian dari Kwarsiokor
1.2.2        Apa penyebab dari kwasiokor
1.2.3        Apa saja gejala dari kwasiokor
1.2.4        Bagaimana terapinya dari kwasiokor



1.3        Tujuan
1.3.1        Untuk mengetahui pengertian kwasiokor
1.3.2        Untuk mengetahui tentang penyebab dari kwasiokor
1.3.3        Untuk mengetahui gejala kwasiokor
1.3.4        Untuk mengetahui terapi yang diberikan dari kwasiokor

1.4        Manfaat
1.4.1        Manfaat bagi institusi
Makalah ini dapat bermanfaat atau berguna sebagai pembaharuan buku-buku diperpustakaan STIKes ”Bhakti Mulia” Pare-Kediri.
1.4.2        Manfaat bagi penulis
Untuk menambah ilmu pengetahuan atau wawasan tentang kwasiokor
1.4.3        Manfaat bagi pembaca
Untuk memberikan tambahan pengetahuan seputar masalah kwasiokor.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN
Kwashiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein ( Ratna Indrawati, 1994)
Kwashiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita). (Ngastiyah, 1995)
Kwarshiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi.


2.2 ETIOLOGI
  Tanda yang khas adalah adanya edema (bengkak) pada saluran tubuh sehingga tampak gemuk, wajah anak membulat dan sembab (moom fase) terutama pada bagian wajah, bengkak terutama seperti lubang, otot mengecil dan menyebabkan tangan atas kurang dari 14 cm. timbulnya kuam berwarna merah muda yang meluas dan berubah  warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas, tidak bernafsu makan atau kurang, rambutnya menipis.  Berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menimbulkan rasa sakit, sering disertai infeksi/anemia dan diare, anak menjadi rewel dan apatis perut yang membesar juga sering ditemukan akibat dari timbunan cairan pada rongo perut salah gejala kemungkinan menderita “Busung lapar”

Selain oleh pengaruh negatif faktor sosio-ekonomi-budaya yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun, luka bakar, penyakit hati

2.3 KLASIFIKASI
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60 :="" berat="" br="" edema="" marasmus="" standar="" tanpa=""> 4) Berat badan <60 :="" berat="" br="" dengan="" edema="" kwashiorkor="" marasmik="" standar=""> (Ngastiyah, 1997
)

2.4 PATOFISIOLOGI
sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya odema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein,

2.5 WOC


2.6 MANIFESTASI KLINIS
Tanda/gejala yang dapat dilihat pada anak dengan malnutrisi protein berat khashiorkor/antara lain :
Ø  Gagal untuk menambah berat badan
Ø  Perubahan linier terhenti
Ø  Edema general (muka sembab, punggung kaki, perut yang membuncit)
Ø  Diare yang tidak membaik
Ø  Perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan vitiligo)
Ø  Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut
Ø  Penurunan masa otot
Ø  Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis dapat terjadi
Ø  Perubahan lain yang  dapat terjadi adalah pertemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia
Ø  Pada keadaan berat/akhir (final stages) dapat mengakibatkan shock, coma dan berakhir dengan kematian.



2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.

2.8 PENATALAKSANAAN TERAPI
Penatalaksanaan kwarshiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak. Keadaan shock memerlukan tindakan secepatnya, mungkin dengan restorasi colume darah dan mengontrol tekanan darah, pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula sederhana, dan lemak.
Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat memberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat juga dikarenakan anak telah tidak mendapat makanan dalam jangka waktu yang lama, memberikan makanan per oral /dapat menimbulkan masalah khususnya apabila pemberian makanan dengan desnitas kalori yang tinggi makanan harus diberikan secara bertahap/perlahan.

2.9 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KWASHIORKOR
Riwayat Keperawatan
Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
Penurunan ukuran antropometri
Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
Edema tungkai
Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah:
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare.
2.      Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare.
3.      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.
4.      Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan peningkatan sekresi trakheobronkhial.
5.      Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan
Rencana Keperawatan
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare (Carpenito, 2000, hal. 645-655).

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Klien akan menunjukkan pening-katan status gizi.

Kriteria:
Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang.
Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai program dietetik.

Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.

Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri.

Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.

Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.

Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi.

Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.


Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai keadaan malnutrisi.

Menilai perkembangan masalah klien.

2.      Kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare(Carpenito, 2000, hal. 411-419).

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat.

Kriteria:
Asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi.
Tidak ada tanda/gejala dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal, frekuensi defekasi ≤ 1 x/24 jam dengan konsistensi padat/semi padat).

Lakukan/observasi pemberian cairan per infus/sonde/oral sesuai program rehidrasi.

Jelaskan kepada keluarga tentang upaya rehidrasi dan partisipasi yang diharapkan dari keluarga dalam pemeliharan patensi pemberian infus/selang sonde.

Kaji perkembangan keadaan dehidarasi klien.

Hitung balans cairan.

Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan volume cairan.

Meningkatkan pemahaman keluarga tentang upaya rehidrasi dan peran keluarga dalam pelaksanaan terpi rehidrasi.

Menilai perkembangan masalah klien.

Penting untuk menetapkan program rehidrasi selanjutnya.

3.      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat (Carpenito, 2000, hal. 448-460).

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.

Kriteria:
Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.

Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak.

Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet pemulihan.

Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.

Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.

Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (Puskesmas/Posyandu)

Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem pencernaan.

Menilai perkembangan masalah klien.

Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek motorik, bahasa dan personal/sosial.

Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada.

4.      Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan peningkatan sekresi trakheobronkhial (Carpenito, 2000, hal. 575-580).

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Klien tidak mengalami aspirasi.

Kriteria:
Pemberian makan/minuman per sonde dapat dilakukan tanpa mengalami aspirasi.
Bunyi napas normal, ronchi tidak ada.

Periksa dan pastikan letak selang sonde pada tempat yang semestinya secara berkala.

Periksa residu lambung setiap kali sebelum pemberian makan-an/minuman.

Tinggikan posisi kepala klien selama dan sampai 1 jam setelah pemberian makanan/minuman.

Ajarkan/demonstrasikan tatacara pelaksanaan pemberian makanan/ minuman per sonde, beri kesempatan keluarga melakukan-nya setelah memastikan keamanan klien/kemampuan keluarga.

Observasi tanda-tanda aspirasi.

Merupakan tindakan preventif, meminimalkan risiko aspirasi.

Penting untuk menilai tingkat kemampuan absorbsi saluran cerna dan waktu pemberian makanan/minuman yang tepat.

Mencegah refluks yang dapat menimbulkan aspirasi.

Melibatkan keluarga penting bagi tindak lanjut perawatan klien.

Menilai perkembangan masalah klien.

5.      Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan (Carpenito, 2000, hal. 799-801).

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Klien akan menunjukkan jalan napas yang efektif.

Kriteria:
Jalan napas bersih dari sekret, sesak napas tidak ada, pernapasan cuping hidung tidak ada, bunyi napas bersih, ronchi tidak ada.

Lakukan fisioterapi dada dan suction secara berkala.

Lakukan pemberian obat mukolitik/ekspektorans sesuai program terapi.

Observasi irama, kedalaman dan bunyi napas.

Fisioterapi dada meningkatkan pelepasan sekret. Suction diperlukan selama fase hipersekresi trakheobronkhial.

Mukolitik memecahkan ikatan mukus; ekspektorans mengencerkan m,ukus.

Menilai perkembangan maslah klien.


BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
1. Kwashiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita) dan salah satu bentuk malnutrisi protein berat oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi.
2. Selain oleh pengaruh negatif faktor sosio-ekonomi-budaya yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun, luka bakar, penyakit hati. Tanda khasnya adalah bengkak
3. Edema general (muka sembab, punggung kaki, perut yang membuncit) Diare yang tidak membaik Perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan vitiligo) Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut Penurunan masa otot
4. Terapi kwarshiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak. Keadaan shock memerlukan tindakan secepatnya, mungkin dengan restorasi colume darah dan mengontrol tekanan darah, pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula sederhana, dan lemak


3.2    Saran                
Sebaiknya masyarakat lebih memperhatikan tentang penyakit Pada Anak Kwashiorkor, karena apabila masyarakat mengabaikan dapat berakibat fatal. Serta hendaknya para tenaga kesehatan khususnya perawat mengetahui lebih mendalam tentang penyakit Anak Kwashiorkor.



DAFTAR  PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. Ke-6, EGC, Jakarta.

Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

http://andaners.wordpress.com/askep-lengka