Sabtu, 22 Juni 2013

Asuhan Keperawatan Lanjut Usia Dengan Immobility And Functional Mobility



ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA DENGAN IMMOBILITY AND FUNCTIONAL MOBILITY



STIKes BHAKTI MULIA
PARE-KEDIRI
2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah kep. gerontik dengan judul “Asuhan Keperawatan Lanjut Usia Dengan Immobility And Functional Mobility “
Kami banyak mendapatkan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dikesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.    Junianto F. S.Kep.Ns. selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Kep. gerontik
2.    Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini serta pihak-pihak lain yang tidak kami sebutkan.
Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan pada kami mendapatkan balasan dari Allah SWT sesuai dengan amal kebajikan. Tak ada gading yang tak retak, makalah ini pun masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan yang bersifat membangun.
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya, untuk itu kami sampaikan terima kasih.



Pare,      November  2011


Penyusun









DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................      i
KATA PENGANTAR......................................................................................     ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................    iii
DAFTAR ISI......................................................................................................    iv

BAB    I    PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang .........................................................................     1
1.2        Rumusan Masalah.....................................................................     2
1.3        Tujuan.......................................................................................     2
1.4        Manfaat ....................................................................................     2

BAB   II    TINJAUAN PUSTAKA
2.1        Pengertian trauma kimia pada mata..........................................     3
2.2        Klasifikasi trauma kimia pada mata..........................................     3
2.2.1        Trauma asam.................................................................     3
2.2.2        Trauma basa..................................................................     4
2.3        Manifestasi klinis trauma kimia pada mata...............................     6  
2.4        Penatalaksanaan trauma kimia pada mata.................................     7
2.5        Konsep asuhan keperawatan trauma kimia pada mata.............     8

BAB  III   PENUTUP
3.1    Kesimpulan................................................................................   11
3.2    Saran..........................................................................................   11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................   12



BAB I
PENDAHULUAN
1.            Latar Belakang
Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu hati-hati daalm mengidentifikasi penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis (fisiological aging), diharapkan mereka tua dalam keadaan sehat(healty aging). Penuaan itu sesuai dengan kronologis usia( penuaan primer), dipengaruhi oleh factor endogen, perubahan dimulai dari sel jaringan organ system pada tubuh. Berbagai perubahan terjadi pada system musculoskeletal, meliputi tulang keropos (osteoporosis), pembesaran sendi, pengerasan tendon, keterbatasan gerak, penipisan discus intervertebralis, dan kelemahan otot, terjadi pada proses penuaan.
Bila penuaan banyak dipengaruhi oleh factor eksogen, yaitu lingkungan, social budaya, gaya hidup disebut penuaan sekunder. Penuaan itu tidak sesuaidengan kronologis usia dan patologis. Factor eksogen juga dapat mempengaruhi factor endogen sehingga dikenal dengan factor risiko. Factor risiko tersebut dapat menyebabkan terjadinya penuaan patologis(pathological aging).  Pada lansia, struktur kolagen kurang mampu menyerap energi. Kartilago sendi mengalami degenerasi didaerah yang menyangga tubuh dan menyembuh lebih lama. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya osteoarthritis. Begitu juga masa otot dan kekuatannya juga berkurang.

2.            Rumusan Masalah
1.2.1        Apa pengertian dari Immobility And Functional Mobility ?
1.2.2        Apa penyebab dari Immobility And Functional Mobility ?
1.2.3        Bagaimana batasan karakteristik dari Immobility And Functional Mobility ?
1.2.4        Bagaimana mobilisasi yang terjadi pada tulang lansia ?
1.2.5        Bagaimana kerusakan mobilitas fisik pada lansia ?
1.2.6        Bagaimana akibat dari imobilisasi ?
1.2.7        Bagaimana manifestasi dari Immobility And Functional Mobility ?
1.2.8        Bagaimana penatalaksanaan dari Immobility And Functional Mobility ?
1.2.9        Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan Immobility And Functional Mobility ?
3.            Tujuan
1.3.1        Mengetahui pengertian dari Immobility And Functional Mobility
1.3.2        Mengetahui penyebab dari Immobility And Functional Mobility
1.3.3        Mengetahui batasan karakteristik dari Immobility And Functional Mobility
1.3.4        Mengetahui mobilisasi yang terjadi pada tulang lansia
1.3.5        Mengetahui kerusakan mobilitas fisik pada lansia
1.3.6        Mengetahui akibat dari imobilisasi
1.3.7        Mengetahui manifestasi dari Immobility And Functional Mobility
1.3.8        Mengetahui penatalaksanaan dari Immobility And Functional Mobility
1.3.9        Mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan Immobility And Functional Mobility

4.            Manfaat
1.4.1        Manfaat bagi institusi
Makalah ini dapat bermanfaat atau berguna sebagai pembaharuan buku-buku diperpustakaan STIKes Bhakti Mulia Pare-Kediri.
1.4.2        Manfaat bagi penulis
Untuk menambah ilmu pengetahuan atau wawasan tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan Immobility And Functional Mobility.
1.4.3        Manfaat bagi pembaca
Untuk memberikan tambahan pengetahuan seputar masalah Immobility And Functional Mobility



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1        DEFINISI
Mobilitas Fungsional adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang.
Imobilisasi adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu atau lebih ekstremitas( nanda, 2005:131)
Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan tubuhnya sendiri. Imobilisasi dikatakan sebagai faktor resiko utama pada munculnya luka dekubitus baik di rumah sakit maupun di komunitas. Kondisi ini dapat meningkatkan waktu penekanan pada jaringan kulit, menurunkan sirkulasi dan selanjutnya mengakibatkan luka dekubitus. Imobilisasi disamping mempengaruhi kulit secara langsung, juga mempengaruhi beberapa organ tubuh. Misalnya pada system kardiovaskuler,gangguan sirkulasi darah perifer, system respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk mengambil oksigen dari udara (ekspansi paru) dan berakibat pada menurunnya asupan oksigen ke tubuh. (Lindgren et al. 2004)

2.2        PENYEBAB
Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya imobilisasi, sebagai contoh:
2.2.1        Gangguan sendi dan tulang:
Penyakit rematik seperti pengapuran tulang atau patah tulang tentu akan menghambat pergerakan (mobilisasi)
2.2.2        Penyakit saraf:
Adanya stroke, penyakit Parkinson, dan gangguan sarap
2.2.3         Penyakit jantung atau pernafasan
2.2.4        Gangguan penglihatan
2.2.5        Masa penyembuhan

2.3        BATASAN KARAKTERISTIK
1.      Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam lingkungan, termasuk mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi
2.      Keengganan untuk melakukan pergerakan
3.      Keterbatasan rentang gerak
4.      Penurunan kekuatan, pengendalian, atau masa otot
5.      Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk protocol-protokol mekanis dan medis
6.      Gangguan koordinasi
7.      Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktifitas rutin
8.      Keterbatasan melakukan ketrampilan motorik kasar
9.      Keterbatasan melakukan ketrampilan motorik halus
2.4        IMOBILITAS YANG TERJADI PADA TULANG LANSIA
Sistem atau organ

Perubahan morfologik
Perubahan fungsional
Keadaan patologis
Tulang
Osteoporosis : penipisan trabekulae dan melebarnya rongga tulang
Asimtomatik atau nyeri punggung ringan, kifosis, bungkuk dan tinggi badan menurun
Osteoporosis :meningkat, nyeri punggung berat, kifosis dan fraktur(densitas tulang tak cukup).
Osteomalasia: kurangnya penulangan pada matriks tulang normal, nyeri tulang, miopati, fraktur penyakit paget( osteitis deformans), tonjolan tulang jari kaki, sub-luksasi sendi tangan atau kaki, telapak kaki nyeri dan masalah kaki lain

2.5        KERUSAKAN MOBILITAS FISIK PADA LANSIA
1.      Osteoporosis
2.      Osteomalasia
3.      Penyakit paget tulang
4.      Penyakit keganasan tulang
5.      Osteomielitis akut
6.      Fraktur( fraktur leher femur, fraktur colle’s, fraktur columna fertebralis)
7.      Arthritis reumatoid
2.6        AKIBAT IMOBILISASI
Imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sebagai berikut:
1.      Infeksi saluran kemih
2.      Sembelit
3.      Infeksi paru
4.      Gangguan aliran darah
5.      Luka tekansendi kaku
6.      Intoleransi aktivitas
7.      Penurunan kekuatan dan ketahanan
8.      Nyeri dan rasa tidak nyaman
9.      Gangguan persepsi atau kognitif
10.  Gangguan neuromuskuler
11.  Depresi
12.  Ansietas berat
Lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dn psikologis dari imobilitas. Perubahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan penyakit kronis menjadi predisposisi bagi lansia untuk mengalami komplikasi-komplikasi ini. Secara fisiologis, tubuh bereaksi terjhadap imobilitas dengan perubahan-perubahan yang hamper sama dengan proses penuaan, oleh karena itu memperberat efek ini.

2.7        MANIFESTSI KLINIS
Dampak fisiologis dari imobilitas dan ketidak efektifan
Efek
Hasil
  • Penurunan konsumsi oksigen maksimum
  • Penurunan fungsi ventrikel kiri
  • Penurunan volume sekuncup
  • Perlambatan fungsi usus
  • Pengurangan miksi
  • Gangguan tidur
  • Intoleransi ortostatik
  • Peningkatan denyut jantung, sinkop
  • Penurunan kapasitas kebugaran
  • Konstipasi
  • Penurunan evakuasi kandung kemih
  • Bermimpi pada siang hari, halusinasi

2.8        PENATALAKSANAAN
1.      Pencegahan
    1. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsug sepanjang kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung pada fungsi system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat tmbul akibat imoblitas atau ketidak aktifan
1)      Hambatan terhadap latihan
Berbagai hambatan mempengaruhi partisipasi lansia dalam latihan secara teratur. Bahaya-bahaya interpersonal termasuk isolasi social yang terjadi ketika teman-teman dan keluarga telah meninggal, perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet yang buruk) depresi gangguan tidur, kurangnya transportasi dan kurangnya dukungan. Hambatan lingkungan termasuk kurangnya tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak mendukung.
2)      Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan, dan mengalami peningkatan. Program tersebut disusun untuk memberikn kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat memberikan efek latihan.
Ketika klien telah memiliki evaluasi fisik secara seksama, pengkajian tentang factor-faktor pengganggu berikut ini akan membantu untuk memastikan keterikatan dan meningkatkan pengalaman;
a)      Aktivitas sat ini dan respon fisiologis denyut nadi sebelum, selama dan setelah aktivitas diberikan)
b)      Kecenderungan alami (predisposisi atau peningkatan kearah latihan khusus
c)       Kesulitan yang dirasakan
d)     Tujuan dan pentingnya latihan yang dirasakan
e)      Efisiensi latihan untuk diri sendiri (derajat keyakinan bahwa seseorang akan berhasil)
3)      Keamanan
Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima oleh klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan. Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda intoleransi atau latihan yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas yang tepat.


    1. Pencegahan sekunder

Spiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasilan intervensi berasal diri suatu pengertian tentang berbagai faktor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi. Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan poencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas fisik
    1. Pencegahan tersier
Upaya-upaya rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-teman
2.      Terapeutik
Pengobatan terapeutik ditujukan kearah perawatan penyakit atau kesakitan yang dihasilkan atau yang turut berperan terhadap masalah imobilitas dan penanganan konsekuensi aktual atau potensial dari imobilitas.  Contoh-contoh pendekatan terhadap penanganan imobilitas meliputi terapi fisik untuk mempertahankan mobilitas dan kekuatan otot, kompresi pneumatik intermiten dan kekuatan otot, kompresi pneumatik intermiten atau stoking kompresi gradien untuk meningkatkan aliran darah vena dan mencegah tromboembolisme, spirometri insesif untuk hiperinflasi alveoli, dan tirah baring, kecuali untuk eliminasi

2.9        ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Tanggal pengkajian :                                      jam:
a.       Data biografi
Terdapat : Nama, Tempat &tanggal lahir , Pendidikan terakhir , Agama, Status, TB/BB, Penmpilan, Ciri-ciri tubuh, Alamat, Orang yang dekat dihubungi, Hubungan dengan usila, Alamat.
b.      Riwayat keluarga
Genogram :
Keterangan :
c.       Riwayat Pekerjaan :
Terdapat Pekerjaan saat ini, Alamat pekerjan, Jarak dari rumah, Alat transportasi, Pekerjaan sebelumnya, Berapa jarak dari rumah, Sumber –sumber pendapatan dan kecukupan  terhadap kebutuhan.
d.      Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal, Jumlah kamar, Kondisi tempat tinggal, Jumlah orang yang tinggal  dirumah, Derajat privasi, Tetangga terdekat, Alamat / telpon.
e.       Riwayat rekreasi
Hobby/minat, Keanggotaan organisasi, Liburan perjalanan.
f.       Sistem pendukung
Perawat /bidan/dokter/fisioterapi, jarak dari rumah, pelayanan kesehatan dirumah, makanan yang dihantarkan, perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga, dll.
g.      Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan ritual, dll.
h.      Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu, status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan utama (provocative/palliative, quality/quantity, region, severity scale, timming. Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan.
KELUHAN UTAMA ;
Keluhan yang dirasakan klien pada saat pengkajian.
Penatalaksanaan masalah kesehatan :
Tindakan yang dilakukan klien saat sakit.
Obat-obat yang pernah di terima klien menurut catatan di pelayanan kesehatan.
Pola persepsi pemeliharaan kesehatan
Selama ini klien tidak pernah melakukan hal-hal yang merugikan kesehatan seperti merokok atau minum-minuman keras.
Alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan , serta  cuaca yang extrim.
Penyakit yang diderita : penyakit keturunan seperti Hipertensi, dan mempunyai riwayat penyakit stroke


i.        Pola aktifitas Hidup sehari hari
1)      KATZ indeks
Kemampuan Perawatan Diri
Independen
Bantuan Alat
Bantuan orang lain
Bantun orang lain & peralatan
Dependent
1.      makan /minum
2.      mandi
3.      Berpakaian
4.      Ke WC
5.      Transfering/pindah
6.      Ambulasi





Termasuk katagori yang mana:
1.      Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah,dan mandi.
2.      Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
3.      Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
4.      Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang lain.
5.      Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain.
6.      Ketergantungan untuk semua fungsi diatas.
Keterangan:
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.
2)      Indeks ADL BARTHEL (BAI)
No
Fungsi
Skor
Keterangan
1
Mengendalikan rangsang pembuangan tinja
0
1
2
Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar).
Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu).
Terkendali teratur.
2
Mengendalikan rangsang berkemih
0
1
2
Tak terkendali atau pakai kateter
Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24 jam)
Mandiri
3
Membersihkan diri (seka muka, sisir rambut, sikat gigi)
0
1
Butuh pertolongan orang lain
Mandiri
4
Penggunaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram)
0
1
2
Tergantung pertolongan orang lain
Perlu pertolonganpada beberapa kegiatan tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain.
Mandiri
5
Makan
0
1
2
Tidak mampu
Perlu ditolong memotong makanan
Mandiri
6
Berubah sikap dari berbaring ke duduk
0
1
2
3
Tidak mampu
Perlu banyak bantuan untuk bias duduk
Bantuan minimal 1 orang.
Mandiri
7
Berpindah/ berjalan
0
1
2
3
Tidak mampu
Bisa (pindah) dengan kursi roda.
Berjalan dengan bantuan 1 orang.
Mandiri
8
Memakai baju
0
1
2
Tergantung orang lain
Sebagian dibantu (mis: memakai baju)
Mandiri.
9
Naik turun tangga
0
1
2
Tidak mampu
Butuh pertolongan
Mandiri
10
Mandi
0
1
Tergantung orang lain
Mandiri




TOTAL SKOR
Skor BAI :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
j.        Nutrisi, Eliminasi, Aktifitas, Istirahat & tidur, Sexual.
k.      Psikologis :
1)      Persepsi  klien
2)      Konsep diri 
3)      Emosi
4)      Adaptasi
l.        Mekanisme pertahanan diri Tinjauan Sistem
Keadaan umum    
Tingkat kesadaran
GCS
Tanda vital
m.    Pemeriksaan fisik
1)      Mengkaji skelet tubuh
Indikator primer dari keparahan imobilitas pada system musculoskeletal adalah penurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan ketahanan otot; rentang gerak sendi; dan kekuatan skeletal. Pengkajian fungsi secara periodik dapat digunakan untuk memantau perubahan dan keefektifan intervensi. Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
2)      Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
3)      Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
4)      Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
5)      Mengkaji system kardiovaskuler
Tanda dan gejala kardivaskuler tidak memberikan bukti langsung atau meyakinkan tentang perkembangan komplikasi imobilitas. Hanya sedikit petunjuk diagnostik yang dapat diandalkan pada pembentukan trombosis. Tanda-tanda tromboflebitis meliputi eritema, edema, nyeri tekan dan tanda homans positif. Intoleransi ortostatik dapat menunjukkan suatu gerakan untuk berdiri tegak seperti gejala peningkatan denyut jantung, penurunan tekanan darah, pucat, tremor tangan, berkeringat, kesulitandalam mengikuti perintah dan sinkop


6)      Mengkaji system respirasi
Indikasi kemunduran respirasi dibuktikan dari tanda dan gejala atelektasis dan pneumonia. Tanda-tanda awal meliputi peningkatan temperature dan denyut jantung. Perubahan-perubahan dalam pergerakan dada, perkusi, bunyi napas, dan gas arteri mengindikasikan adanaya perluasan dan beratnya kondisi yang terjadi
7)      Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
8)      Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Indikator cedera iskemia terhadap jaringan yang pertama adalah reaksi inflamasi. Perubahan awal terlihat pada permukaan kulit sebagai daerah eritema yang tidak teratur dan didefinisikan sangat buruk di atas tonjolan tulang yang tidak hilang dalam waktu 3 menit setelah tekanan dihilangkan
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
9)      Mengkaji Perubahan-perubahan fungsi urinaria
Bukti dari perubahan-perubahan fungsi urinaria termasuk tanda-tanda fisik berupa berkemih sedikit dan sering, distensi abdomen bagian bawah, dan batas kandung kemih yang dapat diraba. Gejala-gejala kesulitan miksi termasuk pernyataan ketidakmampuan untuk berkemih dan tekanan atau nyeri pada abdomen bagian bawah
10)  Mengkaji Perubahan-perubahan Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman pada abdomen bagian bawah, rasa penuh, tekanan. Pengosongan rektum yang tidak sempurna, anoreksia, mual gelisah, depresi mental, iritabilitas, kelemahan, dan sakit kepala.
11)  Mengkaji Faktor-faktor lingkungan
Lingkungan tempat tinggal klien memberikan bukti untuk intervensi. Di dalam rumah, kamar mandi tanpa pegangan, karpet yang lepas, penerangan yang tidak adekuat, tangga yang tinggi, lantai licin, dan tempat duduk toilet yang rendah dapat menurunkan mobilitas klien. Hambatan-hambatan institusional terhadap mobilitas termasuk jalan koridor yang terhalang, tempat tidur posisi yang tinggi, dan cairan pada lantai. Identifikasi dan penghilangan hambatan-hambatan yang potensial dapat meningkatakan mobilitas
n.      Status kognitif/Afektif sosial.
1)      SPSMQ
Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Skore
No
Pertanyaan
Jawaban
+


1
Tanggal berapa hari ini?



2
Hari apa sekarang? (hari, tanggal, tahun)



3
Apa nama tempat ini



4
Berapa nomer telepon anda



4a
Dimana alamat anda?  (tanyakan bila lansia tidak punya nomer telepon)



5
Berapa umur anda?



6
Kapan anda lahir?



7
Siapa presiden indonesia sekarang?



8
Siapa presiden sebelumnya?



9
Siapa nama (gadis) anda dulu?



10
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun



Jumlah Kesalahan Total





2)      MMSE
Mini Mental State Exam (MMSE)
Nilai Max
Pasien
Pertanyaan
Orientasi
5

Tahun, musim, tanggal, hari, bulan apa sekarang?
5

Dimana kita : negara bagian, wilayah, kota, rumah sakit, panti
Registrasi
3

Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan masing2 kemudian tanyakan klien ketiga objek tersebut, setelah menanyakannya beri 1 poin untuk setiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari ketiganya. Jumlahkan percobaan dan catat.
Percobaan : .........................................
Perhatian dan Kalkulasi
5

Seri 7”, 1 poin untuk setiap kebenaran. Berhenti setelah jawaban 5 jawaban. Bergantian eja “kata” kebelakang
Mengingat
3

Meminta untuk mengulang ketiga objek di atas. Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran
Bahasa
9

Nama pensil dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut : tak ada jika, dan, atau tetapi (1 poin)


Nilai Total

3)       Inventaris depresi beck
Skore
Uraian

A. Kesedihan

3
Saya sangat sedih/ tidak bahagia dimana saya tidak dapat menghadapinya.
2
Saya galau/ sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya.
1
Saya merasa sedih atau galau.
0
Saya tidak merasa sedih.
B. Pesimisme

3
Saya merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik.
2
Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memendang kedepan.
1
Saya merasa berkecil hati untuk mengenai masa depan.
0
Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
C. Rasa kegagalan

3
Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua,(suami/istri)
2
Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat adalah kegagalan.
1
Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya.
0
Saya tidak merasa gagal.
D. Ketidakpuasan

3
Saya tidak puas dengan segalanya.
2
Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan apapun.
1
Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0
Saya tidak merasa puas.
E. Rasa bersalah

3
Saya merasa sangat buruk atau tidak berharga.
2
Saya merasa sangat bersalah.
1
Saya merasa buruk/ tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
0
Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri

3
Saya benci diri saya sendiri.
2
Saya muak dengan diri saya sendiri.
1
saya tidak suka dengan diri saya sendiri.
0
Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri.
G. Membahayakan diri sendiri

3
Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan.
2
Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
1
Saya merasa lebih baik mati.
0
Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri.
H. Menarik diri dari social

3
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada mereka semua.
2
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit perasaan pada mereka .
1
Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
0
Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.
I. Keragu-raguan

3
Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
2
Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
1
Saya berusaha mengambil keputusan.
0
Saya membuat keputusan yang baik.
J. Perubahan gambaran diri

3
Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan.
2
Saya merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarik.
1
Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak manarik.
0
Saya tidak merasa bahwa saya tampak buruk dari pada sebelumnya.
K. Kesulitan kerja

3
Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
2
Saya telah mendorong diri saya sendiridengan keras untuk melakukan sesuatu.
1
Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu.
0
Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
L. Keletihan

3
Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
2
Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu.
1
Saya merasa lelah dari yang biasanya.
0
Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia

3
Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
2
Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang.
1
Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0
Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya.
Penilaian

0-4
Depresi tidak ada atau minimal.
5-7
Depresi ringan.
8-15
Depresi sedang.
16+
Depresi berat.
Dari beck AT, beck RW : screening depressed patients in family practice(1972)



4)      APGAR keluarga
No
Uraian

Fungsi
Skore
1
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga(teman-teman)saya pada waktu untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya.
adaptation

2
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya.
partnership

3
Saya puas bahwa keluarga (teman-teman)saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas atau arah baru.
growth

4
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya mengekspresikan dengan afek dan berespons terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai.
Affection

5
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya menyediakan waktu bersama- sama.
Resolve



Penilaian
Pertanyaan –pertanyaan yang dijawab:
·         Selalu                           : skore 2
·         Kadang-kadang          : skore 1
·         Hamper tidak pernah: skore 0
Total


o.      Pemeriksaan penunjang
1)      Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan hubungan tulang.
2)      CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
3)      MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang. Dll.
4)      Pemeriksaan Laboratorium:  Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT ↑ pada kerusakan otot.



2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan intoleransi aktivitas, resiko tinggi sindrom disuse
b.      Gangguan nyaman nyeri yang berhubungan dengan penyakit rematik seperti pengapuran tulang atau patah tulang.
c.       Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan fraktur, pemasangan traksi pen, imobilitas fisik.

3.      INTERVENSI
a.       Diagnosa keperawatan; Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan intoleransi aktivitas, resiko tinggi sindrom disuse
Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
1)      Klien mampertahankan kekuatan dan ketahanan sistem muskuloskeletal dan fleksibilitas sendi-sendi
2)      Klien mampu mempertahankan posisi fungsi, dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur
Intervensi keperawatan
Rasional
  1. Observasi tanda dan gejala penurunan mobilitas sendi, dan kehilangan ketahanan
  2. Observasi status respirasi dan fungsi jantung klien
  1. Observasi lingkungan terhadap bahaya-bahaya keamanan yang potensial. Ubah lingkungan untuk menurunkan bahaya-bahaya keamanan
  2. Ajarkan tentang tujuan dan pentingnya latihan
  1. Ajarkan penggunaan alat-alat bantu yang tepat
·        Memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan keefektifan intervensi
·        Memberikan informasi tentang status respirasi dan fungsi jantung klien

·         Mencegah risiko cedera pada lansia

·         Meningkatkan harga diri: meningkatkan rasa kontrol dan kemandirian klien
·         Membantu perawatan diri dan kemandirian pasien

b.      Diagnosa keperawatan: Gangguan nyaman nyeri yang berhubungan dengan penyakit rematik seperti pengapuran tulang atau patah tulang.
Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
1)      Klien menyatakan nyeri terkontrol
2)       Klien mampu membatasi fungsi posisi dengan pembatasan kontraktur
3)      Klien mampu mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi kompensasi tubuh
4)      Klien mampu mendemonstrasikan tehnik atau prilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas
Interfensi keperawatan
Rasional
1.      Evaluasi atau lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi atau rasa sakit pada sendi.
2.      Bantu dan ajari keluarga klien untuk pertahankan istirahat tirah baring atau duduk jika diperlukan, jadwal aktifitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur dimalam hari yang tidak terganggu.
3.      Bantu  dan ajari keluarga dengan rentang gerak aktifatau pasif, demikian juga latihan resistif dan isometric jika memungkinkan.
4.      Ajari klien dan keluarga ubah posisi dengan sering dengan personel cukup serta demonstrasikan atau bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis: trapeze
5.      Dorong klien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan.
6.      Ajarkan keluarga untuk memberikan lingkungan yang aman, mis: menaikkan kursi atau kloset, menggunakan pegangan tangga pada bak atau pancuran dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas atau kursi roda penyelamat.
·         Tingkat aktifitas atau latihan tergantung dari perkembangan atau resolusi dari proses inflamasi
·         Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan
·         Mempertahankan atau menigkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan: latihan yang tidak adekuat dapat menyebabkan kekakuan sendi
·         Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan  sirkulasi, tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit
·         Memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas
·         Menghindari cedera akibat kecelakaan atau jatuh

c.       Diagnosa keperawatan: Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan fraktur, pemasangan traksi pen, imobilitas fisik
Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
1)      Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang
2)      Klien menunjukkan perilaku untuk mencegah kerusakan kulit atau memudahkan penyembuhan sesuai indikasi
3)      Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu atau penyembuhan lesi terjadi

Intervensi keperawatan
Rasional
1.      Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan , perdarahan, perubahan warna, kelabu, memutih.
2.      Ajarkan keluarga lansia agar mengubah posisi sesering mungkin.
3.      Ajarkan keluarga lansia agar sesering mungkin membersihkan kulit dengan air sabun hangat.
4.      Tekuk ujung kawat atau tutup ujung kawat atau pen dengan karett atau gabus pelindung atau tutup jarum
5.      Ajarkan keluarga agar memberikan bantalan atau pelindung dari kulit domba atau busa.
·         Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan pembentukan edema yang membutuhkan intervensi medik lanjut
·         Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dam meminimalkan ressiko kerusakan kulit
·         Menurunkan kadar kontaminasi kulit
·         Mencegah cedera pada bagian tubuh lain
·         Mencegah tekanan berlebihan pada kulit, meningkatkan eaporasi kelembapan yang menurunkan resiko ekskoriasi


4.      EVALUASI
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif (dengan proses dan evaluasi akhir).
Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
    1. Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jeni ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga. format yang dipakai adalah format SOAP.
    1. Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.


BAB III
PENUTUP

3.1           Kesimpulan
Gangguan mobilitas fisik merupakan suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang Intoleransi aktifitas merupakan suatu keadaan ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis pada seseorang untuk bertahan aau menyelesaikan aktivitas sehri-hari yang dibutuhkan atau diinginkan.
Upaya-upaya rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-teman





DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Moorhouse, geissler, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 1999
Dr. Hardywinoto, SKM, Dr. Tony Setia budhi, Ph. D.Panduan Gerontologi, Jakarta, PTGramedia Pustaka Utama, 1999.
Joseph J. Gallo, William Reichel, Lillian M. Andersen, Buku Saku Gerontologi, Edisi 2, Jakarta, EGC, 1998.
L. Stokckslarger,  Jaime, Schaeffer, liz,  Buku Saku Keperawatan Gerontik, Edisi 2, Jakarta, Penerbit  Buku Kedokteran, EGC, 2007.
Nanda, Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta, Prima Medika, 2005.
R. Boedhi-Darmojo, H. Hadi Martono, Buku Ajar geriatri(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), edisi ke 2, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Brunner & Suddarth, Cetakan Ke satu, Jakarta, EGC, 2001