ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT
USIA DENGAN IMMOBILITY AND FUNCTIONAL MOBILITY
STIKes BHAKTI MULIA
PARE-KEDIRI
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah kep. gerontik dengan judul “Asuhan Keperawatan Lanjut
Usia Dengan Immobility And Functional Mobility “
Kami banyak mendapatkan
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dikesempatan ini
penyusun menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Junianto F. S.Kep.Ns. selaku
Dosen Pembimbing Mata Kuliah Kep. gerontik
2.
Teman-teman yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini serta pihak-pihak lain yang tidak kami sebutkan.
Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan pada kami
mendapatkan balasan dari Allah SWT sesuai dengan amal kebajikan. Tak ada gading
yang tak retak, makalah ini pun masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran
dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan yang bersifat membangun.
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis
dan pembaca pada umumnya, untuk itu kami sampaikan terima kasih.
Pare, November
2011
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................... 2
1.3
Tujuan....................................................................................... 2
1.4
Manfaat .................................................................................... 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian
trauma kimia pada mata.......................................... 3
2.2
Klasifikasi
trauma kimia pada mata.......................................... 3
2.2.1
Trauma
asam................................................................. 3
2.2.2
Trauma
basa.................................................................. 4
2.3
Manifestasi
klinis trauma kimia pada mata............................... 6
2.4
Penatalaksanaan
trauma kimia pada mata................................. 7
2.5
Konsep
asuhan keperawatan trauma kimia pada mata............. 8
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................ 11
3.2
Saran.......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Penuaan dapat terjadi
secara fisiologis dan patologis. Perlu hati-hati daalm mengidentifikasi
penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis (fisiological aging),
diharapkan mereka tua dalam keadaan sehat(healty aging). Penuaan itu sesuai
dengan kronologis usia( penuaan primer), dipengaruhi oleh factor endogen,
perubahan dimulai dari sel jaringan organ system pada tubuh. Berbagai perubahan
terjadi pada system musculoskeletal, meliputi tulang keropos (osteoporosis),
pembesaran sendi, pengerasan tendon, keterbatasan gerak, penipisan discus
intervertebralis, dan kelemahan otot, terjadi pada proses penuaan.
Bila
penuaan banyak dipengaruhi oleh factor eksogen, yaitu lingkungan, social
budaya, gaya hidup disebut penuaan sekunder. Penuaan itu tidak sesuaidengan
kronologis usia dan patologis. Factor eksogen juga dapat mempengaruhi factor endogen
sehingga dikenal dengan factor risiko. Factor risiko tersebut dapat menyebabkan
terjadinya penuaan patologis(pathological aging). Pada lansia, struktur
kolagen kurang mampu menyerap energi. Kartilago sendi mengalami degenerasi
didaerah yang menyangga tubuh dan menyembuh lebih lama. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya osteoarthritis. Begitu juga masa otot dan kekuatannya
juga berkurang.
2.
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa
pengertian dari Immobility And Functional Mobility ?
1.2.2
Apa penyebab dari Immobility
And Functional Mobility ?
1.2.3
Bagaimana
batasan karakteristik dari Immobility And Functional
Mobility ?
1.2.4
Bagaimana mobilisasi yang
terjadi pada tulang lansia ?
1.2.5
Bagaimana
kerusakan mobilitas fisik pada lansia ?
1.2.6
Bagaimana
akibat dari imobilisasi ?
1.2.7
Bagaimana
manifestasi dari Immobility And Functional Mobility ?
1.2.8
Bagaimana penatalaksanaan dari Immobility
And Functional Mobility ?
1.2.9
Bagaimana asuhan keperawatan
pada lansia dengan Immobility And Functional Mobility ?
3.
Tujuan
1.3.1
Mengetahui
pengertian dari Immobility And Functional Mobility
1.3.2
Mengetahui penyebab dari Immobility And Functional Mobility
1.3.3
Mengetahui
batasan karakteristik dari Immobility And Functional
Mobility
1.3.4
Mengetahui mobilisasi yang terjadi pada tulang lansia
1.3.5
Mengetahui
kerusakan mobilitas fisik pada lansia
1.3.6
Mengetahui
akibat dari imobilisasi
1.3.7
Mengetahui
manifestasi dari Immobility And Functional Mobility
1.3.8
Mengetahui penatalaksanaan dari Immobility And Functional Mobility
1.3.9
Mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan Immobility And Functional
Mobility
4.
Manfaat
1.4.1
Manfaat
bagi institusi
Makalah ini dapat bermanfaat atau berguna sebagai pembaharuan buku-buku
diperpustakaan STIKes Bhakti Mulia Pare-Kediri.
1.4.2
Manfaat
bagi penulis
Untuk menambah ilmu pengetahuan atau wawasan tentang asuhan keperawatan
pada lansia dengan Immobility And Functional Mobility.
1.4.3
Manfaat
bagi pembaca
Untuk memberikan tambahan pengetahuan seputar masalah Immobility And Functional Mobility
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI
Mobilitas Fungsional adalah
pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang.
Imobilisasi adalah keterbatasan dalam
pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu atau lebih
ekstremitas( nanda, 2005:131)
Imobilisasi merupakan ketidakmampuan
seseorang untuk menggerakkan tubuhnya sendiri. Imobilisasi dikatakan sebagai
faktor resiko utama pada munculnya luka dekubitus baik di rumah sakit maupun di
komunitas. Kondisi ini dapat meningkatkan waktu penekanan pada jaringan kulit,
menurunkan sirkulasi dan selanjutnya mengakibatkan luka dekubitus. Imobilisasi
disamping mempengaruhi kulit secara langsung, juga mempengaruhi beberapa organ
tubuh. Misalnya pada system kardiovaskuler,gangguan sirkulasi darah perifer,
system respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk mengambil oksigen dari udara
(ekspansi paru) dan berakibat pada menurunnya asupan oksigen ke tubuh.
(Lindgren et al. 2004)
2.2
PENYEBAB
Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya
imobilisasi, sebagai contoh:
2.2.1
Gangguan sendi dan tulang:
Penyakit rematik seperti pengapuran tulang atau patah
tulang tentu akan menghambat pergerakan (mobilisasi)
2.2.2
Penyakit saraf:
Adanya stroke, penyakit Parkinson, dan gangguan sarap
2.2.3
Penyakit jantung atau pernafasan
2.2.4
Gangguan penglihatan
2.2.5
Masa penyembuhan
2.3
BATASAN KARAKTERISTIK
1. Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam lingkungan,
termasuk mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi
2. Keengganan untuk melakukan pergerakan
3. Keterbatasan rentang gerak
4. Penurunan kekuatan, pengendalian, atau masa otot
5. Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk protocol-protokol mekanis
dan medis
6. Gangguan koordinasi
7. Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktifitas rutin
8. Keterbatasan melakukan ketrampilan motorik kasar
9. Keterbatasan melakukan ketrampilan motorik halus
2.4
IMOBILITAS YANG TERJADI
PADA TULANG LANSIA
Sistem atau
organ
|
Perubahan
morfologik
|
Perubahan
fungsional
|
Keadaan
patologis
|
Tulang
|
Osteoporosis : penipisan trabekulae dan melebarnya rongga tulang
|
Asimtomatik atau nyeri punggung ringan,
kifosis, bungkuk dan tinggi badan menurun
|
Osteoporosis :meningkat, nyeri punggung berat, kifosis dan fraktur(densitas
tulang tak cukup).
Osteomalasia: kurangnya penulangan pada matriks tulang normal, nyeri tulang,
miopati, fraktur penyakit paget( osteitis deformans), tonjolan tulang jari
kaki, sub-luksasi sendi tangan atau kaki, telapak kaki nyeri dan masalah kaki
lain
|
2.5
KERUSAKAN MOBILITAS
FISIK PADA LANSIA
1. Osteoporosis
2. Osteomalasia
3. Penyakit paget tulang
4. Penyakit keganasan tulang
5. Osteomielitis akut
6. Fraktur( fraktur leher femur, fraktur colle’s, fraktur columna
fertebralis)
7. Arthritis reumatoid
2.6
AKIBAT IMOBILISASI
Imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sebagai
berikut:
1.
Infeksi saluran kemih
2.
Sembelit
3.
Infeksi paru
4.
Gangguan aliran darah
5.
Luka tekansendi kaku
6.
Intoleransi aktivitas
7.
Penurunan kekuatan dan
ketahanan
8.
Nyeri dan rasa tidak nyaman
9.
Gangguan persepsi atau kognitif
10. Gangguan neuromuskuler
11. Depresi
12. Ansietas berat
Lansia sangat rentan terhadap
konsekuensi fisiologis dn psikologis dari imobilitas. Perubahan yang
berhubungan dengan usia disertai dengan penyakit kronis menjadi predisposisi
bagi lansia untuk mengalami komplikasi-komplikasi ini. Secara fisiologis, tubuh
bereaksi terjhadap imobilitas dengan perubahan-perubahan yang hamper sama
dengan proses penuaan, oleh karena itu memperberat efek ini.
2.7
MANIFESTSI KLINIS
Dampak fisiologis dari imobilitas dan ketidak efektifan
Efek
|
Hasil
|
|
|
2.8
PENATALAKSANAAN
1.
Pencegahan
- Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses
yang berlangsug sepanjang kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang
berlangsung sepanjang kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung pada
fungsi system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses
episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat
tmbul akibat imoblitas atau ketidak aktifan
1)
Hambatan terhadap latihan
Berbagai hambatan mempengaruhi
partisipasi lansia dalam latihan secara teratur. Bahaya-bahaya interpersonal
termasuk isolasi social yang terjadi ketika teman-teman dan keluarga telah
meninggal, perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet
yang buruk) depresi gangguan tidur, kurangnya transportasi dan kurangnya
dukungan. Hambatan lingkungan termasuk kurangnya tempat yang aman untuk latihan
dan kondisi iklim yang tidak mendukung.
2)
Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat
individual, diseimbangkan, dan mengalami peningkatan. Program tersebut disusun
untuk memberikn kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang
teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat memberikan
efek latihan.
Ketika klien telah memiliki evaluasi
fisik secara seksama, pengkajian tentang factor-faktor pengganggu berikut ini
akan membantu untuk memastikan keterikatan dan meningkatkan pengalaman;
a)
Aktivitas sat ini dan respon
fisiologis denyut nadi sebelum, selama dan setelah aktivitas diberikan)
b)
Kecenderungan alami
(predisposisi atau peningkatan kearah latihan khusus
c)
Kesulitan yang dirasakan
d)
Tujuan dan pentingnya latihan
yang dirasakan
e)
Efisiensi latihan untuk diri
sendiri (derajat keyakinan bahwa seseorang akan berhasil)
3)
Keamanan
Ketika program latihan spesifik telah
diformulasikan dan diterima oleh klien, instruksi tentang latihan yang aman
harus dilakukan. Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda intoleransi atau
latihan yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas yang tepat.
- Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat
aksaserbasi akut dari imobilitas dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi
keperawatan. Keberhasilan intervensi berasal diri suatu pengertian tentang
berbagai faktor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan
penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi. Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan poencegahan
sekunder adalah gangguan mobilitas fisik
- Pencegahan tersier
Upaya-upaya rehabilitasi untuk
memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri
dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi,
aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-teman
2.
Terapeutik
Pengobatan terapeutik ditujukan
kearah perawatan penyakit atau kesakitan yang dihasilkan atau yang turut
berperan terhadap masalah imobilitas dan penanganan konsekuensi aktual atau
potensial dari imobilitas. Contoh-contoh pendekatan terhadap penanganan
imobilitas meliputi terapi fisik untuk mempertahankan mobilitas dan kekuatan
otot, kompresi pneumatik intermiten dan kekuatan otot, kompresi pneumatik
intermiten atau stoking kompresi gradien untuk meningkatkan aliran darah vena
dan mencegah tromboembolisme, spirometri insesif untuk hiperinflasi alveoli,
dan tirah baring, kecuali untuk eliminasi
2.9
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Tanggal pengkajian :
jam:
a.
Data biografi
Terdapat : Nama, Tempat &tanggal lahir , Pendidikan
terakhir , Agama, Status, TB/BB, Penmpilan, Ciri-ciri tubuh, Alamat, Orang yang
dekat dihubungi, Hubungan dengan usila, Alamat.
b.
Riwayat keluarga
Genogram :
Keterangan :
c.
Riwayat Pekerjaan :
Terdapat Pekerjaan saat ini, Alamat
pekerjan, Jarak dari rumah, Alat transportasi, Pekerjaan sebelumnya, Berapa
jarak dari rumah, Sumber –sumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan.
d.
Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal, Jumlah kamar,
Kondisi tempat tinggal, Jumlah orang yang tinggal dirumah, Derajat
privasi, Tetangga terdekat, Alamat / telpon.
e.
Riwayat rekreasi
Hobby/minat, Keanggotaan organisasi,
Liburan perjalanan.
f.
Sistem pendukung
Perawat /bidan/dokter/fisioterapi,
jarak dari rumah, pelayanan kesehatan dirumah, makanan yang dihantarkan,
perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga, dll.
g.
Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan ritual, dll.
h.
Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun
yang lalu, status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan utama
(provocative/palliative, quality/quantity, region, severity scale, timming.
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan.
KELUHAN UTAMA ;
Keluhan yang dirasakan klien pada saat pengkajian.
Penatalaksanaan masalah kesehatan :
Tindakan yang dilakukan klien saat sakit.
Obat-obat yang pernah di terima klien menurut catatan di
pelayanan kesehatan.
Pola persepsi pemeliharaan kesehatan
Selama ini klien tidak pernah melakukan hal-hal yang
merugikan kesehatan seperti merokok atau minum-minuman keras.
Alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap
makanan atau obat-obatan , serta cuaca yang extrim.
Penyakit yang diderita : penyakit keturunan seperti
Hipertensi, dan mempunyai riwayat penyakit stroke
i.
Pola aktifitas Hidup sehari
hari
1)
KATZ indeks
Kemampuan
Perawatan Diri
|
Independen
|
Bantuan Alat
|
Bantuan orang lain
|
Bantun orang lain & peralatan
|
Dependent
|
1. makan
/minum
2. mandi
3. Berpakaian
4. Ke
WC
5. Transfering/pindah
6. Ambulasi
|
Termasuk katagori yang mana:
1.
Mandiri dalam makan,
kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah,dan
mandi.
2.
Mandiri semuanya kecuali salah
satu dari fungsi diatas.
3.
Mandiri, kecuali mandi, dan
satu lagi fungsi yang lain.
4.
Mandiri, kecuali mandi,
berpakaian dan satu lagi fungsi yang lain.
5.
Mandiri, kecuali mandi,
berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain.
6.
Ketergantungan untuk semua
fungsi diatas.
Keterangan:
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau
bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi
dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.
2)
Indeks ADL BARTHEL (BAI)
No
|
Fungsi
|
Skor
|
Keterangan
|
||
1
|
Mengendalikan rangsang pembuangan tinja
|
0
1
2
|
Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar).
Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu).
Terkendali teratur.
|
||
2
|
Mengendalikan rangsang berkemih
|
0
1
2
|
Tak terkendali atau pakai kateter
Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24 jam)
Mandiri
|
||
3
|
Membersihkan diri (seka muka, sisir rambut, sikat gigi)
|
0
1
|
Butuh pertolongan orang lain
Mandiri
|
||
4
|
Penggunaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan,
memakai celana, membersihkan, menyiram)
|
0
1
2
|
Tergantung pertolongan orang lain
Perlu pertolonganpada beberapa kegiatan tetapi dapat
mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain.
Mandiri
|
||
5
|
Makan
|
0
1
2
|
Tidak mampu
Perlu ditolong memotong makanan
Mandiri
|
||
6
|
Berubah sikap dari berbaring ke duduk
|
0
1
2
3
|
Tidak mampu
Perlu banyak bantuan untuk bias duduk
Bantuan minimal 1 orang.
Mandiri
|
||
7
|
Berpindah/ berjalan
|
0
1
2
3
|
Tidak mampu
Bisa (pindah) dengan kursi roda.
Berjalan dengan bantuan 1 orang.
Mandiri
|
||
8
|
Memakai baju
|
0
1
2
|
Tergantung orang lain
Sebagian dibantu (mis: memakai baju)
Mandiri.
|
||
9
|
Naik turun tangga
|
0
1
2
|
Tidak mampu
Butuh pertolongan
Mandiri
|
||
10
|
Mandi
|
0
1
|
Tergantung orang lain
Mandiri
|
||
TOTAL SKOR
Skor BAI :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 :
Ketergantungan total
j.
Nutrisi, Eliminasi, Aktifitas,
Istirahat & tidur, Sexual.
k.
Psikologis :
1)
Persepsi klien
2)
Konsep diri
3)
Emosi
4)
Adaptasi
l.
Mekanisme pertahanan diri
Tinjauan Sistem
Keadaan umum
Tingkat kesadaran
GCS
Tanda vital
m.
Pemeriksaan fisik
1)
Mengkaji skelet tubuh
Indikator primer dari keparahan
imobilitas pada system musculoskeletal adalah penurunan tonus, kekuatan,
ukuran, dan ketahanan otot; rentang gerak sendi; dan kekuatan skeletal.
Pengkajian fungsi secara periodik dapat digunakan untuk memantau perubahan dan
keefektifan intervensi. Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang
yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian
tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah
tulang.
2)
Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian
pinggang berlebihan)
3)
Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif
maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan
sendi
4)
Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan
otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk
mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
5)
Mengkaji system kardiovaskuler
Tanda dan gejala kardivaskuler tidak
memberikan bukti langsung atau meyakinkan tentang perkembangan komplikasi
imobilitas. Hanya sedikit petunjuk diagnostik yang dapat diandalkan pada
pembentukan trombosis. Tanda-tanda tromboflebitis meliputi eritema, edema,
nyeri tekan dan tanda homans positif. Intoleransi ortostatik dapat menunjukkan
suatu gerakan untuk berdiri tegak seperti gejala peningkatan denyut jantung,
penurunan tekanan darah, pucat, tremor tangan, berkeringat, kesulitandalam
mengikuti perintah dan sinkop
6)
Mengkaji system respirasi
Indikasi kemunduran respirasi
dibuktikan dari tanda dan gejala atelektasis dan pneumonia. Tanda-tanda awal
meliputi peningkatan temperature dan denyut jantung. Perubahan-perubahan dalam
pergerakan dada, perkusi, bunyi napas, dan gas arteri mengindikasikan adanaya
perluasan dan beratnya kondisi yang terjadi
7)
Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur
dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain.
Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal
(mis. cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan
selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar –
penyakit Parkinson).
8)
Mengkaji kulit dan sirkulasi
perifer
Indikator cedera iskemia terhadap
jaringan yang pertama adalah reaksi inflamasi. Perubahan awal terlihat pada
permukaan kulit sebagai daerah eritema yang tidak teratur dan didefinisikan
sangat buruk di atas tonjolan tulang yang tidak hilang dalam waktu 3 menit
setelah tekanan dihilangkan
Palpasi kulit dapat menunjukkan
adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema.
Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan
waktu pengisian kapiler.
9)
Mengkaji Perubahan-perubahan
fungsi urinaria
Bukti dari perubahan-perubahan fungsi
urinaria termasuk tanda-tanda fisik berupa berkemih sedikit dan sering,
distensi abdomen bagian bawah, dan batas kandung kemih yang dapat diraba.
Gejala-gejala kesulitan miksi termasuk pernyataan ketidakmampuan untuk berkemih
dan tekanan atau nyeri pada abdomen bagian bawah
10) Mengkaji Perubahan-perubahan Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi
termasuk rasa tidak nyaman pada abdomen bagian bawah, rasa penuh, tekanan.
Pengosongan rektum yang tidak sempurna, anoreksia, mual gelisah, depresi
mental, iritabilitas, kelemahan, dan sakit kepala.
11) Mengkaji Faktor-faktor lingkungan
Lingkungan tempat tinggal klien
memberikan bukti untuk intervensi. Di dalam rumah, kamar mandi tanpa pegangan,
karpet yang lepas, penerangan yang tidak adekuat, tangga yang tinggi, lantai
licin, dan tempat duduk toilet yang rendah dapat menurunkan mobilitas klien.
Hambatan-hambatan institusional terhadap mobilitas termasuk jalan koridor yang
terhalang, tempat tidur posisi yang tinggi, dan cairan pada lantai.
Identifikasi dan penghilangan hambatan-hambatan yang potensial dapat
meningkatakan mobilitas
n.
Status kognitif/Afektif sosial.
1)
SPSMQ
Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
|
||||
Skore
|
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
|
+
|
─
|
|||
1
|
Tanggal berapa hari ini?
|
|||
2
|
Hari apa sekarang? (hari, tanggal, tahun)
|
|||
3
|
Apa nama tempat ini
|
|||
4
|
Berapa nomer telepon anda
|
|||
4a
|
Dimana alamat anda? (tanyakan bila lansia tidak
punya nomer telepon)
|
|||
5
|
Berapa umur anda?
|
|||
6
|
Kapan anda lahir?
|
|||
7
|
Siapa presiden indonesia sekarang?
|
|||
8
|
Siapa presiden sebelumnya?
|
|||
9
|
Siapa nama (gadis) anda dulu?
|
|||
10
|
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
|
|||
Jumlah Kesalahan Total
|
2)
MMSE
Mini Mental State Exam (MMSE)
|
||
Nilai Max
|
Pasien
|
Pertanyaan
|
Orientasi
|
||
5
|
Tahun, musim, tanggal, hari, bulan apa sekarang?
|
|
5
|
Dimana kita : negara bagian, wilayah, kota, rumah
sakit, panti
|
|
Registrasi
|
||
3
|
Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan masing2
kemudian tanyakan klien ketiga objek tersebut, setelah menanyakannya beri 1
poin untuk setiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari
ketiganya. Jumlahkan percobaan dan catat.
Percobaan : .........................................
|
|
Perhatian dan Kalkulasi
|
||
5
|
Seri 7”, 1 poin untuk setiap kebenaran. Berhenti
setelah jawaban 5 jawaban. Bergantian eja “kata” kebelakang
|
|
Mengingat
|
||
3
|
Meminta untuk mengulang ketiga objek di atas. Berikan 1
poin untuk setiap kebenaran
|
|
Bahasa
|
||
9
|
Nama pensil dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut : tak ada jika, dan, atau tetapi
(1 poin)
|
|
Nilai Total
|
3)
Inventaris depresi beck
Skore
|
Uraian
|
A.
Kesedihan
|
|
3
|
Saya sangat
sedih/ tidak bahagia dimana saya tidak dapat menghadapinya.
|
2
|
Saya galau/
sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya.
|
1
|
Saya merasa
sedih atau galau.
|
0
|
Saya tidak
merasa sedih.
|
B.
Pesimisme
|
|
3
|
Saya merasa
masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik.
|
2
|
Saya merasa
tidak mempunyai apa-apa untuk memendang kedepan.
|
1
|
Saya merasa
berkecil hati untuk mengenai masa depan.
|
0
|
Saya tidak
begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
|
C. Rasa
kegagalan
|
|
3
|
Saya merasa
benar-benar gagal sebagai orang tua,(suami/istri)
|
2
|
Bila melihat
kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat adalah kegagalan.
|
1
|
Saya merasa
telah gagal melebihi orang pada umumnya.
|
0
|
Saya tidak
merasa gagal.
|
D.
Ketidakpuasan
|
|
3
|
Saya tidak
puas dengan segalanya.
|
2
|
Saya tidak
lagi mendapatkan kepuasan apapun.
|
1
|
Saya tidak
menyukai cara yang saya gunakan.
|
0
|
Saya tidak
merasa puas.
|
E. Rasa
bersalah
|
|
3
|
Saya merasa
sangat buruk atau tidak berharga.
|
2
|
Saya merasa
sangat bersalah.
|
1
|
Saya merasa
buruk/ tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
|
0
|
Saya tidak
merasa benar-benar bersalah
|
F. Tidak
menyukai diri sendiri
|
|
3
|
Saya benci
diri saya sendiri.
|
2
|
Saya muak
dengan diri saya sendiri.
|
1
|
saya tidak
suka dengan diri saya sendiri.
|
0
|
Saya tidak
merasa kecewa dengan diri saya sendiri.
|
G.
Membahayakan diri sendiri
|
|
3
|
Saya akan
membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan.
|
2
|
Saya mempunyai
rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
|
1
|
Saya merasa
lebih baik mati.
|
0
|
Saya tidak
mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri.
|
H. Menarik
diri dari social
|
|
3
|
Saya telah
kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada mereka
semua.
|
2
|
Saya telah
kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit perasaan
pada mereka .
|
1
|
Saya kurang
berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
|
0
|
Saya tidak
kehilangan minat pada orang lain.
|
I.
Keragu-raguan
|
|
3
|
Saya tidak
dapat membuat keputusan sama sekali.
|
2
|
Saya mempunyai
banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
|
1
|
Saya berusaha
mengambil keputusan.
|
0
|
Saya membuat
keputusan yang baik.
|
J.
Perubahan gambaran diri
|
|
3
|
Saya merasa
bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan.
|
2
|
Saya merasa
bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan saya dan ini membuat saya
tidak menarik.
|
1
|
Saya khawatir bahwa
saya tampak tua atau tidak manarik.
|
0
|
Saya tidak
merasa bahwa saya tampak buruk dari pada sebelumnya.
|
K.
Kesulitan kerja
|
|
3
|
Saya tidak
melakukan pekerjaan sama sekali.
|
2
|
Saya telah
mendorong diri saya sendiridengan keras untuk melakukan sesuatu.
|
1
|
Saya
memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu.
|
0
|
Saya dapat
bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
|
L.
Keletihan
|
|
3
|
Saya sangat
lelah untuk melakukan sesuatu.
|
2
|
Saya merasa
lelah untuk melakukan sesuatu.
|
1
|
Saya merasa
lelah dari yang biasanya.
|
0
|
Saya tidak
merasa lebih lelah dari biasanya.
|
M.
Anoreksia
|
|
3
|
Saya tidak
lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
|
2
|
Nafsu makan
saya sangat memburuk sekarang.
|
1
|
Nafsu makan
saya tidak sebaik sebelumnya.
|
0
|
Nafsu makan
saya tidak buruk dari biasanya.
|
Penilaian
|
|
0-4
|
Depresi tidak
ada atau minimal.
|
5-7
|
Depresi
ringan.
|
8-15
|
Depresi
sedang.
|
16+
|
Depresi berat.
|
Dari beck AT,
beck RW : screening depressed patients in family practice(1972)
|
4)
APGAR keluarga
No
|
Uraian
|
Fungsi
|
Skore
|
1
|
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga(teman-teman)saya pada waktu untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya.
|
adaptation
|
|
2
|
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya.
|
partnership
|
|
3
|
Saya puas bahwa keluarga (teman-teman)saya menerima
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas atau arah baru.
|
growth
|
|
4
|
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
mengekspresikan dengan afek dan berespons terhadap emosi-emosi saya, seperti
marah, sedih atau mencintai.
|
Affection
|
|
5
|
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya
menyediakan waktu bersama- sama.
|
Resolve
|
|
Penilaian
Pertanyaan –pertanyaan yang dijawab:
·
Selalu
: skore 2
·
Kadang-kadang : skore 1
·
Hamper tidak pernah: skore 0
|
Total
|
o.
Pemeriksaan penunjang
1)
Sinar –X tulang menggambarkan
kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan hubungan tulang.
2)
CT scan (Computed Tomography)
menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat
memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon. Digunakan
untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit
dievaluasi.
3)
MRI (Magnetik Resonance
Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive, yang menggunakan medan
magnet, gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis:
tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang. Dll.
4)
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT
↑ pada kerusakan otot.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
Gangguan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan intoleransi aktivitas, resiko tinggi sindrom disuse
b.
Gangguan nyaman nyeri yang
berhubungan dengan penyakit rematik seperti pengapuran tulang atau patah
tulang.
c.
Resiko terhadap kerusakan
integritas kulit yang berhubungan dengan fraktur, pemasangan traksi pen,
imobilitas fisik.
3.
INTERVENSI
a.
Diagnosa keperawatan; Gangguan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan intoleransi aktivitas, resiko tinggi
sindrom disuse
Tujuan atau kriteria hasil yang
diharapkan:
1)
Klien mampertahankan kekuatan
dan ketahanan sistem muskuloskeletal dan fleksibilitas sendi-sendi
2)
Klien mampu mempertahankan
posisi fungsi, dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur
Intervensi keperawatan
|
Rasional
|
|
· Memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan keefektifan
intervensi
· Memberikan informasi tentang status respirasi dan fungsi jantung
klien
· Mencegah risiko cedera pada lansia
· Meningkatkan harga diri: meningkatkan rasa kontrol dan kemandirian
klien
· Membantu perawatan diri dan kemandirian pasien
|
b.
Diagnosa keperawatan: Gangguan
nyaman nyeri yang berhubungan dengan penyakit rematik seperti pengapuran tulang
atau patah tulang.
Tujuan atau kriteria hasil yang
diharapkan:
1)
Klien menyatakan nyeri
terkontrol
2)
Klien mampu membatasi fungsi posisi dengan pembatasan kontraktur
3)
Klien mampu mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan dan fungsi kompensasi tubuh
4)
Klien mampu mendemonstrasikan
tehnik atau prilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas
Interfensi
keperawatan
|
Rasional
|
1.
Evaluasi atau lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi
atau rasa sakit pada sendi.
2.
Bantu dan ajari keluarga klien untuk pertahankan
istirahat tirah baring atau duduk jika diperlukan, jadwal aktifitas untuk
memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur dimalam hari yang
tidak terganggu.
3.
Bantu dan ajari keluarga dengan rentang gerak
aktifatau pasif, demikian juga latihan resistif dan isometric jika
memungkinkan.
4.
Ajari klien dan keluarga ubah posisi dengan sering
dengan personel cukup serta demonstrasikan atau bantu tehnik pemindahan dan
penggunaan bantuan mobilitas, mis: trapeze
5.
Dorong klien mempertahankan postur tegak dan duduk
tinggi, berdiri, berjalan.
6.
Ajarkan keluarga untuk memberikan lingkungan yang
aman, mis: menaikkan kursi atau kloset, menggunakan pegangan tangga pada bak
atau pancuran dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas atau kursi roda
penyelamat.
|
· Tingkat aktifitas atau latihan tergantung dari perkembangan atau
resolusi dari proses inflamasi
· Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh
fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan
kekuatan
· Mempertahankan atau menigkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum. Catatan: latihan yang tidak adekuat dapat menyebabkan kekakuan
sendi
· Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan
sirkulasi, tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit
· Memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas
· Menghindari cedera akibat kecelakaan atau jatuh
|
c.
Diagnosa keperawatan:
Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan fraktur,
pemasangan traksi pen, imobilitas fisik
Tujuan atau kriteria hasil yang
diharapkan:
1)
Klien menyatakan
ketidaknyamanan hilang
2)
Klien menunjukkan perilaku
untuk mencegah kerusakan kulit atau memudahkan penyembuhan sesuai indikasi
3)
Mencapai penyembuhan luka
sesuai waktu atau penyembuhan lesi terjadi
Intervensi
keperawatan
|
Rasional
|
1.
Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan
, perdarahan, perubahan warna, kelabu, memutih.
2.
Ajarkan keluarga lansia agar mengubah posisi sesering
mungkin.
3.
Ajarkan keluarga lansia agar sesering mungkin
membersihkan kulit dengan air sabun hangat.
4.
Tekuk ujung kawat atau tutup ujung kawat atau pen
dengan karett atau gabus pelindung atau tutup jarum
5.
Ajarkan keluarga agar memberikan bantalan atau
pelindung dari kulit domba atau busa.
|
· Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan pembentukan edema
yang membutuhkan intervensi medik lanjut
· Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dam meminimalkan
ressiko kerusakan kulit
· Menurunkan kadar kontaminasi kulit
· Mencegah cedera pada bagian tubuh lain
· Mencegah tekanan berlebihan pada kulit, meningkatkan eaporasi
kelembapan yang menurunkan resiko ekskoriasi
|
4.
EVALUASI
Evaluasi disusun menggunakan SOAP
secara operasional dengan sumatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan)
dan formatif (dengan proses dan evaluasi akhir).
Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis
yaitu:
- Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jeni ini dikerjakan dalam
bentuk pengisian format catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah
yang dialami oleh keluarga. format yang dipakai adalah format SOAP.
- Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan
cara membandingkan antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan
diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau
kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Gangguan mobilitas fisik merupakan
suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang
dialami seseorang Intoleransi aktifitas merupakan suatu keadaan ketidakcukupan
energi secara fisiologis atau psikologis pada seseorang untuk bertahan aau
menyelesaikan aktivitas sehri-hari yang dibutuhkan atau diinginkan.
Upaya-upaya
rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan upaya
multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, dan terapi
okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-teman
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E, Moorhouse, geissler,
Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
1999
Dr. Hardywinoto, SKM, Dr. Tony Setia
budhi, Ph. D.Panduan Gerontologi, Jakarta,
PTGramedia Pustaka Utama, 1999.
Joseph J. Gallo, William Reichel,
Lillian M. Andersen, Buku Saku Gerontologi, Edisi 2, Jakarta, EGC, 1998.
L. Stokckslarger, Jaime,
Schaeffer, liz, Buku Saku Keperawatan Gerontik, Edisi 2, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2007.
Nanda, Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta, Prima Medika, 2005.
R. Boedhi-Darmojo, H. Hadi Martono,
Buku Ajar geriatri(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), edisi ke 2, Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare,
Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Brunner & Suddarth, Cetakan Ke satu,
Jakarta, EGC, 2001