ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN VENTILASI MEKANIK
STIKES “BHAKTI MULIA”
PARE-KEDIRI
2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
1.1
Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................... 1
1.3
Tujuan....................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pegertian ventilator................................................................... 2
2.2
Klasifikasi
ventilator................................................................. 2
2.3
Indikasi klinik........................................................................... 3
2.4
Modus operasional ................................................................... 4
2.5
komplikasi................................................................................. 5
2.6
pemeriksaan
diagnostik............................................................. 5
2.7
konsep asuhan
keperatan.......................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Ventilasi mekanik merupakan terapi defenitif pada klien kritis
yang
mengalami hipoksemia
dan hiperkapnia. Memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan ventilasi
mekanik dilakukan antara lain pada unit perawatan kritis,
medikal bedah umum,
bahkan di rumah.
Perawat, dokter dan ahli terapi pernafasan harus mengerti
kabutuhan
pernafasan spesifik
klien. Rumusan penting untuk hasil klien yang positif
termasuk memahami
prinsip-prinsip ventilasi mekanik dan perawatan yang
dibutuhkan klien,
komunikasi terbuka antara tim kesehatan, rencana penyapihan
dan toleransi klien
terhadap perubahan pengaturan ventilasi mekanik.
1.2. Rumusan masalah
1.2.1.
Apa
pengertian dari ventilator mekanik ?
1.2.2.
Bagaimana
klasifikasi dari ventilator ?
1.2.3.
Apa
indikasi pemasangan ventilator ?
1.2.4.
Bagaimana
modus operasional ventilator ?
1.2.5.
Apa
komplikasi dari pemakaian ventilator ?
1.2.6.
Apa saja
pemeriksaan diagnostic yang diperlukan ?
1.2.7.
Bagaimana
konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan ventilator mekanik ?
1.3. Tujuan
1.3.1.
Untuk
mengetahui pengertian dari ventilator mekanik
1.3.2.
Untuk
mengetahui klasifikasi dari ventilator
1.3.3.
Untuk
mengetahui indikasi pemasangan ventilator
1.3.4.
Untuk
mengetahui modus operasional ventilator
1.3.5.
Untuk
mengetahui komplikasi dari pemakaian ventilator
1.3.6.
Untuk
mengetahui pemeriksaan diagnostic yang diperlukan
1.3.7.
Untuk
mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan ventilator mekanik
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau
positif
yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang
lama. ( Brunner dan
Suddarth, 1996).
2.2. Klasifikasi
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut
mendukung ventilasi,
dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan
tekanan positif.
1. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi
tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara
mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi
volumenya. Ventilator
jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik
yang berhubungn dengan
kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi
muscular, sklerosisi
lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak
sesuai untuk pasien
yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya
membutuhkan perubahan
ventilasi sering.
2. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan
positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong
alveoli untuk
mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini
diperlukan intubasi
endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas
digunakan pada klien
dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis
ventilator tekanan
positif yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume
bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif
yang
mengakhiri inspirasi
ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain
siklus ventilator hidup
mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu
yang telah ditetapkan
seluruhnya tercapai, dan kemudian siklus mati.
Ventilator tekanan bersiklus dimaksudkan hanya untuk jangka waktu
pendek di ruang pemulihan. Ventilator waktu bersiklus adalah ventilator
mengakhiri
atau mengendalikan
inspirasi setelah waktu ditentukan. Volume udara yang
diterima klien diatur
oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara .
Ventilator ini digunakan pada neonatus dan bayi. Ventilator volume
bersiklus yaitu ventilator yang mengalirkan volume udara pada setiap inspirasi
yang
telah ditentukan. Jika
volume preset telah dikirimkan pada klien , siklus
ventilator mati dan
ekshalasi terjadi secara pasif. Ventilator volume bersiklus
sejauh ini adalah
ventilator tekanan positif yang paling banyak digunakan.
Gambaran ventilasi
mekanik yang ideal adalah :
a.
Sederhana,
mudah dan murah
b.
Dapat
memberikan volume tidak kurang 1500cc dengan frekuensi nafas hingga 60X/menit
dan dapat diatur ratio I/E.
c.
Dapat
digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat penunjang pernafasan yang
lain.
d.
Dapat
dirangkai dengan PEEP
e.
Dapat
memonitor tekanan , volume inhalasi, volume ekshalasi, volume tidal, frekuensi
nafas, dan konsentrasi oksigen inhalasi
f.
Mempunyai
fasilitas untuk humidifikasi serta penambahan obat didalamnya
g.
Mempunyai
fasilitas untuk SIMV, CPAP, Pressure Support
h.
Mudah
membersihkan dan mensterilkannya.
2.3. Indikasi Klinik
1. Kegagalan Ventilasi
a.
Neuromuscular
Disease
b.
Central
Nervous System disease
c.
Depresi
system saraf pusat
d.
Musculosceletal
disease
e.
Ketidakmampuan
thoraks untuk ventilasi
2. Kegagalan pertukaran gas
a.
Gagal nafas
akut
b.
Gagal nafas
kronik
c.
Gagal
jantung kiri
d.
Penyakit
paru-gangguan difusi
e.
Penyakit
paru-ventilasi / perfusi mismatch
2.4. Modus Operasional
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat empat
parameter yang
diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle
ventilator, yaitu :
1.
Frekuensi
pernafasan permenit
2.
Tidal
volume
3.
Konsentrasi
oksigen (FiO2)
4.
Positive
end respiratory pressure
Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x /
menit. Tidal volume istirahat 7 ml / kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal
volume yang digunakan adalah 10-15 ml / kg BB. Untuk mengkompensasi dead space
dan untuk meminimalkan atelektase (Way, 1994 dikutip dari LeMone and Burke,
1996). Jumlah oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen dalam
gas. Karena resiko keracunan oksigen dan fibrosis pulmonal maka FiO2 diatur
dengan level rendah. PO2 dan saturasi oksigen arteri digunakan untuk menentukan
konsentrasi oksigen. PEEP digunakan untuk mencegah kolaps alveoli dan untuk
meningkatkan difusi alveolikapiler.
1.
Modus operasional ventilasi mekanik terdiri dari :
a.
Controlled
Ventilation
Ventilator mengontrol
volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk
pemakaian ventilator
meliputi pasien dengan apnoe. Ventilasi mekanik adalah
alat pernafasan
bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan
ventilasi dan pemberian
oksigen dalam waktu yang lama.Ventilator tipe ini
meningkatkan kerja
pernafasan klien.
b. Assist/Control
Ventilator jenis ini
dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan.
Bila klien gagal untuk
ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini
diatur berdasarkan atas
frekuensi pernafasan yang spontan dari klien,
biasanya digunakan pada
tahap pertama pemakaian ventilator.
c. Intermitten Mandatory Ventilation
Model ini digunakan
pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model
kontrol, klien dengan
hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi
dengan mesin dan
sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator.
d. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan
untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot
tidak begitu lelah dan
efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas
spontan biasanya
tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan
spontan tapi tidal
volume dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.
e. Positive End-Expiratory pressure
Modus yang digunakan
dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif
dengan tujuan untuk
mencegah Atelektasis. Dengan terbukanya jalan nafas
oleh karena tekanan
yang tinggi, atelektasis akan dapat dihindari. Indikasi
pada klien yang
menederita ARDS dan gagal jantung kongestif yang massif
dan pneumonia difus.
Efek samping dapat menyebabkan venous return
menurun, barotrauma dan
penurunman curah jantung.
f. Continious Positive Airway Pressure. (CPAP)
Ventilator ini
berkemampuan untuk meningkatakan FRC. Biasanya
digunakan untuk
penyapihan ventilator.
2.5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat
timbul dari penggunaan ventilasi mekanik, yaitu :
1.
Obstruksi
jalan nafas
2.
Hipertensi
3.
Tension
pneumotoraks
4.
Atelektase
5.
Infeksi
pulmonal
6.
Kelainan
fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan gastrointestinal.
7.
Kelainan
fungsi ginjal
8.
Kelainan
fungsi susunan saraf pusat
2.6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik
yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi
mekanik yaitu :
1.
Pemeriksaan
fungsi paru
2.
Analisa gas
darah arteri
3.
Kapasitas
vital paru
4.
Kapasitas
vital kuat
5.
Volume
tidal
6.
Inspirasi
negative kuat
7.
Ventilasi
semenit
8.
Tekanan
inspirasi
9.
Volume
ekspirasi kuat
10. Aliran-volume
11. Sinar X dada
12. Status nutrisi / elaktrolit.
2.7. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ventilasi Mekanik
1.
Pengkajian
a. Pengkajian umum
Perawat mempunyai
peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi
ventilator. Dalam
mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut :
1)
Tanda-tanda
vital
2)
Bukti
adanya hipoksia
3)
Frekuensi
dan pola pernafasan
4)
Bunyi nafas
5)
Status
neurologis
6)
Volume
tidal, ventilasi semenit , kapasitas vital kuat
7)
Kebutuhan
pengisapan
8)
Upaya
ventilasi spontan klien
9)
Status
nutrisi
10) Status psikologis
b.
Pengkajian Kardiovaskuler
Perubahan dalam curah
jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator
tekanan positif.
Tekanan intratoraks positif selama inspirasi menekan jantung dan
pembuluh darah besar
dengan demikian mengurangi arus balik vena dan curah
jantung. Tekanan
positif yang berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks
spontan akibat trauma
pada alveoli. Kondisi ini dapat cepat berkembang menjadi
pneumotoraks tension,
yang lebih jauh lagi mengganggu arus balik vena, curah
jantung dan tekanan
darah.
Untuk mengevaluasi
fungsi jantung perawat terutama harus memperhatikan
tanda dan gejala
hipoksemia dan hipoksia (gelisah,gugup, kelam fakir, takikardi,
takipnoe, pucat yang
berkembang menjadi sianosis, berkeringat dan penurunan
haluaran urin).
c.
Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus
dikaji untuk memastikan bahwa ventilator
pengaturannya telah
dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat
harus memperhatikan
hal-hal berikut :
1)
Jenis
ventilator
2)
Cara
pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
3)
Pengaturan
volume tidal dan frekunsi
4)
Pengaturan
FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
5)
Tekanan
inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.
6)
Adanya air
dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang.
7)
Humidifikasi
8)
Alarm
9)
PEEP
Catatan
Jika terjadi malfungsi
system ventilator, dan jika masalah tidak dapat
diidentifikasi dan
diperbaiki dengan cepat, perawat harus siap memberikan
ventilasi kepada klien
dengan menggunakan Bag Resuscitation Manual.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan
klien dapat mencakup :
1.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan pembentukan lendir yang berkaitan
dengan ventilasi mekanik tekanan positif .
2.
Kerusakan
pertukaran gas yang brhubungan dengan penyakit yang mendasari, atau penyesuaian
pengaturan ventilator selama stabilisasi atau penyapihan.
3.
Risiko
terhadap trauma dan infeksi yang berhubungan dengan intubasi endotrakea dan
trakeostomi.
4.
Kerusakan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketergantungan ventilator
5.
Kerusakan
komunikasi verbal yang berhubungan dengan tekanan selang endotrakea dan
pemasangan pada ventilator.
6.
Koping
individu tidak efektif dan ketidakberdayaan yang berhubungan dengan ketergantungan
pada ventilator.
3. Perencanaan dan Implementasi
Tujuan utama bagi
pasien yaitu : penurunan akumulasi lendir; pertukaran gas optimal; tidak
terdapat trauma atau infeksi ; pencapaian mobilisasi yang
optimal ; penyesuaian
terhadap metode komunikasi non verbal ; mendapatkan
tindakan koping yang
berhasil ; dan tidak terjadi komplikasi.
Asuhan keperawatan pada
pasien dengan ventilasi mekanik
membutuhkan teknik dan
keterampilan interpersonal yang unik, antara lain :
1. Penatalaksanaan jalan nafas
Ventilasi tekanan
positif kontinu meningkatkan pembentukan sekresi apapun
kondisi pasien yang
mendasari. Perawat harus mengidentifikasi adanya sekresi
dengan auskultasi paru
sedikitnya 2-4 jam. Tindakan untuk membersihakn jalan nafas termasuk
pengisapan, fisioterapi dada, perubahan posisi yang sering, dan peningkatan
mobilitas secepat mungkin. Humidifikasi dengan cara ventilator dipertahankan
untuk membantu pengenceran sekresi sehingga sekresi lebih mudah dikeluarkan.
Bronkodilator baik intravena maupun inhalasi, diberikan sesuai dengan resep
untuk mendilatasi bronkiolus.
2.
Meningkatkan pertukaran gas
Tujuan menyeluruh
ventilasi mekanik adalah untuk mengoptimalkan
pertukaran gas dengan
mempertahankan ventilasi alveolar dan pengiriman
oksigen. Perubahan
dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang
mendasari atau factor
mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian dari
mesin dengan pasien.
Tim perawatan kesehatan, termasuk perawat , dokter, dan
ahli terapi pernafasan
, secara kontinu mengkaji pasien terhadap pertukaran gas
yang adekuat , tanda
dan gejala hipoksia, dan respon terhadap tindakan .
Pertukaran gas yang
tidak adekuat dapat berhubungan dengan faktor-faktor yang sangat beragam;
tingkat kesadaran, atelektasis, kelebihan cairan, nyeri insisi, atau penyakit
primer seperti pneumonia. Pengisapan jalan nafas bawah disertai fisioterapi
dada ( perkusi,fibrasi ) adalah strategi lain untuk membersihkan jalan nafas
dari kelebihan sekresi karena cukup bukti tentang kerusakan intima pohon trakeobronkial.
Intervensi keperawatan yang penting pada klien yang mendapat ventilasi mekanik
yaitu auskultasi paru dan interpretasi gas darah arteri. Perawat sering menjadi
orang pertama yang mengetahui perubahan dalam temuan pengkajian fisik atau
kecenderungan signifikan dalam gas darah yang menandakan terjadinya masalah ( pneumotoraks,
perubahan letak selang, emboli pulmonal ).
3.
Mencegah trauma dan infeksi
Penatalaksanaan jalan
nafas harus mencakup pemeliharaan selang
endotrakea atau
trakeostomi. Selang ventilator diposisikan sedemikian rupa
sehingga hanya sedikit
kemungkinan tertarik atau penyimpangan selang dalam
trakea. Perawatan
trakeostomi dilakukan sedikitnya setiap 8 jam jika
diindikasikan karena
peningkatan resiko infeksi. Higiene oral sering dilakukan
karena rongga oral
merupakan sumber utama kontaminasi paru-paru pada pasien yang diintubasi pada
pasien lemah. Adanya selang nasogastrik dan penggunaan antasida pada pasien
dengan ventilasi mekanik juga telah mempredisposisikan pasien pada pneumonia
nosokomial akibat aspirasi. Pasien juga diposisikan dengan kepala dinaikkan
lebih tinggi dari perut sedapat mungkin untuk mengurangi potensial aspirasi isi
lambung.
4.
Peningkatan tingkat mobilitas optimal
Mobilitas pasien
terbatas karena dihubungkan dengan ventilator. Mobilitas dan
aktivitas otot sangat
bermanfaat karena menstimuli pernafasan dan memperbaiki
mental. Latihan rentang
gerak pasif/aktif dilakukan tiap 8 jam untuk mencegah
atrofi otot, kontraktur
dan statis vena.
5. Meningkatkan komunikasi optimal
Metode komunikasi
alternatif harus dikembangkan untuk pasien dengan
ventilasi mekanik. Bila
keterbatasan pasien diketahui, perawat menggunakan
pendekatan komunikasi;
membaca gerak bibir, menggunakan kertas dan pensil,
bahasa gerak tubuh,
papan komunikasi, papan pengumuman. Ahli terapi bahasa
dapat membantu dalam
menentuka metode yang paling sesuai untuk pasien.
6. Meningkatkan kemampuan koping.
Dengan memberikan
dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
mengenai ventilator,
kondisi pasien dan lingkungan secara umum sangat
bermanfaat. Memberikan
penjelasan prosedur setiap kali dilakukan untuk
mengurangi ansietas dan
membiasakan klien dengan rutinitas rumah sakit. Klien mungkin menjadi menarik
diri atau depresi selama ventilasi mekanik terutama jika berkepanjangan
akibatnya perawat harus menginformasikan tentang kemajuannya pada klien, bila
memungkinkan pengalihan perhatian seperti menonton TV, bermain musik atau
berjalan-jalan jika sesuai dan memungkinkan dilakukan. Teknik penurunan stress
(pijatan punggung, tindakan relaksasi) membantu melepaskan ketegangan dan
memampukan klien untuk menghadapi ansietas dan ketakutan akan kondisi dan
ketergantungan pada ventilator.
4.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan
dari asuhan keperawatan yang diberikan antara lain :
a.
Menunjukkan
pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal dan tanda-tanda
vital yang adekuat.
b.
Menunjukkan
ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang minimal.
c.
Bebas dari
cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah sel darah
putih.
d.
Dapat aktif
dalam keterbatasan kemampuan.
e.
Berkomunikasi
secara efektif melalui pesan tertulis, gerak tubuh atau alat komunikasi
lainnya.
f.
Dapat
mengatasi masalah secara efektif.
Catatan :
Penyapihan dari ventilasi mekanik
Kriteria dari
penyapihan ventilasi mekanik :
1.
Tes
penyapihan
a.
Kapasitas
vital 10-15 cc / kg
b.
Volume
tidal 4-5 cc / kg
c.
Ventilasi
menit 6-10 l
d.
Frekuensi
permenit < 20 permenit
2.
Pengaturan
ventilator
a.
FiO2 <
50%
b.
Tekanan
ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0
3.
Gas darah
arteri
a.
PaCO2
normal
b.
PaO2 60-70
mmHg
c.
PH normal
dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki
4.
Selang
Endotrakeal
a.
Posisi
diatas karina pada foto Rontgen
b.
Ukuran :
diameter 8.5 mm
5.
Nutrisi
a.
Kalori
perhari 2000-2500 kal
b.
Waktu : 1
jam sebelum makan
6.
Jalan nafas
a.
Sekresi :
antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suctioning)
b.
Bronkospasme
: kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau Steroid
c.
Posisi :
duduk, semi fowler
7.
Obat-obatan
a.
Agen
sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
b.
Agen
paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
8.
Emosi
Persiapan psikologis terhadap penyapihan
9. Fisik
Stabil, istirahat terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges ME, Moorhouse MF, and Geissler AC. (1999). Nursing care
plans. Guidelines for planning and documenting patient care. (3rd ed).
Philadelphia: F.A Davis Company. Hudak CM. (1997). Critical
Care Nursing: A Holistic Approach. Philadelphia: Lippincott.
LeMone P and Burke KM. (1996). Medical-surgical nursing :
critical thinking in client care. Canada: Cummings Publishing Company Inc.
Nasution AH. (2002). Intubasi, Extubasi dan Mekanik
ventilasi.Makalah pada Workshop Asuhan Keparawatan Kritis; Asean Conference
on Medical
Nettina SM. (1996). The Lippincott manual of nursing practice. (6th
ed). Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
Smeltzer SC, Bare BG. (1996). Brunner & Suddart’s textbook
of medical-surgical
nursing. (8th ed). Philadelphia:
Lippincott-Raven Publishers.
Rab T. (1998). Agenda Gawat Darurat. (ed 1). Bandung:
Penerbit Alumni.
Wirjoatmodjo K. (2000). Anestesiologi dan Reanimasi: Modul
dasar untuk
Pendidikan
S1 Kedokteran. Jakarta: DIKTI.