Sabtu, 22 Juni 2013

askep klien dengan ventilator mekanik



ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN VENTILASI MEKANIK





STIKES “BHAKTI MULIA”
PARE-KEDIRI
2011





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................      i
KATA PENGANTAR......................................................................................     ii
DAFTAR ISI......................................................................................................    iii

BAB    I    PENDAHULUAN...........................................................................      
1.1        Latar Belakang .........................................................................     1
1.2        Rumusan Masalah.....................................................................     1
1.3        Tujuan.......................................................................................     1

BAB   II    TINJAUAN PUSTAKA
2.1        Pegertian ventilator...................................................................     2
2.2        Klasifikasi ventilator.................................................................     2
2.3        Indikasi klinik...........................................................................     3
2.4        Modus operasional ...................................................................     4
2.5        komplikasi.................................................................................     5
2.6        pemeriksaan diagnostik.............................................................     5
2.7        konsep asuhan keperatan..........................................................     6

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................   12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar belakang
Ventilasi mekanik merupakan terapi defenitif pada klien kritis yang
mengalami hipoksemia dan hiperkapnia. Memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan ventilasi mekanik dilakukan antara lain pada unit perawatan kritis,
medikal bedah umum, bahkan di rumah.
Perawat, dokter dan ahli terapi pernafasan harus mengerti kabutuhan
pernafasan spesifik klien. Rumusan penting untuk hasil klien yang positif
termasuk memahami prinsip-prinsip ventilasi mekanik dan perawatan yang
dibutuhkan klien, komunikasi terbuka antara tim kesehatan, rencana penyapihan
dan toleransi klien terhadap perubahan pengaturan ventilasi mekanik.

1.2.   Rumusan masalah
1.2.1.      Apa pengertian dari ventilator mekanik ?
1.2.2.      Bagaimana klasifikasi dari ventilator ?
1.2.3.      Apa indikasi pemasangan ventilator ?
1.2.4.      Bagaimana modus operasional ventilator ?
1.2.5.      Apa komplikasi dari pemakaian ventilator ?
1.2.6.      Apa saja pemeriksaan diagnostic yang diperlukan ?
1.2.7.     Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan ventilator mekanik ?

1.3.   Tujuan
1.3.1.      Untuk mengetahui pengertian dari ventilator mekanik
1.3.2.      Untuk mengetahui klasifikasi dari ventilator
1.3.3.      Untuk mengetahui indikasi pemasangan ventilator
1.3.4.      Untuk mengetahui modus operasional ventilator
1.3.5.      Untuk mengetahui komplikasi dari pemakaian ventilator
1.3.6.      Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic yang diperlukan
1.3.7.      Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan ventilator mekanik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.   Pengertian
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif
yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang
lama. ( Brunner dan Suddarth, 1996).
2.2.   Klasifikasi
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut
mendukung ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan
tekanan positif.
1.      Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi
volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik
yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi
muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak
sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya
membutuhkan perubahan ventilasi sering.
2.      Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong
alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini
diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas
digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis
ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume
bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang
mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain
siklus ventilator hidup mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu
yang telah ditetapkan seluruhnya tercapai, dan kemudian siklus mati.
Ventilator tekanan bersiklus dimaksudkan hanya untuk jangka waktu pendek di ruang pemulihan. Ventilator waktu bersiklus adalah ventilator mengakhiri
atau mengendalikan inspirasi setelah waktu ditentukan. Volume udara yang
diterima klien diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara .
Ventilator ini digunakan pada neonatus dan bayi. Ventilator volume bersiklus yaitu ventilator yang mengalirkan volume udara pada setiap inspirasi yang
telah ditentukan. Jika volume preset telah dikirimkan pada klien , siklus
ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Ventilator volume bersiklus
sejauh ini adalah ventilator tekanan positif yang paling banyak digunakan.
Gambaran ventilasi mekanik yang ideal adalah :
a.       Sederhana, mudah dan murah
b.      Dapat memberikan volume tidak kurang 1500cc dengan frekuensi nafas hingga 60X/menit dan dapat diatur ratio I/E.
c.       Dapat digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat penunjang pernafasan yang lain.
d.      Dapat dirangkai dengan PEEP
e.       Dapat memonitor tekanan , volume inhalasi, volume ekshalasi, volume tidal, frekuensi nafas, dan konsentrasi oksigen inhalasi
f.       Mempunyai fasilitas untuk humidifikasi serta penambahan obat didalamnya
g.      Mempunyai fasilitas untuk SIMV, CPAP, Pressure Support
h.      Mudah membersihkan dan mensterilkannya.

2.3.   Indikasi Klinik
1.      Kegagalan Ventilasi
a.       Neuromuscular Disease
b.      Central Nervous System disease
c.       Depresi system saraf pusat
d.      Musculosceletal disease
e.       Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi
2.      Kegagalan pertukaran gas
a.       Gagal nafas akut
b.      Gagal nafas kronik
c.       Gagal jantung kiri
d.      Penyakit paru-gangguan difusi
e.       Penyakit paru-ventilasi / perfusi mismatch

2.4.   Modus Operasional
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat empat
parameter yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle
ventilator, yaitu :
1.      Frekuensi pernafasan permenit
2.      Tidal volume
3.      Konsentrasi oksigen (FiO2)
4.      Positive end respiratory pressure

Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x / menit. Tidal volume istirahat 7 ml / kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal volume yang digunakan adalah 10-15 ml / kg BB. Untuk mengkompensasi dead space dan untuk meminimalkan atelektase (Way, 1994 dikutip dari LeMone and Burke, 1996). Jumlah oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen dalam gas. Karena resiko keracunan oksigen dan fibrosis pulmonal maka FiO2 diatur dengan level rendah. PO2 dan saturasi oksigen arteri digunakan untuk menentukan konsentrasi oksigen. PEEP digunakan untuk mencegah kolaps alveoli dan untuk meningkatkan difusi alveolikapiler.
1.      Modus operasional ventilasi mekanik terdiri dari :
a.       Controlled Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk
pemakaian ventilator meliputi pasien dengan apnoe. Ventilasi mekanik adalah
alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan
ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.Ventilator tipe ini
meningkatkan kerja pernafasan klien.
b.      Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan.
Bila klien gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini
diatur berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien,
biasanya digunakan pada tahap pertama pemakaian ventilator.
c.       Intermitten Mandatory Ventilation
Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model
kontrol, klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi
dengan mesin dan sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator.
d.      Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot
tidak begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas
spontan biasanya tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan
spontan tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.
e.       Positive End-Expiratory pressure
Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif
dengan tujuan untuk mencegah Atelektasis. Dengan terbukanya jalan nafas
oleh karena tekanan yang tinggi, atelektasis akan dapat dihindari. Indikasi
pada klien yang menederita ARDS dan gagal jantung kongestif yang massif
dan pneumonia difus. Efek samping dapat menyebabkan venous return
menurun, barotrauma dan penurunman curah jantung.
f.       Continious Positive Airway Pressure. (CPAP)
Ventilator ini berkemampuan untuk meningkatakan FRC. Biasanya
digunakan untuk penyapihan ventilator.
2.5.   Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan ventilasi mekanik, yaitu :
1.      Obstruksi jalan nafas
2.      Hipertensi
3.      Tension pneumotoraks
4.      Atelektase
5.      Infeksi pulmonal
6.      Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan gastrointestinal.
7.      Kelainan fungsi ginjal
8.      Kelainan fungsi susunan saraf pusat

2.6.   Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi
mekanik yaitu :
1.      Pemeriksaan fungsi paru
2.      Analisa gas darah arteri
3.      Kapasitas vital paru
4.      Kapasitas vital kuat
5.      Volume tidal
6.      Inspirasi negative kuat
7.      Ventilasi semenit
8.      Tekanan inspirasi
9.      Volume ekspirasi kuat
10.  Aliran-volume
11.  Sinar X dada
12.  Status nutrisi / elaktrolit.

2.7.   Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ventilasi Mekanik
1.      Pengkajian
a.       Pengkajian umum
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi
ventilator. Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut :
1)      Tanda-tanda vital
2)      Bukti adanya hipoksia
3)      Frekuensi dan pola pernafasan
4)      Bunyi nafas
5)      Status neurologis
6)      Volume tidal, ventilasi semenit , kapasitas vital kuat
7)      Kebutuhan pengisapan
8)      Upaya ventilasi spontan klien
9)      Status nutrisi
10)  Status psikologis

b.      Pengkajian Kardiovaskuler
Perubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator
tekanan positif. Tekanan intratoraks positif selama inspirasi menekan jantung dan
pembuluh darah besar dengan demikian mengurangi arus balik vena dan curah
jantung. Tekanan positif yang berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks
spontan akibat trauma pada alveoli. Kondisi ini dapat cepat berkembang menjadi
pneumotoraks tension, yang lebih jauh lagi mengganggu arus balik vena, curah
jantung dan tekanan darah.
Untuk mengevaluasi fungsi jantung perawat terutama harus memperhatikan
tanda dan gejala hipoksemia dan hipoksia (gelisah,gugup, kelam fakir, takikardi,
takipnoe, pucat yang berkembang menjadi sianosis, berkeringat dan penurunan
haluaran urin).
c.       Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator
pengaturannya telah dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat
harus memperhatikan hal-hal berikut :
1)      Jenis ventilator
2)      Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
3)      Pengaturan volume tidal dan frekunsi
4)      Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
5)      Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.
6)      Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang.
7)      Humidifikasi
8)      Alarm
9)      PEEP
Catatan
Jika terjadi malfungsi system ventilator, dan jika masalah tidak dapat
diidentifikasi dan diperbaiki dengan cepat, perawat harus siap memberikan
ventilasi kepada klien dengan menggunakan Bag Resuscitation Manual.
2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan klien dapat mencakup :
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan pembentukan lendir yang berkaitan dengan ventilasi mekanik tekanan positif .
2.      Kerusakan pertukaran gas yang brhubungan dengan penyakit yang mendasari, atau penyesuaian pengaturan ventilator selama stabilisasi atau penyapihan.
3.      Risiko terhadap trauma dan infeksi yang berhubungan dengan intubasi endotrakea dan trakeostomi.
4.      Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketergantungan ventilator
5.      Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan tekanan selang endotrakea dan pemasangan pada ventilator.
6.      Koping individu tidak efektif dan ketidakberdayaan yang berhubungan dengan ketergantungan pada ventilator.

3.      Perencanaan dan Implementasi
Tujuan utama bagi pasien yaitu : penurunan akumulasi lendir; pertukaran gas optimal; tidak terdapat trauma atau infeksi ; pencapaian mobilisasi yang
optimal ; penyesuaian terhadap metode komunikasi non verbal ; mendapatkan
tindakan koping yang berhasil ; dan tidak terjadi komplikasi.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ventilasi mekanik
membutuhkan teknik dan keterampilan interpersonal yang unik, antara lain :
1.      Penatalaksanaan jalan nafas
Ventilasi tekanan positif kontinu meningkatkan pembentukan sekresi apapun
kondisi pasien yang mendasari. Perawat harus mengidentifikasi adanya sekresi
dengan auskultasi paru sedikitnya 2-4 jam. Tindakan untuk membersihakn jalan nafas termasuk pengisapan, fisioterapi dada, perubahan posisi yang sering, dan peningkatan mobilitas secepat mungkin. Humidifikasi dengan cara ventilator dipertahankan untuk membantu pengenceran sekresi sehingga sekresi lebih mudah dikeluarkan. Bronkodilator baik intravena maupun inhalasi, diberikan sesuai dengan resep untuk mendilatasi bronkiolus.

2.      Meningkatkan pertukaran gas
Tujuan menyeluruh ventilasi mekanik adalah untuk mengoptimalkan
pertukaran gas dengan mempertahankan ventilasi alveolar dan pengiriman
oksigen. Perubahan dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang
mendasari atau factor mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian dari
mesin dengan pasien. Tim perawatan kesehatan, termasuk perawat , dokter, dan
ahli terapi pernafasan , secara kontinu mengkaji pasien terhadap pertukaran gas
yang adekuat , tanda dan gejala hipoksia, dan respon terhadap tindakan .
Pertukaran gas yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan faktor-faktor yang sangat beragam; tingkat kesadaran, atelektasis, kelebihan cairan, nyeri insisi, atau penyakit primer seperti pneumonia. Pengisapan jalan nafas bawah disertai fisioterapi dada ( perkusi,fibrasi ) adalah strategi lain untuk membersihkan jalan nafas dari kelebihan sekresi karena cukup bukti tentang kerusakan intima pohon trakeobronkial. Intervensi keperawatan yang penting pada klien yang mendapat ventilasi mekanik yaitu auskultasi paru dan interpretasi gas darah arteri. Perawat sering menjadi orang pertama yang mengetahui perubahan dalam temuan pengkajian fisik atau kecenderungan signifikan dalam gas darah yang menandakan terjadinya masalah ( pneumotoraks, perubahan letak selang, emboli pulmonal ).

3.      Mencegah trauma dan infeksi
Penatalaksanaan jalan nafas harus mencakup pemeliharaan selang
endotrakea atau trakeostomi. Selang ventilator diposisikan sedemikian rupa
sehingga hanya sedikit kemungkinan tertarik atau penyimpangan selang dalam
trakea. Perawatan trakeostomi dilakukan sedikitnya setiap 8 jam jika
diindikasikan karena peningkatan resiko infeksi. Higiene oral sering dilakukan
karena rongga oral merupakan sumber utama kontaminasi paru-paru pada pasien yang diintubasi pada pasien lemah. Adanya selang nasogastrik dan penggunaan antasida pada pasien dengan ventilasi mekanik juga telah mempredisposisikan pasien pada pneumonia nosokomial akibat aspirasi. Pasien juga diposisikan dengan kepala dinaikkan lebih tinggi dari perut sedapat mungkin untuk mengurangi potensial aspirasi isi lambung.

4.      Peningkatan tingkat mobilitas optimal
Mobilitas pasien terbatas karena dihubungkan dengan ventilator. Mobilitas dan
aktivitas otot sangat bermanfaat karena menstimuli pernafasan dan memperbaiki
mental. Latihan rentang gerak pasif/aktif dilakukan tiap 8 jam untuk mencegah
atrofi otot, kontraktur dan statis vena.



5.      Meningkatkan komunikasi optimal
Metode komunikasi alternatif harus dikembangkan untuk pasien dengan
ventilasi mekanik. Bila keterbatasan pasien diketahui, perawat menggunakan
pendekatan komunikasi; membaca gerak bibir, menggunakan kertas dan pensil,
bahasa gerak tubuh, papan komunikasi, papan pengumuman. Ahli terapi bahasa
dapat membantu dalam menentuka metode yang paling sesuai untuk pasien.

6.      Meningkatkan kemampuan koping.
Dengan memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
mengenai ventilator, kondisi pasien dan lingkungan secara umum sangat
bermanfaat. Memberikan penjelasan prosedur setiap kali dilakukan untuk
mengurangi ansietas dan membiasakan klien dengan rutinitas rumah sakit. Klien mungkin menjadi menarik diri atau depresi selama ventilasi mekanik terutama jika berkepanjangan akibatnya perawat harus menginformasikan tentang kemajuannya pada klien, bila memungkinkan pengalihan perhatian seperti menonton TV, bermain musik atau berjalan-jalan jika sesuai dan memungkinkan dilakukan. Teknik penurunan stress (pijatan punggung, tindakan relaksasi) membantu melepaskan ketegangan dan memampukan klien untuk menghadapi ansietas dan ketakutan akan kondisi dan ketergantungan pada ventilator.
4.      Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan antara lain :
a.       Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal dan tanda-tanda vital yang adekuat.
b.      Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang minimal.
c.       Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah sel darah putih.
d.      Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan.
e.       Berkomunikasi secara efektif melalui pesan tertulis, gerak tubuh atau alat komunikasi lainnya.
f.       Dapat mengatasi masalah secara efektif.
Catatan :
Penyapihan dari ventilasi mekanik
Kriteria dari penyapihan ventilasi mekanik :
1.      Tes penyapihan
a.       Kapasitas vital 10-15 cc / kg
b.      Volume tidal 4-5 cc / kg
c.       Ventilasi menit 6-10 l
d.      Frekuensi permenit < 20 permenit
2.      Pengaturan ventilator
a.       FiO2 < 50%
b.      Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0
3.      Gas darah arteri
a.       PaCO2 normal
b.      PaO2 60-70 mmHg
c.       PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki
4.      Selang Endotrakeal
a.       Posisi diatas karina pada foto Rontgen
b.      Ukuran : diameter 8.5 mm
5.      Nutrisi
a.       Kalori perhari 2000-2500 kal
b.      Waktu : 1 jam sebelum makan
6.      Jalan nafas
a.       Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suctioning)
b.      Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau Steroid
c.       Posisi : duduk, semi fowler
7.      Obat-obatan
a.       Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
b.      Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
8.      Emosi
Persiapan psikologis terhadap penyapihan
9.      Fisik
Stabil, istirahat terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA

Doenges ME, Moorhouse MF, and Geissler AC. (1999). Nursing care plans. Guidelines for planning and documenting patient care. (3rd ed).
Philadelphia: F.A Davis Company. Hudak CM. (1997). Critical Care Nursing: A Holistic Approach. Philadelphia: Lippincott.
LeMone P and Burke KM. (1996). Medical-surgical nursing : critical thinking in client care. Canada: Cummings Publishing Company Inc.
Nasution AH. (2002). Intubasi, Extubasi dan Mekanik ventilasi.Makalah pada Workshop Asuhan Keparawatan Kritis; Asean Conference on Medical
Nettina SM. (1996). The Lippincott manual of nursing practice. (6th ed). Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
Smeltzer SC, Bare BG. (1996). Brunner & Suddart’s textbook of medical-surgical
nursing. (8th ed). Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
Rab T. (1998). Agenda Gawat Darurat. (ed 1). Bandung: Penerbit Alumni.
Wirjoatmodjo K. (2000). Anestesiologi dan Reanimasi: Modul dasar untuk
Pendidikan S1 Kedokteran. Jakarta: DIKTI.